Seorang gadis tampak sedang duduk sendirian di sebuah restoran mewah, di kelilingi lilin-lilin cantik dan hidangan yang tak kalah mewah pula. Dengan meja berhiaskan bunga mawar merah di iringi alunan piano yang terdengar romantis, pastinya ini adalah malam yang sangat istimewa. Ia terlihat sedang menunggu seseorang yang spesial di sana, bahkan ia sudah berdandan begitu cantik dengan dress merah muda selutut dengan rambut panjang yang ia biarkan tergerai. Bibir merahnya tersenyum indah begitu mendengar suara yang ia tunggu-tunggu sedari tadi, jantungnya berdegup kencang hanya dengan mendengar suara bass itu menyapa telinganya.
deg
deg
deg
"Apa kau sudah lama menunggu?" sapa suara itu. Gadis itu pun berdiri perlahan dan menolehkan kepalanya ke asal suara tersebut, ia tersenyum lembut kepada pria yang begitu ia kagumi itu. Pria itu terlihat sangat tampan dengan setelan jas warna abu-abunya, tubuhnya yang tinggi semampai bak model dan wajahnya yang rupawan pasti akan membuat para kaum hawa menjerit karenanya.
"Tidak... aku juga baru saja sampai." Bohong, ia sudah duduk di tempat itu lebib dari satu jam yang lalu. Namun demi apa? demi cinta tentu saja ia akan melupakan satu jam itu dan menganggapnya satu menit jika sudah di hadapan pria idamannya itu.
"Syukurlah, aku takut membuatmu terlalu lama." Pria itu tersenyum membuat gadis itu hanya bisa terdiam, bahkan ia merasa seluruh tulang-tulangnya kini rontok. Hanya dengan melihat senyumnya saja sudah bisa membuatnya lemas seketika.
Dua sejoli itu pun menikmati makan malam romantis mereka dengan tenang di iringi dengan alunan piano yang indah. Keduanya saling menatap satu sama lain, sama-sama tersipu malu dan melempar senyum. Hingga sang pria menyadari ada noda makanan di sudut bibir gadis di hadapannya. Seperti di film-film romantis yang ada di televisi, pria itu berisiatif membersihkan noda makanan tersebut dengan jarinya, hingga membuat sang gadis tersentak dan semakin tersipu. Keduanya saling menatap dalam dan saling mendekat, dan kalian pasti sudah menduga apa selanjutnya yang akan terjadi. Wajah mereja sudah semakin dekat, hingga mereka bisa merasakan nafas satu sama lain. Dan akhirnya...
Kriiiiing.....!!!!!!
"Aaah berisikkk!!!" teriak seorang gadis dari balik selimut tebalnya. Dengan malas ia meraih jam weker di meja samping tempat tidurnya dan mematikannya. Dan ternyata kencan romantis tadi hanyalah sebuah mimpi. Mengecewakan.
"Padahal tinggal sedikit lagi kami akan berciuman. Aaaaaahhhh tidaaaaakkkk!" teriaknya sambil memukul-mukul selimutnya.
"Apanya yang tidak?" tanya seorang lelaki yang tiba-tiba membuka pintu kamar gadis itu membuat sang pemilik kamar berjengit karena terkejut.
"YA! apa kau tidak bisa mengetuk pintu dulu? dasar bocah tengik kau membuatku terkejut." kesal gadis itu pada laki-laki tersebut.
"Ibu menyuruhku membangunkanmu. Cepat mandi dan turun. Pemalas." laki-laki itu pun keluar dari kamar gadis tersebut.
"YA!!!! dasar bocah menyebalkan." kesal gadis itu kemudian turun dari ranjangnya dan bergegas masuk ke kamar mandi. Setelah selesai ia pun memakai seragamnya, menyiapkan buku dan turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama.
"Selamat pagi ayah, selamat pagi ibu..." sapanya pada kedua orangtuanya.
"Selamat pagi sayang." balas sang ibu sambil tersenyum lembut.
"Kau tidak menyapaku?" tanya laki-laki yang tadi masuk ke kamar gadis itu.
"Selamat pagi adikku yang jelek." ucapnya kemudian duduk di sebelah laki-laki yang merupakan adik laki-lakinya tersebut. Kedua orangtua mereka pun hanya tersenyum melihat interaksi kakak beradik yang sering tidak akur tersebut.
"Pemalas."
"Jelek." Keduanya saling menatap sengit, jika dalam komik akan keluar percikan-percikan listrik dari mata mereka berdua.
