Setelah berhasil melewati semua rintangan yang menyusahkan itu, Lexci segera masuk ke satu–satunya ruangan yang ada di lorongnya. Pandanganya kini menatap setiap sudut ruang—ah, dibanding ruangan, ini lebih pantas disebut kota. Ingatkan tempat apa ini, dunia halusinasi. Jadi disetiap titik yang ada, hanya keindahan dari halusinasilah yang terlihat.
Dihadapan Lexci, sudah ada gedung–gedung tinggi layaknya dalam dunia fiktif. Belum lagi, setiap gedung itu bisa ia masuki dan jelajahi, seperti dalam game–game action buatan manusia. Jika di dalam game adalah manusia simulasi, lain halnya dengan game yang satu ini, dimana kita sebagai manusia asli yang memerankannya.
"Di tempat yang luasnya sangat luar biasa ini, bagaimana caranya aku bisa menemukan kunci emas itu? Sebenarnya tugas macam apa yang tuan Jamea berikan ini. Aku sendirian disini, sudah seperti satu–satunya manusia yang hidup dikeadaan bumi yang punah." Keluhnya, sembari berjalan menyusuri pinggiran kota malam ini.
