Hypomania yang diderita oleh Wen Chi sebenarnya merupakan sebuah PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Secara garis besar, itu meningkatkan kewaspadaan yang berlebihan, peningkatan respon terhadap gerakan mendadak, kurangnya fokus, dan mudahnya merasakan kecemasan serta amarah.
Saat Wen Mo berusia 4 tahun dia masih belum bisa bicara, setelah diperiksakan ke dokter, baru diketahui bahwa dia mengalami autisme. Wen Jianmin merasa itu semua genetik yang dibawa oleh keluarga Su Yun karena itu dia langsung mengajukan perceraian.
Awalnya Su Yun ingin menyelamatkan pernikahan ini, tapi setiap hari Wen Jianmin selalu menghina anaknya yang berusia 4 tahun itu dengan kata-kata kasar, memaki mereka gila, memaki mereka bodoh. Akhirnya Su Yun tidak tahan lagi dan dia khawatir jika hal ini berlangsung lebih lama lagi maka bisa melukai jiwa anaknya. Karena itu akhirnya dia memutuskan untuk membawa ketiga anaknya dan keluar dari rumah keluarga Wen.
Setelah itu, autisme yang diidap oleh Wen Mo menjadi semakin parah, ditambah gejala PTSD milik Wen Chi perlahan muncul dan membuatnya tidak bisa mengendalikan emosinya walaupun hanya mendapat sedikit rangsangan.
Saat Wen Chi berumur 18 tahun, dia membereskan para preman yang menindas Wen Mo tapi secara tidak sengaja membuat salah satu dari preman itu cacat dan berakhir masuk ke dalam penjara.
Saat ini sebuah cahaya hangat berwarna kuning masuk ke dalam rumahnya dan menyinari punggung Wen Chi, raut wajah Wen Chi terlihat penuh dengan keringat. Dia berdiri di depan Wen Qiao dan itu membuat perasaan Wen Qiao terasa kacau hingga matanya memerah.
"Wen Qiao, kamu mau apa?" Wen Chi melihat tongkat kayu di tangan Wen Qiao dengan ragu-ragu.
Wen Qiao menggoyang-goyangkan tongkat kayu itu di tangannya, "Kamu baru berumur 15 tahun, kamu belum legal secara hukum jadi tidak boleh pergi ke warnet."
Para anak laki-laki dengan rambut berwarna-warni tertawa mencibir Wen Chi dan salah satu dari mereka berkata, "Wah, Kak Chi, kakakmu sangat mengaturmu ya."
Wen Chi yang mendapatkan hinaan itu langsung merasa tidak senang. Dengan suara penuh penekanan berkata, "Wen Qiao, minggir."
Dia tidak terima dirinya sebagai petarung terkenal di sekolah dihancurkan oleh siapapun, termasuk kakaknya sendiri.
Wen Qiao memegang tongkat kayu yang ada di tangannya dengan erat lalu berkata, "Kamu ingin ke warnet kan? Baiklah, tapi kalahkan aku dulu."
Wen Chi tertegun sesaat kemudian dia tertawa terbahak-bahak, "Wen Qiao, kamu gila ya?"
Para anak laki-laki itu berbisik satu sama lain, "Apa kakak dari Kak Chi merasa tersinggung karena sesuatu?"
"Iya, Kak Chi tidak bisa dihentikan, selain itu dia juga sangat kuat, kakaknya…"
Wen Chi mendorong pundak Wen Qiao dengan acuh tak acuh, "Wen Qiao, jangan aneh-aneh, cepat minggir."
Tapi Wen Qiao sama sekali tidak bergerak, tubuhnya masih berdiri dengan tegak seperti batu. 1 detik kemudian Wen Qiao menahan pergelangan tangan Wen Chi dengan tangannya yang lain, lalu memegang pundak Wen Chi dan tanpa kesulitan mendorongnya.
Wen Chi yang merupakan siswa terkenal sebagai petarung di sekolahnya itu terjatuh karena kakaknya sendiri.
Dia terlentang di lantai dan merasa terkejut.
Saat tersadar, dia langsung bangkit berdiri dan dia ingin membalas kakaknya. Saat dia hendak menyerang, Wen Qiao dengan mudahnya menjatuhkannya kembali.
Wen Chi berkata dalam hati, 'Sial, sejak kapan kakakku bisa bertarung? Kekuatannya bahkan begitu mengejutkan.'
Teman-teman Wen Chi yang lain membelalakkan mata melihat Wen Chi yang terjatuh karena Wen Qiao, mereka semua gemetar melihatnya.
Mereka tidak menyangka bahwa kakak Wen Chi sangat kejam.
Saat Wen Chi merintih kesakitan, teman-temannya dengan cepat melangkah maju untuk membantunya tapi mereka seperti mengantarkan diri ke masalah, Wen Qiao memukul mereka semua dengan begitu mudahnya seperti koki yang sedang memotong kubis.
Tidak lama kemudian, 5 orang itu juga terbaring di atas lantai dengan wajah yang lebam-lebam.
Wen Qiao membuang tongkat kayu yang ada di tangannya dan semua orang menjadi gemetar.
Wen Mo yang jarang sekali tersenyum, saat ini dia tersenyum.
Wen Qiao melangkah maju lalu dia menyeret Wen Chi, "Ikut denganku ke salon."
Wajah Wen Chi lebam seperti babi. Dia dengan tidak terlalu jelas bertanya, "Pergi… pergi ke salon untuk apa?"
"Untuk mengembalikan rambutmu menjadi warna hitam. Kalau kamu berani mewarnai rambutmu lagi seperti ini, maka aku akan membiarkanmu merasakan lagi apa yang aku lakukan hari ini."
Wen Chi tertarik ke depan Wen Qiao lalu dengan suara pelan meminta ampun, "Kak, jangan membuatku malu, bagaimanapun juga aku adalah petarung di sekolah dan semua temanku ada di sini."