Saat ini mobil taxi yang membawa Amira pergi telah memasuki halaman utama kediamannya. Rasanya hal ini tidak bisa dipercaya bahwa dia kembali menginjakkan kaki di rumah yang penuh dengan kenangan manis. Ada rasa bahagia berselimut kesedihan yang membelenggunya saat ini.
Jujur, Amira merasa bahagia karena kerinduan pada sang ayah dan juga rumah ini terobati, akan tetapi dia sama sekali belum siap menghadapi semuanya. Amira masih perlu waktu untuk sendiri. Namun, pertemuannya dengan Azriel telah memaksanya kembali.
Ya, seharusnya hal ini tidak terjadi. Seharusnya dia tidak kembali ke rumah ini atas keinginan sendiri, akan tetapi ancaman Azriel atas keselamatan sang ayah lah yang membuat Amira merubah keputusannya.
Lelaki licik sepertinya mampu melakukan apapun demi menggapai tujuan. Dan Amira tidak akan pernah siap jika sang ayah menjadi korban atas keegoisan hatinya. Tidak, Amira tidak akan pernah sanggup menerimanya.