Raisa diam membisu melihat Jacko menarik tubuhnya dengan keras hingga membentur dadanya. "Kenapa? cemburu?" bisiknya di telinga Raisa. Sorot mata Raisa berkaca-kaca ingin menangis, di cium lembut mata itu. "Tidak usah cemburu, aku hanya milikmu" bisiknya lagi di telinga sebelum memberikan tanda di lehernya. "Bagaimana bisa milikku? kamu menikahi wanita itu" protes Raisa melepaskan diri dari Jacko. Raisa merasa dibodohi selama mengenal Jacko, namun tangan yang mempererat pinggang bikin orang salah paham bagi orang yang melihat dan mendengar. "Untuk apa kamu cemburu pada wanita kemarin sore. Aku hanya mengikuti permainan keluarga saja" bujuk Jacko malas tetapi tubuhnya berkata lain. Raisa merasa senang namun ia harus menjaga image. Jadi, Raisa tidak akan membiarkan Jacko seenaknya. "Jacko...aku sangat mencintaimu. Jangan bodohi aku!" sanggah Raisa tajam. "Untuk apa aku bodohi kamu jika ternyata wanita itu hanya menyandang nama belakangku saja sebagai hiasan" kata Jacko mendesak Raisa menuju sudut lain di perpustakaan ini. "Kamu tidak berbohong? Jacko, jangan permainkan aku" ujar Raisa bergerak mengikuti irama Jacko. Senyum culas ada disudut bibir Jacko, sayang Raisa tidak mengetahui. Jacko menarik lebih rapat Raisa pada dirinya, ia tahu di sekitar ada Easyi cintanya. Selama ini hanya bermain-main demi menunggu Easyi menjadi istrinya tetapi melihat Easyi seperti mengingatkan masa lalunya yang suram. Ada rasa tidak terima. "Tentu saja tidak. Bagaimana kalau kita pergi ke vila milikmu? kita bisa bermain sepuasnya disana" bujuk Jacko lagi. Raisa menengadah menatap wajah tampan Jacko. "Kamu benar,ayo" kata Raisa menyetujui. Raisa bukan orang bodoh tapi jika bisa mengikat Jacko, mengapa tidak. Anak? Raisa akan melakukan itu walaupun untuk itu terpaksa merelakan tubuh cantiknya untuk dirusak. Jacko berjalan berdampingan dengan Raisa meninggalkan perpustakaan.
Easyi bersembunyi di balik pintu yang terbuka. Berulangkali mengutuk dalam hati, Seandainya tadi begitu semua orang sibuk, ia langsung kabur tapi malah ke ruangan perpustakaan yang menarik perhatiannya. Perlahan bergeser, Easyi mencoba membuka dengan hati-hati supaya tidak menarik pasangan yang sudah berjalan menjauh di depannya.
krek....bum....
"aduh..." teriak Easyi kaget. Gelap tidak ada cahaya yang menerangi. Easyi berusaha bangun, terkejut begitu bangun lampu menyala terang sekali, ia membutuhkan waktu untuk membiasakan diri. Ia memperhatikan sekitarnya ada banyak lingkaran yang aneh. Lampu menyala setiap ia berjalan terus menyusuri lorong. Lingkaran aneh terus bermunculan di setiap langkahnya bahkan bentuknya tidak ada yang sama. Berhenti di depan pintu, Easyi mencoba membuka.
brak!
Pintu berhasil terbuka setelah empat kali dorongan. Sinar matahari masuk di sela-sela pintu yang terbuka. Easyi berusaha melihat keluar dan terperangah. Sebuah kamar yang cantik dengan ornamen simpel di sekelilingnya. Easyi masuk perlahan-lahan. Ada perasaan takut namun juga nyaman di dalamnya. Bagai pulang rumah Easyi rasakan. Bukankah aneh ia merasakan hal ini, kalau dipikir-pikir lagi.
Dimeja ada toples berisi kue nastar kesukaannya. Matanya terbelalak kegirangan. Perut lapar dan terlihat ada teh panas mengepul di udara, tercium bau harum. Tangan menarik nastar dari dalam toples. Satu gigitan lembut memecah nastar hingga masuk kedalam mulut, tulang terasa meleleh hingga ke dasar hati disertai kelembutan rasa yang tak dapat dipungkiri dirindukan Easyi.
