Yifan langsung menatap aku dan Rendi dengan tajam.Apa dia marah karna aku sama Rendi?Dan seketika itu juga Yifan langsung melepaskan tangan Nia dengan kasar.Apa Yifan ga bisa lembut sedikit dengan perempuan.Wajah Yifan tiba-tiba memerah mungkin karna menahan marah.Aku juga bingung kenapa dia bisa sebegitu marahnya denganku.Yifan berjalan mendekatiku dengan wajah seperti itu.
"Ikut aku"
Bentak Yifan dengan suara rendahnya kearahku.Dan tentu saja Yifan menarik tanganku dengan sangat kasar.Tanganku benar-benar sakit karna perlakuan Yifan.
"Yifan tunggu dulu ada yang mau aku bicarain dengan Rendi"
"kenapa kamu begitu peduli dengan dia"
Balas Yifan dengan marahnya sehingga semua orang memperhatikan kami.Dan yang lebih parah lagi kenapa Rendi malah menyusul kami.Aku yakin Yifan tambah marah.
"Yifan aku dan Lista hanya kebetulan bertemu disini"
"Rendi kenapa memangnya kalau kamu ketemu aku,ga ada yang larang jadi kamu ga usah merasa bersalah"
Balasku dan mencoba melepaskan tanganku yang digenggam Yifan begitu erat.
"Aku hanya ga mau Yifan salah paham"
"kamu ga usah merasa bersalah Yifan aja yang terlalu sensitif"
Akhirnya tanganku bisa lepas dari Yifan.Aku heran sama dia karna hal seperti ini aja dia marah.Sedangkan aku ga pernah marah sedikitpun saat dia ketemu diam-diam dengan Nia.
"Ayo Rendi bukannya tadi kamu minta ditraktir"
Aku mengajak Rendi pergi tanpa peduli dengan Yifan karna dia udah keterlaluan banget.Marah karna hal sepele.
"Yifan kamu apa-apaan"
Yifan langsung menahanku dan tiba-tiba aja melepaskan jaket Rendi yang ku pakai tadi.Dengan kasar juga dia memberikan jaket itu ke Rendi.Yifan benar-benar keterlaluan.
"ikut aku"
Balas Yifan dengan kasar dan menarik tanganku lagi.Hari ini kami jadi tontonan banyak orang.Tapi Yifan sama sekali ga peduli dia tetap tarik aku dengan paksa supaya ikut dia.Aku jadi ga enak sama Rendi karna sifat Yifan yang mungkin kekanakan.Entah dia memang cemburu atau memang egois?Aku aja ga pernah permasalahin hubungan dia sama Nia.Kebetulan aja aku ketemu Rendi dia marah besar.Aku ga yakin kalau benar aku selingkuh dengan laki-laki lain mungkin akan jadi perang besar.Kenapa Yifan kayak gini,apalagi Rendi teman dia sendiri.
Dengan sangat kasar Yifan mendorongku kekamar.Tanganku benar-benar sakit dan bekas merahnya keliatan banget.Tanpa banyak bicara aku langsung duduk diam,bahkan aku merasa badanku benar-benar malas mau bergerak.Suasana disini benar-benar tegang.Dan tentu saja Yifan berdiri didepanku dan menatapku tajam.Kemarahan Yifan masih belum reda sejak tadi.Heran banget seharusnya aku yang marah karna dia diam-diam bertemu Nia.Dan kulihat tangan Yifan benar-benar tergenggam sangat keras.
"Aku ga sengaja tadi ketemu Rendi.Apa kamu harus marah seperti ini?"
"Kamu memang ga tau atau bodoh,dia sengaja mendekatimu untuk memanas-manasiku"
"bukannya kamu dan Rendi sudah kenal semenjak kalian kecil"
"sudahlah kamu ga akan tau"
Aku langsung terdiam mendengar ucapan Yifan.Atau memang Yifan cemburu sama Rendi?Aku langsung menatap dan menyelidiki kearah Yifan yang sedang berkacak pinggang dengan menyenderkan tubuhnya didinding.
"kamu cemburu?"
Tiba-tiba aja Yifan langsung batuk mungkin karna terkejut mendengar pertanyaan dariku.
"aku ga cemburu"
"lalu?"
"A-aku hanya...."
Balas Yifan dengan sedikit terbata dan dia tiba-tiba aja berpikir sesuatu,mungkin?
"iya-iya-iya kamu ga cemburu"
Balasku ke Yifan karena dia ga ngasih jawaban lagi.Aku langsung berdiri dan mendekati Yifan.Aku langsung memegang tangan Yifan.Sebenarnya,perlu keberanian untukku melakukan ini saat Yifan sedang marah.Aku juga sedikit mengerti dia pasti trauma karna Perlakuan Nia ke Yifan yang berselingkuh dengan orang terdekat nya sendiri.Dia mungkin berpikir aku dan Rendi akan mengkhianati dia.Mungkin seperti itu?atau mungkin aku juga salah.Jantungku berdetak ga karuan karna memang hal lain atau karna aku takut banget.
