Di saat yang bersamaan, Li Shengxia membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalamnya.
"Apakah kau puas?" Tanya Mo Nianchen santai.
"Kualitas pakaian yang dijual di toko itu bagus, harganya juga murah," jawab Li Shengxia sambil tersenyum puas, tapi ia selalu merasa ada sesuatu yang aneh, sehingga ia sengaja mengelabui Gina untuk masuk ke toko tersebut. Ia ingin menguji apakah dirinya sedang bermimpi, tapi melihat Gina cukup lama berada di toko tersebut, ia merasa seharusnya event toko tadi juga benar. Ia sama sekali tak punya alasan untuk berpikir bahwa event tersebut dipersiapkan khusus untuk dirinya sendiri.
Namun, apa yang salah?
Ia mendadak teringat sesuatu dan bertanya kepada Mo Nianchen, "Apakah hanya kau sendiri yang tahu bahwa ada event di toko itu?"
Mo Nianchen mendadak berhenti dan memegang kemudi mobil erat-erat, lalu bertanya, "Mengapa kau menanyakan ini?"
"Karena hal ini sangat aneh. Aku tidak pernah kejatuhan durian runtuh."
"Jadi, maksudmu, orang-orang sepertimu selamanya tidak akan pernah memenangkan lotere suatu hari nanti," Mo Nianchen menarik kedua sudut bibirnya.
"Tentu saja. Aku tidak pernah beli tiket lotere, bagaimana bisa menang."
"..."
"Ngomong-ngomong, bagaimana kau tahu ada event di toko ini?"
"Selama aku ingin tahu, apa lagi yang aku tidak tahu?"
Li Shengxia tak berani membantahnya.
"Kudengar, semakin banyak kita membeli, semakin banyak yang kita dapatkan. Bukankah kau punya kartu? Lain kali, jika ingin ke sini lagi, makin banyak yang kau beli, semakin murah pula harganya."
"Hah! Hah?" Li Shengxia memikirkannya hati-hati dan selalu merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ah, sudahlah, pasti dia terlalu banyak berpikir. Lagipula, ia tidak menderita.
Mo Nianchen menatap wajah Li Shengxia yang tanpa riasan dari kaca spion. Meskipun Li Shengxia tidak menaburkan bedak di seluruh wajahnya, tapi ia tetap terlihat cantik. Kulitnya begitu putih dan bening seperti batu giok.
"Berikutnya, kita akan pergi ke mana?"
"Tentu saja pergi mendaftar."
"Mendaftar?"
"Kalau tidak, bagaimana kau akan menipu Kakek?" Jawab Mo Nianchen dengan suara lemah tak berdaya, sambil tetap terus menatap ekspresi Li Shengxia dari kaca spion.
Li Shengxia mendadak menjadi buta.
Pasti ingin mendaftarkan pernikahan, kan ...
Mengapa ia bisa lupa.
"Kupikir itu hanya akting, tidak perlu serealistis itu."
Wajah Mo Nianchen membeku sesaat. Dengan dingin, ia berkata, "Meski harus berakting, tapi tetap harus berakting secara alami!"
Selanjutnya, Li Shengxia terdiam lagi.
Suasana di dalam mobil benar-benar menyedihkan.
Entah berapa lama, akhirnya mobil berhenti di suatu tempat.
***
Kantor Catatan Sipil.
Mo Nianchen terus berjalan di depan Li Shengxia. Gadis itu hanya bisa mengekor di belakangnya. Li Shengxia tidak pernah bermimpi bahwa pada suatu hari ia akan masuk ke tempat ini bersama Mo Nianchen!
Dia adalah orang yang menghilang dari kehidupannya selama lima tahun ...
Dia orang yang aneh dan plin plan.
Li Shengxia dapat merasakan irama detak jantungnya yang aneh dan tak terkendali.
Mereka mengambil foto bersama.
Mo Nianchen duduk di sebelah kiri Li Shengxia dan jarak mereka berdua begitu dekat. Li Shengxia merasa sangat gugup karena penindasan yang dilakukan Mo Nianchen kepadanya saat kecil.
Mo Nianchen tidak berkata apa-apa ataupun memandang ke arah Li Shengxia, membuat suasana mereka semakin aneh dan kikuk. Ingin sekali Li Shengxia melarikan diri, tapi ia tidak punya tempat untuk bersembunyi. Ia seakan-akan ditenun di dalam sebuah jaring besar. Ke mana saja ia pergi, ia tidak bisa melarikan diri.
Fotografer yang hendak mengabadikan foto mereka berdua memberikan instruksi kepada Li Shengxia, "Nona, sandarkan kepalamu sedikit pada bahu suamimu. Merapat sedikit lagi …"
Li Shengxia hanya bisa mendekatkan kepalanya ke bahu Mo Nianchen sesuai petunjuk dari fotografer. Tubuh keduanya semakin mendekat. Li Shengxia bisa merasakan suhu badan Mo Nianchen saat bahu keduanya saling bersentuhan.
Li Shengxia merasakan suhu tubuh dan napas Mo Nianchen. Seluruh tubuh mereka berdua menjadi sangat tegang.
"Bahunya santai saja. Senyum."
"Nona, jangan tegang begitu! Santai saja!"
Li Shengxia menghentikan rasa kikuknya. Sampai di sini, Mo Nianchen mendadak merentangkan tangannya dan memeluk pinggangnya. Secara refleks, Li Shengxia menegang dan perlahan-lahan menjadi santai.
"Ya, mendekatlah sedikit lagi! Senyum!"
Dengan sekali jepretan, lampu kilat menyala dan foto mereka berdua telah diabadikan.