Satu nastar tidak akan pernah cukup, Easyi terus mengambil diselingi teh panas. Rasa yang mewah baginya. Udara dingin menerpa tubuhnya hingga membuat Easyi merasa lelah, perut kenyang bikin mudah mengantuk. Iapun bangkit berjalan membuka pintu yang tadi ia masuk. Tak ada hal aneh namun di depannya ada tempat tidur dengan gaya sederhana, mirip tempat tidur miliknya di masa SMP. Easyi terlalu mengantuk untuk bisa menganalisa di sekelilingnya, iapun mulai merangkak naik ke atas tempat tidur lalu berbaring. Tak peduli dimana, ia hanya ingin tidur dan bermimpi bertemu ibunya Sheba.
--
Langit mengelap seiring waktu yang mulai memasuki malam. Sheba melihat putrinya lembut, menepuk dan mencium pipi Easyi pelan.
"Eas....bangun" bisik Sheba. Easyi semakin malas membuka matanya walaupun terbangun karena tepukan dan ciuman di pipi. Sheba tertawa geli melihat Easyi bergerak mirip udang. "Eas.." panggil lembut Sheba, iapun turut membaringkan tubuhnya di samping Easyi. "Ibu 5 menit lagi" ucap Easyi malas lalu terdiam kaget. Bukankah ibu sudah meninggal tapi bau tubuhnya sangat dikenalnya. Easyi berusaha menenangkan diri dengan tidak buka mata, ia takut ibunya akan hilang. "Bangun... kamu akan terlambat sekolah" kata Sheba berusaha sekali lagi untuk membangunkan. "Eas...". Kali ini Sheba mencubit pipi Easyi kuat. Sontak Easyi kaget. Perlu 5menit untuk mengambil waktu mencerna pada penglihatan. "Ibu?" tanya Easyi terheran-heran namun berubah cepat, ia memeluk erat hingga Sheba bingung. Rasa takut memenuhi hati Easyi hingga tanpa sadar memeluk untuk memastikan. "Ada apa Eas? apa kamu bermimpi!" tanya Sheba membiarkan Easyi meringkuk bagai bola di dalam pelukannya. Easyi tidak tahu mau berkata apa, jika nyatanya ibunya sudah meninggal dunia tapi mengapa ia masih bisa melihat Sheba ibunya. "Ibu" kata Easyi bertambah bingung. "Anak bodoh, ayo bangun, bisa terlambat ke sekolah". ucap Sheba bangkit berdiri kemudian keluar kamar.
Easyi diam mematung melihat kepergian Sheba. Apa yang terjadi? pikir Easyi mulai panik. Sekolah? pikirnya lagi. Buru-buru turun dari tempat tidur menuju kamar mandi di dekatnya. Syok. Wajahnya berubah menjadi anak berusia 15tahun. "Ini...". Easyi melihat ke pakaian yang dipakainya. Baju tidur berbahan kaos dan gambar hello Kitty di depannya. Ingatannya melayang pada masa usianya saat itu. Kepanikan mulai timbul, tetapi ia harus segera mandi jikalau ingin tahu semuanya.
Kecepatan mandi 15 menit sangat memecahkan rekor bagi Easyi yang sebenarnya tipe malas mandi. Begitu keluar kamar, Easyi bertambah syok. Di depannya, ayah sedang membaca koran. Perlahan-lahan ia duduk di samping ayah, mengamati bentuk ayahnya. Pria gagah dengan penampilan sederhana, tidak ada perubahan di saat terakhir Easyi melihatnya terakhir kali sebelum dikuburkan. "Ayah" panggil Easyi pelan. Air matanya nyaris turun, melihat ayahnya baik-baik saja. Koran diturunkan lalu menoleh ke arahnya. Easyi tak dapat lagi membendung perasaan rindunya, ia cepat memeluknya erat-erat bahkan menangis. Tepukan hangat di punggung kecil Easyi mengingatkan dimana saat ini.
"Ada apa dengan anak ayah?" tanya halus Barka, ayahnya. Sheba meletakan piring berisi nasi goreng, Barka menanyakan pada Sheba dengan pandangan halus pada Sheva tetapi dijawab dengan angkat bahu. "Easyi mimpi buruk" jawab Easyi pelan masih berada dalam pelukan Barka, ayahnya. "Tidak apa. Ada ayah disini" ucap Barka geli. Anak perempuan kesayangannya ini terlihat sedih bahkan entah mengapa Barka merasa Easyi terlalu masuk kedalam mimpi. "Eas...makan! kamu tidak mau terlambat ke sekolah? hari ini ada ulangan" ujar Sheba duduk di hadapannya. Easyi melepaskan diri dari pelukan Barka ayahnya. Kebingungan jelas muncul tapi dilihatnya satu persatu membuat hatinya bahagia. "Ya Bu, aku makan dulu" katanya pelan sambil menyuapkan satu sendok ke mulut. Barka dan Sheba saling melihat, ada hal aneh dilakukan Easyi namun mereka berdua memilih diam.