"Sudah-sudah ayo kita mulai sarapan, kalian tidak ingin terlambat kan di hari pertama sekolah?" ucap sang ayah menengahi. Keduanya pun berhenti saling menatap dan mulai mengambil sarapan milik mereka dan menyantapnya perlahan.
"Natsu jaga kakakmu selama di sekolah dan jangan bertengkar terus."
"Aku kan kakaknya ibu, kenapa malah aku yang harus di jaga?" protes sang kakak. Karena menurutnya kakaklah yang harus menjaga seorang adik bukan sebaliknya.
"Mei kan wanita dan Natsu pria, jadi ya pria yang harus menjaga wanita." jawab sang ibu lembut.
"Aku akan mengawasinya, ayah dan ibu tenang saja." ucap Natsu sambil menyantap nasi gorengnya. Membuat sang kakak, Mei merengut kesal. Pasalnya Natsu kadang bisa sangat menyebalkan, kalian nanti akan tahu sendiri.
"Kalian nanti akan di antar ayah, untuk besok kalian bisa naik sepeda ke sekolah." keduanya mengangguk.
Setelah selesai sarapan, mereka pun mengambil tas masing-masing dan bersiap berangkat ke sekolah baru mereka. Tahun ini mereka sudah menjadi siswa SMA. Lalu bagaimana kakak beradik itu bisa masuk sekolah SMA bersamaan? apa mereka kembar?. Jawabannya tidak, mereka tidak kembar bahkan usia mereka terpaut dua tahun. Tapi karena Natsu anak yang cerdas ia mengikuti kelas akselerasi hingga bisa loncat dua kelas dan duduk di kelas yang sama dengan kakaknya. Ia ingin berada di satu tingkatan dengan kakaknya agar bisa mengawasinya setiap saat. Kenapa begitu? Entahlah hanya Natsu yang tahu.
Sesampainya di sekolah mereka mengikuti upacara penyambutan siswa baru. Setelahnya masuk ke kelas masing-masing yang sudah di tentukan. Baru hari pertama masuk sekolah, mereka sudah banyak menarik perhatian, oke ralat bukan mereka tapi Natsu yang langsung mendapat tatapan kagum dari para siswa mau pun kakak kelas mereka. Dia memang merupakan pria yang memiliki paras tampan, tubuh tinggi semampai bak model dan kulit putih bersih layaknya perempuan. Namun satu hal yang kurang, ekspresi wajahnya yang selalu datar, namun justru menambah kesan cool di sana.
"Haaah sudah ku duga aku pasti akan seperti seorang asisten lagi nanti, auuuwwwh betapa menyebalkannya memiliki adik yang tampan." keluh Mei sambil berjalan di samping Natsu yang tampak tidak peduli dengan tatapan-tatapan memuja para gadis.
"Harusnya kau bangga dan berterimakasih padaku, berkatku kau jadi punya banyak stok makanan ringan di rumah." ucap Natsu datar. Memang benar juga sih, dulu waktu SMP Natsu sering mendapat hadiah dari para gadis dan banyak juga yang memberikan ia makanan dan Mei lah yang menghabiskan makanan-makanan tersebut.
"Tapi tetap saja... huffft baiklah aku sudah terbiasa, okey...jalani saja." Mereka pun masuk ke salah satu ruangan yang akan menjadi kelas mereka satu tahun ke depan. Mei tidak mau duduk dengan Natsu alasannya karena bosan, ia pun memilih mencari tempat duduk yang lain.
"Permisi apa aku boleh duduk di sini?" tanya Mei pada seorang gadis yang duduk sendirian. Gadis itu menoleh dan tersenyum ramah pada Mei lalu mempersilahkannya untuk duduk.
"Tentu saja, di sini masih kosong." Mei pun tersenyum senang dan kemudian mendudukkan dirinya di samping gadis itu.
"Namaku Takahara Mei, panggil saja Mei. Siapa namamu?" tanya Mei ramah.
"Namaku Watanabe Kanao, semoga kita bisa menjadi teman yang baik ya Mei." keduanya berjabat tangan dan saling tersenyum. Natsu hanya memperhatikan Mei dari tempat duduknya sambil menghela nafas panjang. Tak lama kemudian seorang anak laki-laki langsung duduk di sebelah Natsu.
"Ah maaf harusnya aku bertanya dulu apa kursi ini kosong atau tidak." ucap laki-laki itu mendapat tatapan kurang mengenakkan dari Natsu. Melihat aura dingin Natsu laki-laki itu hendak beranjak namun suara Natsu menghentikannya.
