"Jangan... hhhhh hhhh hhhh...jangan pergi. Aku mohon jangan tinggalkan aku. Tidaaak!!!"
Seorang wanita terbangun dari mimpi buruk yang di alaminya. Peluh membasahi wajahnya, nafasnya pun memburu. Di raihnya segelas air putih yang selalu ia sediakan di atas meja di samping tempat tidurnya. Di minumnya air putih itu hingga tandas lalu ia letakkan kembali gelas kosong tersebut. Masih pukul 03:00 dini hari, ia pun kembali merebahkan tubuhnya namun dengan mata yang enggan terpejam.
"Bulan terberat untukku datang lagi..." gumamnya sambil menghela nafas berat. Ia pun mengambil ponselnya dan membuka sebuah galery bertuliskan Yuna and Seojun. Terdapat sepasang pria dan wanita denga seragam sekolah yang sama sedang tersenyum bahagia di sebuah acara kelulusan.
"Seojun..." lirihnya sambil menatap foto tersebut, hingga ia tak sadar kini ia sudah mengeluarkan air mata.
Kenji adalah orang yang sangat berharga bagi Yuna. Mereka berdua adalah yatim piatu yang besar bersama di panti asuhan. Mereka berdua sangat dekat, saling menjaga satu sama lain hingga dewasa. Setelah lulus SMA mereka memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan tinggal di rumah kontrakan yang saling bersebelahan. Mereka masuk perguruan tinggi sambil melakukan berbagai macam pekerjaan sampingan untuk membiayai hidup mereka. Saling melengkapi dan saling menggantungkan diri satu sama lain. Hingga suatu kejadian merenggut nyawa Seojun tepat di malam natal, yang membuat Yuna selalu mengalami mimpi buruk saat menjelang perayaan natal.
Yuna masih setia melihat-lihat foto dirinya dengan Seojun yang masih ia simpan di dalam ponselnya, ini sudah tahun ke-3 sejak kematian Seojun dan Yuna masih belum bisa melupakan kejadian itu. Setelah ia rasa puas, Yuna pun kembali terdiam menatap langit-langit kamarnya tak tahu apa yang harus ia lakukan di pagi buta seperti ini. Lalu ia teringat dengan dokumen yang belum ia kerjakan. Ia pun bangun dan membasuh wajahnya lalu mengerjakan dokumen tersebut.
Setelah lulus kuliah, Yuna bekerja sebagai seorang editor di sebuah perusahaan majalah. Dengan kemampuannya dan prestasinya semasa di universitas, ia berhasil mendapat pekerjaan dengan cepat setelah kelulusannya.
.
.
.
Salju pertama di bulan Desember, Choi Yuna gadis berusia 24 tahun itu keluar dari rumah kontrakannya dengan pakaian rapi tidak lupa dengan mantel tebalnya. Ia pun berjalan ke halte terdekat untuk menuju tempatnya bekerja. Tidak butuh waktu lama kini ia sudah sampai di sebuah perusahaan majalah besar tempat ia bekerja. Sebelum masuk ke kantor ia menyempatkan untuk membeli segelas kopi, mengingat tadi ia terbangun pukul 03:00 dan kini matanya sedikit mengantuk.
Setelah membeli kopi di cafetaria ia pun masuk ke lift yang akan membawanya ke lantai 3, di lantai itulah ia bagiannya berada. Dengan santai Yuna membawa kaki jenjangnya ke dalam sebuah ruangan yang berisikan 8 orang tersebut, setelah menyapa beberapa seniornya ia pun duduk di meja kerja miliknya dan menikmati segelas kopi yang baru saja ia beli sebelum mulai bekerja.
Tak selang beberapa lama datang seorang gadis berparas cantik yang kemudian duduk di sebelah Yuna. Gadis itu menatap heran ke arah Yuna yang tidak biasanya meminum kopi di hari sepagi ini.
"Tidak biasanya kau minum kopi pagi-pagi?" tanya gadis itu yang merupakan teman dekat Yuna di kantor.
"Aku mengantuk, aku terbangun jam 03:00 pagi dan tidak bisa tidur setelahnya." jawab Yuna.
"Memangnya apa yang membuatmu terbangun sepagi itu? apa ada orang yang menerobos ke rumahmu?" tanya gadis tersebut.
"Bukan... bagaimana bisa kau berfikir ada orang yang menerobos masuk rumahku?" kini Yuna yang heran dengan pemikiran temannya itu.
"Entahlah, hanya terlintas di fikiranku saja." jawabnya sambil menunjukkan cengirannya.
"Dasar Miyeon aneh..." gumam Yuna membuat gadis bernama Miyeon itu mendengus kesal karena di katai aneh.
"Aku hanya mimpi buruk, dan setelahnya aku tidak bisa tidur lagi." lanjut Yuna menjelaskan. Miyeon pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Oh ya aku mendengar kabar kalau Pemimpin Redaksi yang baru hari ini sudah mulai bekerja, dari yang aku dengar dia masih muda dan tampan. Aku jadi penasaran seperti apa dia. Banyak sekali yang membicarakannya saat aku di kantin kemarin." ucap Miyeon antusias. Sementara Yuna hanya menanggapinya biasa saja, karena ia memang tidak begitu peduli dengan penampilan orang tersebut. Sejak kepergian Seojun, Yuna menjadi sedikit tertutup. Bahkan hanya Miyeon teman yang ia miliki sampai saat ini.
"Apa kau tidak penasaran dengan PemRed baru kita?" tanya Yuna.
"Untuk apa penasaran?.nanti juga kita akan bertemu dengannya." jawab Yuna acuh membuat Miyeon hanya bisa terdiam mendengar jawaban dari temannya yang tertutup itu.