"Sudah selesai …"
Setelah pengambilan foto selesai, Mo Nianchen masih memeluk pinggang Li Shengxia. Lalu ia mengambil dua lembar formulir, salah satunya diberikannya kepada Li Shengxia.
Kemudian Li Shengxia mengisi selembar formulir tersebut. Setelah itu, ia menerima sebuah buku berwarna merah.
Nama Mo Nianchen dan namanya tertera di atas selembar kertas yang sama.
Ia sudah menikah!
Tak ada pemberkatan atau upacara pernikahan, tidak ada hadirin, tidak ada ucapan selamat, dan juga tidak ada perjanjian pernikahan. Hanya begini saja, Li Shengxia telah menjadi istri sah Mo Nianchen.
Ini adalah satu-satunya foto dirinya dan Mo Nianchen dalam hidup mereka, bukan?
Kelihatannya mereka sangat intim ...
Namun, hanya Li Shengxia sendiri yang tahu …
Keintiman seperti ini adalah seperti hantu yang mengambang di permukaan.
Mereka berdua sama sekali tak berbicara satu sama lain. Kemudian Mo Nianchen membawa Li Shengxia keluar dari kantor catatan sipil.
Li Shengxia terus mengekor Mo Nianchen sepanjang jalan, sambil membawa akta nikah dalam diam.
Apakah Li Shengxia merasa teraniaya? Wajah Mo Nianchen seakan terbungkus lapisan es.
Pada saat ini, Li Shengxia menginjak satu anak tangga.
Di saat yang sama, Mo Nianchen memeluknya erat.
Wajah Mo Nianchen seakan membeku sesaat dan Li Shengxia merasakan kehangatan telapak tangan pria itu. Li Shengxia menundukkan kepalanya, melepaskan diri dari pelukan Mo Nianchen dan berkata lirih, "Terima kasih."
Ucapan 'terima kasih' yang meluncur di bibir Li Shengxia membuat Mo Nianchen menjadi tidak enak hati.
Mo Nianchen kembali berkata dengan nada dingin, "Berikan ponselmu!"
Li Shengxia bertanya kebingungan, "Untuk apa?"
"Cepat berikan!"
Meski Li Shengxia tidak mengerti maksud Mo Nianchen, tapi ia menurut dan memberikan ponselnya kepada pria itu dengan patuh.
Mo Nianchen mengambil ponsel Li Shengxia dengan cepat, menekan beberapa digit angka, lalu melirik layar ponsel dan bertanya dingin, "Mengapa nomor ponsel yang dulu tidak digunakan lagi?"
Nomor ponsel yang dulu? Li Shengxia terkejut. Ia tidak tahu berapa kali ia sudah mengganti nomor ponselnya.
Mungkinkah yang dimaksudnya adalah nomor ponsel lima tahun yang lalu? Setelah ia ditolak, ia selalu ingin menunggu Mo Nianchen meneleponnya. Li Shengxia telah menunggu selama tujuh hari penuh. Setiap kali ia gagal menghubungi Mo Nianchen, ia berpikir bahwa pria ini tak pernah meneleponnya lagi. Sederhananya, Li Shengxia ingin memulai sesuatu yang baru, oleh karena itu, ia mengubah semuanya. Nomor ponselnya yang lama masih aktif, tapi tidak pernah digunakan lagi.
Mengapa Mo Nianchen menanyakan ini? Apakah ia ingat nomor ponselku yang lama?
Li Shengxia tersenyum ringan, seolah menertawakan kebenaran dirinya sendiri. Lalu, ia menjawab, "Sudah kubuang."
"Kau buang?" Mo Nianchen tersenyum dingin. Bagaimana mungkin dia bisa sesantai itu mengucapkan bahwa dia membuangnya!
Mo Nianchen melirik layar ponsel Li Shengxia lagi. Namanya tidak muncul di layar ponsel saat ia melakukan panggilan telepon, yang artinya Li Shengxia tidak menyimpan nomor ponselnya sama sekali! Ia muncul di daftar nama orang asing!
Ia menghentikan tindakannya sesaat. Akhirnya, Mo Nianchen menyimpan nomor ponselnya di buku telepon di ponsel Li Shengxia, dan memberinya nama: suami.
Kemudian, Mo Nianchen mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya dengan tidak sabar.
Li Shengxia menerima ponselnya kembali, membuka ponsel, dan melihat bahwa nomor ponsel yang baru saja dimasukkan Mo Nianchen terasa sangat familiar.
Dulu Li Shengxia mengingat nomor ponsel ini secara terbalik. Sekarang ia tak bisa menahan rasa takutnya saat melihat deretan angka nomor ponsel itu.
Lima tahun telah berlalu dan Mo Nianchen tidak pernah mengganti nomor ponselnya sekalipun?
Li Shengxia mengalihkan pandangannya kepada Mo Nianchen dengan takjub. Pria itu masih dingin, sedingin setan dalam ingatannya.
Kemudian, Li Shengxia menundukkan kepalanya dan sedikit mengejeknya. Ada sejumlah orang yang tidak suka mengganti nomor ponsel. Apa yang aneh mengenai hal ini? Li Shengxia sama sekali belum punya hubungan khusus dengan Mo Nianchen dan ia punya alasannya sendiri.
Melihat Li Shengxia hanya diam saja, Mo Nianchen mengernyit kesal. Kemudian ia meninggalkan tempat itu dan hanya mengatakan kalimat yang diucapkannya dengan nada dingin, "Mulai hari ini, kau, kapan saja aku panggil, harus segera datang."
Setelah berkata demikian, Mo Nianchen meninggalkan Li Shengxia begitu saja di depan pintu kantor catatan sipil.