"kalau kamu ga cemburu.Seharusnya kamu ga perlu begitu marah padaku"
Ucapku ke Yifan dengan selembut mungkin.Dan tentu saja aku menatap Yifan.Dan sialnya Yifan malah membalas menatapku.Wajahnya masih serius dari tadi,apa dia benar-benar masih marah padaku.
"Apa yang kamu lakukan?"
Tanya Yifan padaku karna aku tiba-tiba memasang wajah lucu dan imut,mungkin?Aku benar-benar sangat malu sekarang.Lama-lama jika terus seperti ini bukan hanya Yifan yang marah aku juga akan marah.Dasar Yifan ga pernah bersikap lembut sedikit pun yang dia tau mungkin hanya kemarahan.Dengan sangat kesal aku melepaskan tanganku dari tangan Yifan yang ku genggam tadi.
"kalau kamu marah karna aku bertemu Rendi tadi sepertinya sifat kekanakan masih ada didalam dirimu"
Ucapku dengan kesal pada Yifan yang masih aja masangin wajah datarnya.
"kamu marah karna aku kebetulan bertemu dengan Rendi,sedangkan aku ga marah sedikitpun saat kamu ketemu diam-diam dengan Nia.Kamu benar-benar egois."
Sambungku Ke Yifan yang sudah buat aku begitu kesal dan ga ada satupun yang akan minta maaf.Hanya karena masalah itu Yifan marah seperti ini.Aku langsung pergi ninggalin Yifan dan menutup diriku dengan selimut saat Yifan menyusulku.Kurasakan Yifan duduk ditepi ranjang.
"Lista"
Panggil Yifan tapi aku ga nanggepin sedikitpun.
"Lista"
Panggilnya lagi sambil berusaha menarik selimutku.
"kamu marah"
Tanya Yifan padaku
"menurutmu?"
"aku minta maaf"
Aku langsung mengangguk ke Yifan dan kembali tidur lagi.
"kamu masih marah?"
Tanya yifan dan menarik selimut yang menutupi badanku.Sialnya Yifan melihatku menangis.Aku juga ga tau kenapa aku bisa sampai menangis.
"jangan ganggu aku"
Teriakku ke Yifan dan kembali menutup badanku dengan selimut.Yifan masih berusaha membangunkan aku dan memeriksa apa aku benar-benar menangis.Akhirnya Yifan berhasil membangunkanku.Aku hanya menangis menatap Yifan.Disaat yang bersamaan pikiranku tentang Dion kembali lagi.Dengan sangat lembut Yifan mengusap airmataku dan dia juga ga henti-hentinya minta maaf.Aku juga ga tau apa yang bisa kukatakan aku hanya bisa menangis.Dan ini pertama kalinya aku menangis didepan orang lain karena selama ini aku hanya menangis sendiri.Yifan memelukku dan menenangkan aku.Dia juga mengobati pergelangan tanganku yang merah karna tarikannya.Untuk sejenak aku merasa tenang.
"sudah selesai nangisnya"
Tanya Yifan sambil tersenyum kearahku.
"Yifan kamu itu benar-benar nyebelin tiap hari kerjaannya marah mulu dan ga pernah sedikitpun kamu bersikap lembut padaku"
"kalau ngomong banyak begini berarti kamu udah baik-baik aja"
Lanjut Yifan dan dia langsung baring.Aku juga ga tau dia tidur atau hanya baring.Karna Yifan langsung membelakangiku.Aku juga ga mau bicara lagi.Aku juga hanya ingin baring sekarang.Aku jadi ingat saat aku dan Dion dulu pernah bertengkar karna satu masalah kecil.Sampai saat dia meninggal pun aku belum sempat minta maaf ke Dion.Hingga sampai sekarang kami belum selesaiin masalah kami.Tapi setelah ku pikir baik-baik itu semua karna aku yang terlalu egois mempermasalahkan hal kecil yang mungkin ga perlu dibahas.Dion benar-benar luarbiasa karna selalu sabar dengan sikapku.Aku masih ingat bagaimana perhatiaan nya padaku.Dion Selalu tersenyum padaku walaupun aku selalu marah-marah ga jelas padanya.Sekarang ga ada lagi yang seperti Dion.Dia udah ninggalin aku selamanya.Aku liat jam ternyata udah pukul 11:05.Tapi aku masih ga bisa tidur.Aku ga tau kenapa tiba-tiba aku ingat Dion lagi.Dion pergi terlalu cepat itu juga sepenuhnya karna kesalahanku.Dia ga pantas dapatin itu semua.Delapan tahun yang kulewati bukan hal yang mudah.Selama delapan tahun ini aku berusaha untuk ngelupain semuanya tapi ga pernah bisa.Delapan tahun ini aku juga berusaha menyakinkan diri aku sendiri bahwa semuanya baik-baik aja tapi itu semakin buatku terluka.
"Seringkali seseorang memilih untuk tersenyum,hanya untuk menyembunyikan takutnya dan memilih untuk tertawa ,hanya untuk menyembunyikan lukanya"