"Hei siapa tahu dia masih single dan tertarik dengan salah satu dari kita." ucap Miyeon kemudian sambil menerawang entah membayangkan apa.
"Jangan menghayalkan hal yang tidak-tidak. Mungkin kalau denganmu ia akan tertarik tapi tidak denganku." Miyeon menghentikan kegiatannya berangan-angan dan menatap kesal ke arah Yuna yang selalu pesimis.
Memang jika di lihat dari segi penampilan Yuna jauh dari Miyeon. Miyeon adalah gadis yang modis, di tambah ia memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang indah. Ia juga pandai merias wajahnya. Tidak seperti Yuna yang sederhana, ia bahkan tidak memakai make up sama sekali saat bekerja hanya lipbalm saja yang ia gunakan agar terlihat sedikit segar. Sementara untuk ia hanya memakai pakaian yang ia rasa nyaman dan pantas untuk ia kenakan saat bekerja.
"Aku tidak suka kau pesimis seperti itu." protes Miyeon.
"Aku tidak pesimis Miyeon, tapi aku hanya mengatakan sebuah kenyataan." sanggah Yuna membuat Miyeon semakin kesal di buatnya.
"Terserahmu saja nona." Miyeon pun menyerah dan tidak mau berdebat dengan Yuna. Melihat temannya kesal Yuna justru terkikik geli. Ia tahu kekesalan Miyeon itu karena gadis itu peduli padanya, ia menghargai itu tapi memang beginilah sifat Yuna.
Terdengar suara derap langkah yang tampak tergesa-gesa, karena penasaran Yuna dan Miyeon mencari sumber suara tersebut yang ternyata bersumber dari dua rekan mereka Ok Jung dan Taeho.
"Teman-teman rapikan penampilan kalian PemRed yang baru sedang menuju kemari. Cepat cepat cepat." ucap Taeho sambil berjalan cepat ke mejanya. Semua yang ada di ruangan tersebut langsing merapikan meja dan penampilan mereka masing-masing untuk menyambut Pemimpin Redaksi baru mereka setelah Pemimpin Redaksi sebelumnya mengundurkan diri.
Tak lama kemudian General Manager masuk ke ruangan tersebut dengan seorang pria di belakangnya. Semua tampak begitu penasaran dengan sosok PemRed yang banyak di bicarakan orang tersebut, kecuali Yuna yang bersikap biasa saja.
"Selamat Pagi kalian semua." sapa sang General Manager yang di sambut hangat oleh para staf redaksi.
"Selamat Pagi!" jawab mereka serentak.
"Seperti yang sudah kalian dengar, hari ini Pemimpin Redaksi yang baru sudah akan mulai bekerja maka dari itu saya akan memperkenalkannya pada kalian semua."ucap General Manager lalu menyuruh orang yang ada di belakangnya untuk maju. Begitu pria tersebut maju semua yang ada di ruangan itu tampak begitu terkagum-kagum dengan sosok pria tampan yang ada di hadapan mereka.
"Selamat pagi, perkenalkan saya adalah Pemimpin Redaksi baru kalian semua, nama saya Ko Wooyoung. Saya harap kita bisa bekerjasama dengan baik." Ucap pria bernama Ko Wooyoung itu sambil menatap bawahannya satu persatu. Matanya terhenti sejenak saat melihat sosok Yuna.
"Baiklah mulai hari ini aku serahkan tim ini padamu, aku harap kau bisa memberikan hasil yang maksimal." ucap General Manager sambil menepuk bahu Wooyoung, pemuda tampan itu membungkukkan badannya sebelum General Manager itu meninggalkan ruangan.
Setelah sepeninggal General Manager dari ruangan tim Redaksi, Wooyoung pun memperintahkan para staffnya untuk kembali bekerja.
"Kalian bisa kembali bekerja, setelah itu jam 10:00 kita adakan rapat kecil di ruanganku." ucapnya kemudian masuk ke dalam ruangan pribadinya.
"Ternyata benar dia sangat keren dan tampan!" ucap Miyeon kegirangan, sementara Yuna hanya menatapnya biasa saja.
Di dalam ruangannya Wooyoung sedang memeriksa profil karyawannya satu persatu, saat sampai di profil Yuna ia kembali terdiam seperti memikirkan sesuatu.
"Aneh sekali, bagaiamana bisa aku memimpikan gadis ini beberapa kali. Aku yakin sekali wajah Yuna sama persis dengan gadis yang ada di mimpiku." ucapnya kemudian melanjutkan ke profil karyawan yang lain.
.
.
.
Malam pun tiba, Yuna baru saja tiba dari kantor pukul 08:00 malam hari ini ia lembur di karenakan beberapa pekerjaan yang terbengkalai selama di tinggalkan oleh Pemimpin Redaksi yang lama. Ia pun langsung bergegas masuk kamar mandi untuk membasuh tubuhnya menyiapkan makan malam sederhana untuk dirinya sendiri.
Sebelum tidur Yuna menatap butiran salju dari jendela kamarnya, banyak perasaan yang bergejolak jika ia melihat salju. Seojun sangat menyukai salju, dulu ia juga menyukainya namun kini ia tidak menyukainya lagi. Karena salju membawa Seojun pergi jauh darinya. Ia pun menghela nafas berat sambil beralih menatap tempat tidurnya.
"Semoga malam ini mimpi buruk itu tidak datang kembali." ucap Yuna lirih kemudian beranjak naik ke tempat tidur, menenggelamkan tubuhnya dalam balutan selimut tebal yang menghangatkan tubuhnya. Dan membiarkan matanya terpejam, membawanya ke alam bawah sadarnya.
TBC