Namanya juga mulai bangkit dari keterpurukan jadi sangat wajar jika seringkali diwarnai dengan derai air mata. Amira seorang diri harus melewati semuanya. Kesakitan, kepedihan, dan juga luka menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang seorang Amira Anindita Tanzel.
Berbalut dress hitam motif bunga yang panjangnya mencapai bawah lutut telah membuat kecantikan seorang Amira bertambah berkali - kali lipat. Meskipun wajahnya sangat pucat, akan tetapi polesan bedak tipis yang dipadupadankan dengan lipstik nude tak mengurangi pesona kecantikan Amira yang lebih mirip dengan seorang Dewi. Amira tetap saja terlihat mempesona hingga banyak pasang mata yang dibuat kagum karenanya.
Langkah kaki jenjang terlihat tegas keluar dari apartement. Tanpa arah dan tujuan yang jelas, Amira pun terus berjalan hingga ekor matanya tertuju pada sebuah restaurant sederhana yang berada di ujung jalan. Entah apa yang menarik dari restaurant tersebut yang jelas langkah kakinya terus saja melangkah ke sana.