Dengan berbagai kepesimisan tadi, hal itu membuat semua anggota di rumah tidak ada yang bisa memutuskan Huo Yao untuk belajar di sekolah yang paling tepat.
Huo Yanxi menatap Huo Yao, namun ia malah melihat ekspresi wajahnya tampak begitu tenang. Ia pun jadi bertanya-tanya, mungkinkah saat Huo Yao mengatakan bahwa sudah mendapatkan sekolah yang diinginkan itu bukan suatu candaan?
Di sisi lain, Huo Yao tampak dengan santai menganti gaya duduknya. Ia menyilangkan kedua kakinya dan menjawab dengan pelan, "Yi Zhong."
Ketika mengucapkan jawab tersebut, wajah Lu Xia langsung berubah menjadi sangat terkejut dan tidak tahan untuk menoleh ke arah Huo Yao. Ia pun langsung bertanya, "Yi Zhong? SMA Yi Zhong?"
Huo Yao tidak terlalu menanggapi kebingungan Lu Xia, ia hanya meresponnya dengan singkat, "Iya..."
Lu Xia kali ini tidak hanya melirik, namun juga memperhatikan Huo Yao untuk memahami keyakinannya. Ia sungguh tidak percaya dan merasa seperti baru saja mendengar lelucon yang paling lucu sedunia.
Andai Huo Yao memang mengatakan Shi Yi Zhong, mungkin Lu Xia akan bisa percaya. Akan tetapi, bila yang dikatakannya adalah SMA Yi Zhong?
Ha... ha.. Ha…! Sungguh, hal itu adalah sekolah yang paling bagus di kota ini. Sekolah itu merupakan sekolah terbaik yang mencapai posisi ke lima di negeri ini. Demi bisa diterima masuk ke dalam sekolah itu, seorang siswa harus memiliki kemampuan belajar yang sangat pintar.
Lu Xia sendiri pada awalnya harus membayar banyak uang agar masuk lewat jalur belakang. Namun tidak hanya itu, ia pun juga harus mendapatkan nilai yang cukup agar bisa diterima untuk belajar di sana….
Mendengar ucapan Huo Yao yang dikenalnya cukup bodoh itu, tentu hanya membuat Lu Xia tersenyum sinis. Ia pun menilai bahwa Huo Yao merupakan anak yang tidak tahu malu juga.
"SMA Yi Zhong bukan sekolah yang mudah loh." Ucap Lu Xia sambil tersenyum.
Huo Yanxi juga merasa perkataan adik angkatnya ini agak susah dipercayainya. Akan tetapi, ia pun segera memotong pembicaraan itu agar adik kandungnya ini tidak terlalu membual dengan perkataan yang tidak pasti di depan Lu Xia.
"Masalah sekolah, tunggu kita pulang saja. Kita bisa mendiskusikannya bersama Ayah dan Ibu. Setelah itu, kita baru bisa memutuskannya."
Lu Xia mengetahui Huo Yanxi sedang mencari jalan keluar untuk Huo Yao, ia pun menyipitkan mata dan tidak lagi membahas topik itu lagi. Namun, ia hanya menambahkan sedikit komentar.
"Kalau memerlukan bantuanku, jangan malu-malu untuk mengatakannya. Ayahku juga mengenal beberapa kepala sekolah yang bagus di dalam kota, dia nanti hanya perlu menyapa mereka."
Huo Yanxi pun mengangkat tangan dan menyalakan musik dalam mobil. Ia pun tidak terlalu memperdulikannya dan hanya mengatakan, "Iya…"
Jari ramping Huo Yao sekarang berganti posisi ke atas pahanya. Ia pun juga ikut untuk tidak memberikan respon apapun. Sepasang matanya saat ini hanya menatap kaca jendela di luar.
Di jalanan ini, lalu lintas tampak sangat ramai dan padat. Lampu lalu lintas yang bersinar, cahayanya yang berwarna-warni menghiasi pemandangan malam membuat pemandangan kota ini begitu memakmur dan ramai.
Sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan desa-desa kecil.
*****
Tidak lama kemudian, mobil memasuki sebuah jalan kecil. Kemungkinan besar ini adalah jalanan tua yang kondisi di dalamnya juga tidak begitu bagus.
Saat keluarga Huo membeli kamar pada salah satu apartemen di lantai atas, kawasan ini memang memiliki kondisi yang sangat tua. Alhasil, keadaan gedung di sini juga tidak ada yang tinggi.
Saat ketiga orang ini belum datang, sepasang suami-istri dari keluarga Huo sudah dari awal menunggu di depan pintu. Saat mendengar suara "Ding!" dari lift, kedua orang itu sangat tegang dan saling menatap kemudian memandangi pintu lift itu.
Dengan sangat cepat, Huo Yanxi dan Lu Xia berjalan ke depan untuk keluar dari lift. Huo Yao pun tampak muncul paling akhir dari mereka berdua.
"Ayah, Ibu, kami membawa Yaoyao pulang ke rumah." Ucap Lu Xia dengan senyuman dan suara yang manis.
"Iya…" Nyonya Huo yang bernama Song Ning hanya melihatnya sekilas. Namun, semua perhatiannya itu tampak jelas hanya tertuju kepada Huo Yao yang berdiri dibelakang mereka. Lalu, dengan bersemangat ia berjalan ke arahnya.
Lu Xia yang menyadari dirinya telah dilupakan, senyuman di wajahnya langsung berubah menjadi kaku.
Keluarga Huo walaupun tidak memiliki uang, namun kedua orang tuanya sangat menyayangi putri kecil mereka. Alasannya jelas, Lu Xia adalah putri termuda di keluarga mereka. Sayangnya, saat ini semua kasih sayang itu sudah berpindah kepada Huo Yao si gadis kampung tersebut...
Walaupun Lu Xia tidak menyukai perpindahan kasih sayang secepat ini, tetapi dengan memikirkan beberapa hal kecil tersebut sudah membuatnya sangat tidak senang.
Song Ning berjalan di depan Huo Yao, ia ingin melihat putri kandung di depannya ini. Ia baru menyadari bahwa anaknya ini memiliki wajah yang sangat mirip dengan dirinya.
Setelah puas melihat wajah anak kandungnya yang baru saja tiba, ia pun melihat wajah Lu Xia. Anak angkatnya itu terlihat menunjukkan ekspresi yang kacau. Dalam hati, ia tiba-tiba merasa ada banyak perasaan yang beradu menjadi satu.