Jujur, Amira tidak pernah bisa jika harus bersikap egois. Bagaimana pun juga dia memikirkan masa depan Hana, nama baik, harga diri, begitu juga dengan kehormatan wanita yang berstatus sebagai sahabatnya tersebut.
Amira tidak mau melemparkan kotoran kepada mereka yang sama sekali tidak bersalah atas kekacauan ini. Disini yang harus dipersalahkan adalah dirinya sendiri. Bagaimana pun juga Amira lah yang bersalah karena mau dinikahkan dengan lelaki asing tanpa menyelidiki terlebih dulu tentang kehidupannya.
Amira terlihat sedang menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa berteman laju air mata. Untuk saat ini Amira benar - benar berada di dalam dilema. Tidak ada keputusan yang dia ambil kecuali mengiringi setiap hembusan nafas dengan derasnya air hujan.