Chereads / PURE LOVE / Chapter 33 - "Kematian Dion"(1)

Chapter 33 - "Kematian Dion"(1)

"Apa masih dingin?"

Ucap Dion dan meniup tangannya setelah itu dia menaruhnya dipipiku.Dengan lembut Dion memakai jaket miliknya untukku padahal aku tau dia pasti kedinginan juga.Aku menolak jaket itu tapi Dion tetap memaksaku memakainya.Katanya dia kuat jadi dia bahkan bisa bertahan sampai pagi.

"Kenapa pipimu sekarang mengembang"

Ejek Dion dan tertawa.Aku jadi tambah kesal karena dia mencubit pipiku dengan sangat keras.

"Mungkin karena aku belajar sangat keras jadi bukan otakku yang mengembang malahan pipiku yang mengembang"

Dion langsung mengelus kepalaku dengan lembut.

"Ayo pulang, sekarang sudah mulai gelap"

"Dion?"

"Iya kenapa"

"Aku ga tau kenapa hatiku sepertinya ga tenang,aku takut kalau hal buruk terjadi"

"Karena kamu terlalu mikirin yang mama kamu bilang.Kamu tau aku sebenarnya setuju sama mama kamu,lebih bagus kamu lanjut sekolah diluar negeri karena disana menurutku akan lebih bagus"

"Dion kamu belum tau alasan mama ngirim aku keluar negeri karna mama ga mau aku bertemu kamu lagi"

"Itu ga mungkin.Aku memang tau dikeluargamu ga ada yang suka sama aku tapi mereka ga mungkin pisahin aku sama kamu"

"Dion mama itu...sudahlah...."

"Kamu jangan mikirin apa-apa lagi sekarang kamu fokus belajar supaya bisa lulus tes masuk kedokteran tahun ini"

"Dion aku ga tau kenapa aku mikirin kamu terus padahal sekarang kamu ada disini"

"Kamu mungkin cape jadi kita pulang saja sekarang supaya kamu bisa istirahat"

Aku dan Dion langsung pergi.Padahal aku masih ingin menikmati suara air dan angin laut yang begitu tenang.Dan tentu saja aku ingin sekali berduan lebih lama dengan Dion.Pantai yang kami kunjungi dekat dengan Panti asuhan jadi kami bisa berjalan kaki saja hingga sampai disana.Aku ga tau kenapa jalan yang kami lalui sekarang malah cepat ga seperti biasanya.Mungkin karena aku ingin berlama-lama dengan Dion. Aku terkejut ga biasanya Bu Rosa menunggu kami didepan panti.Dan ku lihat raut wajah Bu Rosa sangat khawatir.Aku dan Dion dengan cepat menghampiri Bu rosa.

"Bu kenapa"

Tanya Dion dengan khawatir.Aku juga sangat khawatir dengan raut wajah dari Bu Rosa.Aku tau ini pasti ada hubungannya dengan Mama.

"Kalian baik-baik ajakan?"

Tanya Bu Rosa dengan raut wajah sedih.Tanpa lama-lama aku masuk kedalam panti dan memeriksa keadaan disana.Sudah ku duga semua yang ada didalam panti hancur dan bahkan anak-anak masih menangis ketakutan.Tanpa sadar aku meneteskan air matiku.Aku sangat malu dengan kelakukan Mama bisa-bisanya Mama buat begini.Bu Rosa langsung menghampiriku dan memelukku.

"Bu aku minta maaf"

Ucapku dan menangis.

"Ini bukan salah kamu jadi jangan pernah merasa bersalah untuk semua ini"

Balas Bu Rosa dan menenangkan aku.Aku dan Dion juga langsung menenangkan anak-anak yang masih menangis dan setelah itu kami merapikan Panti seperti semula.Dan banyak barang-barang Panti yang rusak.

"Dion aku ga tau lagi cara menebus kesalahan aku,semua ini terjadi gara-gara aku"

"Ga usah berpikir seperti itu.Ga ada yang salah dan ga ada yang benar jadi aku mohon kamu ga usah merasa bersalah lagi"

Ucap Dion dan mengelus kepalaku dengan lembut.Aku benar-benar kagum dengan Dion,masalah sebesar ini dia masih tetap tersenyum ceria padaku.Dan aku hanyalah gadis manja dan cengeng yang selalu menyusahkannya.Aku selalu bersyukur setiap hari karena aku memiliki orang seperti Dion.

"Kamu kenapa harus cengeng begini"

Ucap Dion dan bisa-bisanya dia masih bisa tersenyum saat aku menangis.Dia membuka tangannya supaya kami bisa berpelukan.Tanpa ragu-ragu aku langsung memeluk Dion.

"Dion kamu janji ga akan pernah ninggalin aku kan?"

