Hening. Sudah satu menit tak ada dari mereka yang membuka suara. Raut wajah Naara sangat kosong sementara R-Raven mulai memandang prihatin, ia tidak menyangka kalau reaksi Naara akan seperti itu.
"Aku belum memberitahumu semua rahasia yang kutahu, tapi kau ...." Ia menghentikan kalimatnya saat lehernya tiba-tiba dicekik oleh Naara. "Kau mempermainkanku. Jika Reen adalah Isura aku akan langsung mengenalinya lagi pula Isura itu pengguna es bukan api."
"Hm." R-Raven tersenyum lalu terkekeh, membuat Naara menautkan alisnya.
"Sudah kubilang aku belum memberitahu semuanya."
"Maksudmu?"
"Lepaskan aku dulu."
Karena merasa perlu mendengarkan, Naara pun melepas cekikannya.
R-Raven berdeham sekali. "Kau ini keterlaluan," ucapnya sambil merapikan kerah jubahnya lalu mulai menatap Naara dengan serius. "Baiklah dengarkan baik-baik. Reen adalah kakakmu atau lebih tepatnya kloningan dari kakakmu."
"Mha! Maksudmu?"