Cincin merah melingkar di jari manis yang terlihat kurus. Cincin tu sangat sederhana tapi ternyata terlihat lebih indah dalam kegelapan. Sepasang mata biru menatapnya lekat-lekat, Niin, entah sudah berapa lama ia melakukan aktivitas itu. Warna merah cincin tersebut benar-benar mengingatkan ia pada seseorang.
{"Hey tunggu dulu, siapa namamu?"
"Kau tidak perlu tau."
"Bawalah aku bersamamu."
"..."
"Aku terlalu lemah hingga aku tidak bisa bebas ke mana saja. Aku ingin bebas berjalan ke mana pun tanpa harus merasa takut."
"Lalu?"
"Aku mohon, jadikan aku muridmu."
"Murid? Lupakan saja."
"Tapi aku ini sangat pandai dan cepat belajar. Ayolah ... hey... ayolah aku mohon ..."}
Ia tersenyum mengingat pertemuan pertamanya dengan Naara dulu.
{"Aku tidak ingin membunuhmu. Jadi menjauhlah."
"Kau tidak akan bisa membunuhku, tapi aku bisa membunuhmu!"