Inem masih saja terkekeh kecil hingga tanpa sengaja menangkap lirikan tajam dari sepasang siluet biru. Paham pada tatapan Tuan nya dia pun langsung membungkukkan badan sebelum melenggang dari sana.
Kini, hanya menyisakan sejoli yang terus saja terlibat ke dalam tatapan entah apa itu namanya. Yang jelas tidak ada yang saling menyudahi. Langkah Louis semakin mendekat sementara Amira yang terduduk di sofa tak bisa pergi ke mana - mana. Shiiitttt, umpatan - umpatan kecil telah mengiringi teriakan hatinya dihadapkan pada posisi yang sama sekali tidak menguntungkan.
Geram, itulah yang Amira rasakan atas sikap Louis. Terlebih ketika lelaki tersebut berlutut di hadapannya. Menghujani Amira dengan tatapan dalam dan lama. Amira mendesis dengan dada bergemuruh hebat. "Berdiri!"