"Aku yang membunuhnya." Kalimat itu menghentikan pandangan Leo. Pria yang tadinya menghakimi sang ayahanda atas semua yang terjadi, kini menoleh tepat pada tamu yang baru saja datang menyela. Melihat kalimat yang diucapkan begitu tegas, tanpa celah dan keraguan, juga tak ada kalimat basa-basi sebelumnya, Mr. Costea tak sembarang berbicara sekarang ini. Ia bahkan menatap Leo dengan begitu mantap.
Bukan hal yang aneh, kalau selepas melakukan pembunuhan, ia tak punya rasa bersalah dalam dirinya. Jujur saja, pembunuhan atau semacamnya adalah hal yang biasa untuk mereka bertiga. Bahkan diusianya yang belum genap menginjak 7 tahun, Leo sudah disuguhkan dengan pemandangan yang brutal kala itu. Dirinya melihat Mr. Costea memenggal kepala seorang pengawal yang membangkang. Leo bahkan masih ingat dengan jelas suara kepala yang jatuh membentur lantai kayu di bawahnya saat itu.