"Kau sangat penting bagiku tapi tidak lebih penting dari keselamatan dunia ini. Aku tidak ingin membunuhmu tapi kau memaksaku, Seimon yang ada di dalam dirimu itu tumbuh bersama kebencian dan kemarahanmu, itu seperti bom yang akan membahayakan semua orang jadi sebelum bom itu meledak aku harus menyingkirkannya," jelas si pria berambut putih yang tak lain adalah Ryukei.
"Huh. Begitu." Naara membuka kakinya lebih lebar dan memegang gagang pedangnya. "Kalau begitu singkirkan kalau bisa," ucapnya segera melesat ke arah si rambut putih.
Klang!
Pedangnya tertahan dengan baik oleh pedang si rambut putih. Sedetik waktu terasa berhenti sebelum akhirnya mereka sungguh-sungguh terlibat pertarungan dalam kecepatan yang sulit diikuti mata.
Klang klang klang!
Dentang oedang terdengar lima sampai tujuh kali perdetik. Kedua pria itu silih berganti memukul mundur dengan sengit.