Amira terlihat sedang menyandarkan kepalanya pada sandaran ranjang dengan menatap langit - langit ruangan. Sebelah tangannya terulur menekan dada berpadukan dengan remasan lembut mencoba menyakinkan pada diri sendiri bahwa perasaannya ini salah.
Aku tidak boleh jatuh cinta lagi pada, Louis. Tidak! Tidak boleh! Batinnya dengan penuh tekat kuat.
Entah sudah berapa lama tenggelam ke dalam pikiran sendiri hingga tidak mendengar suara pintu terbuka. Seseorang sedang menyungging senyum bahagia berpadukan dengan langkah - langkah kecil membuyarkan Amira dari lamunannya sejenak.
"Melda ... ih, kebiasaan ya suka ngagetin."
"Habisnya melamun terus sih. Oh, iya ini ada titipan untuk mu dari, Nail."
Sebelah mata Amira menyipit berpadukan dengan tatapan menelisik. "Nail ... oh, jadi sekarang manggilnya sudah Nail, dan tidak pakai Bapak lagi, hum?" Godanya berpadukan sebelah alis terangkat.
"Ih, apaan sih. Mulai deh ngacau." Amira terkekeh kecil disuguhi pipi Melda yang mulai merona.