Bagas menyusuri setiap lorong yang berada di markas ini. Markas yang berdiri di atas tanah yang luasnya berhektar–hektar ini, menyimpan banyak keajaiban dunia, yang mungkin tidak akan pernah terpikirkan keberadaannya oleh kita, sebagai manusia normal dan terbilang biasa.
Namun, markasnya imi berkata lain, benda–benda yang hanya bisa ia lihat di film, kini benar–benar ada dihadapanya, seolah memanggil Bagas untuk segera datang kepadanya. Akan tetapi Bagas sadar diri, siapa dia? Apa haknya untuk masuk ke dalam ruangan yang ditutupi oleh kaca transparan sebesar 150x150 centimeter ini? Bahkan datang kemaripun rasanya kesalahan besar yang ia lakukan.
"Andaikan saja aku bertugas menggunakan alat–alat ini, pasti akan sangat menyenagkan." Ujarnya, sembari memutar badan, membelakangi semua alat canggih di dalam sana.