"Iya aku janji akan selalu bersama denganmu sampai kapan pun,jadi sekarang ga usah khawatir lagi"

Balas Dion dan sesekali mengelus kepalaku.Aku memeluknya dengan sangat erat.Aku ga tau kenapa hari ini aku merasa ada sesuatu yang hilang didalam diriku tapi aku sangat bingung kenapa aku bisa merasa seperti itu.

Setelah semuanya selesai aku langsung pamit untuk pulang karena sopir yang mengirimku sudah datang.Aku yakin yang mengirim mobil untuk menjemputku itu Bi Inem.Aku ga tau kenapa saat Dion melambaikan tangan padaku seakan itu perpisahan terakhir kami.Aku memang sudah gila karena berpikiran seperti itu.Bahkan aku ga tau kenapa aku tiba-tiba menangis tanpa alasan yang pasti.

Aku sudah sampai rumah,dan benar dugaanku Mama sudah menungguku.

"Kamu dari mana?"

Tanya mama padaku tapi aku ga menjawabnya sedikitpun.Aku bahkan ga menoleh untuk melihat mama dan juga ada beberapa orang berbadan besar bersama Mama.

"Besok kamu pergi mama udah buat paspor dan beli tiket"

Aku langsung berhenti setelah mendengar yang mama baru katakana padaku.

"Ma aku udah bilang aku ga mau pergi"

"Kenapa?Apa karena laki-laki yang ga punya orangtua itu kamu begini.Lista kamu sadar dia anak yang ga dididik oleh orangtua jadi kamu ga usah bergaul dengan dia lagi"

"Mama kenapa harus benci sama Dion,dia ga salah apa-apa"

"kalau kamu masih dekat dengan dia lagi mama akan ngelakuin hal yang lebih buruk dari tadi"

"Jadi aku benar mama yang udah ngelakuin hal kayak gitu,aku benar-benar ga nyangka mama sejahat itu.Mereka ga salah apa-apa jadi jangan ngelampiasin kemereka"

"Terus kalau bukan mereka Mama harus nyakitin kamu?"

"Lebih baik begitu"

"Tapi mama ga mau karena kamu anak mama dan mereka itu hanya parasit yang menganggu,Jadi parasit itu harus dihilangkan"

"Ma...aku mohon jangan"

"Bawa dia kekamar dan kurung dia jangan sampai keluar"

"Ma engga ma....a...aku ga....ga mau ma"

Teriakku dengan keras.Aku berusaha untuk melepaskan diriku tapi ga bisa.Aku berusaha sekuat tenaga melepaskan tangan ku dari mereka tapi semuanya sia-sia.Aku ga tau apa yang mama lakuin ke Dion karena sekarang Mama sepertinya pergi menemui Dion.Aku takut mama akan mencelakai Dion.Aku ga mungkin hanya menangis saja didalam kamar,aku harus bergerak dengan cepat.Aku coba memeriksa jendela kamar supaya aku bisa keluar dari situ tapi jendela kamar sangat tinggi.Aku benar-benar takut terjadi sesuatu sama Dion.Badanku bergetar ga karuan dan hatiku benar-benar sakit karena aku ga bisa apa-apa.Kalau sampai Mama yang menghampiri Dion pasti sesuatu hal yang besar akan terjadi.Aku mencoba memeriksa lagi jendela kamarku tapi tetap ga bisa.Seandainya Papa ada dirumah pasti hal seperti ini ga akan terjadi.Aku benar-benar terkejut Bi Inem membawa sebuah tangga yang panjang supaya aku bisa turun.Sebenarnya aku sangat takut ketinggian tapi aku harus berani.Dengan hati-hati aku menuruni tangga dan untung saja hanya luka kecil pada kakiku akibat tangga yang ku pakai.

"Lis sini Bi obatan dulu luka kamu"

"Bi ga usah aku mau buru-buru keluar"

"Lis kamu harus cepat karena Bibi mendengar sedikit pembicaraan Nyonya tadi,Bibi takut sesuatu terjadi pada Dion"

"Bi aku ga tau harus apa lagi ini semua gara-gara aku kalau Dion sampai terluka"

Ucapku dan menangis.Dengan sabar Bi Inem menenangkanku.

"Kamu harus cepat menghentikan semuanya"

Aku langsung mengangguk dan pergi keluar dari Rumah.Dan untung saja ada jalan rahasia dibelakang rumah jadi aku ga bisa ketangkep CCTV yang ada didalam rumah.

Aku sangat lega akhirnya aku bisa keluar dengan selamat.Aku mencari taksi dengan cepat.Dan bahkan orang-orang menatapku dengan heran karena aku masih menangis.Dan untung saja ada satu taksi yang mau membawaku Panti.Aku menyuruh taksi itu cepat karena pikiran ku sudah dipenuhi dengan hal negatif.