"Tidak apa, aku duduk sendirian." ucap Natsu datar. Laki-laki itu pun kembali duduk dan meletakkan tasnya. Ia hanya bisa diam karena melihat Natsu yang tampaknya bukan orang yang mudah untuk di ajak berkenalan, sementara dia sendiri sedikit pemalu.
"Siapa namamu?" tanya Natsu tanpa di duga, membuat laki-laki di sampingnya langsung menolehkan kepalanya.
"O...Ahhh aku Yamada Ryohei. "Laki-laki itu tersenyum ramah, namun ekspresi wajah Natsu tetap sama. Datar.
"Takahara Natsu, panggil saja Natsu." setelah saling memperkenalkan diri, tak lama kemudian seorang guru masuk ke kelas.
Hari pertama masuk sekolah tentu saja tidak ada pelajaran, hanya ada sesi perkenalan antar siswa dan lingkungan sekolah. Dan seminggu ke depan akan di isi dengan masa orientasi siswa. Mei hanya bisa berharap semoga seminggu ke depan semuanya berjalan lancar dan begitu seterusnya. Ia pun kini sudah begitu akrab dengan Kanao, teman yang baru di kenalnya. Ternyata mereka berdua sama-sama gadis yang cerewet jadi cepat sekali mereka menjadi akrab meski baru beberapa jam bertemu. Lain halnya dengan Natsu, sifatnya yang cuek dan pendiam membuat banyak teman lelaki yang enggan untuk mendekatinya, bahkan Ryohei yang menjadi teman sebangkunya saja masih canggung untuk mengajaknya ngobrol, namun jangan salah Natsu tidak separah itu ia hanya butuh waktu untuk beradaptasi. Tidak tau saja kalau sudah di rumah ia akan menjadi laki-laki yang menjengkelkan bagi Mei, bahkan mereka sering beradu mulut karena hal-hal sepele. Natsu memiliki alasan sendiri untuk bersikap seperti itu jika di luar rumah. Apa pun itu alasannya, lambat laun pasti Natsu akan mengungkapkannya.
Setelah menjalani hari pertama yang cukup melelahkan, Natsu dan Mei sampai di rumah menaiki bus. Keduanya langsung merebahkan diri di sofa depan televisi, sudah menjadi kebiasaan mereka sepulang sekolah. Jika sang ibu ada di rumah sudah pasti mereka akan mendapat omelan panjang darinya.
"Haaah aku lelah sekali, padahal rasanya aku tidak melakukan apa-apa di sekolah." Natsu melirik Mei yang sedang menyandarkan tubuhnya di sofa sambil memejamkan mata, seakan ia baru saja melakukan kegiatan yang sangat melelahkan. Namun di balik itu Natsu tersenyum tipis sebelum ia berdiri dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil segelas minuman. Mei yang sudah membuka matanya karena pergerakan dari Natsu ikut berdiri dan langsung menyambar gelas berisi air milik Natsu yang masih berisi setengah.
"Aku juga haus." Ucap Mei dan langsung menenggak minuman itu hingga habis.
"Dasar pemalas, sekalinya pemalas tetap pemalas. Mengambil minum sendiri pun tidak mau." Mei hanya melirik dan menyerahkan kembali gelas tersebut pada Natsu kemudian mengambil tasnya dan berjalan masuk ke kamarnya.
"Aku lelah sekali Natsu, bertengkarnya nanti saja." Ucap Mei malas sambil sedikit menoleh ke arah Mei. Natsu yang mendengar ucapan Mei barusan hanya bisa menaikkan sebelah alisnya.
"Sejak kapan bertengkar bisa di tunda?." Natsu pun meletakkan kembali gelasnya dan mengikuti jejak Mei untuk masuk ke kamar.
Di dalam kamarnya, Mei sudah segera mandi dan mengganti pakaian. Saat ia beru keluar dari kamar mandi ia begitu terkejut karena Natsu sudah tiduran di kasurnya, untung saja ia membawa pakaiannya ke kamar mandi tadi.
"Kau tidak bisa mengetuk pintu dulu sebelum masuk? Untung saja aku sudah berpakaian."
"Waaaj berarti aku belum beruntung."
"Dasar gila. Mau apa ke kamarku?!" Tanya Mei ketus. Natsu berguling-guling di kasur Mei sambil membaca buku.
"Kau tidak lihat aku sedang membaca?"
"Kau kan bisa melakukannya di kamarmu sendiri."
"Memangnya tidak boleh kalau aku ingin membaca buku di sini?" Ucap Natsu tanpa melihat wajah Mei yang tampak kesal.
"Benar-benar bocah menyebalkan. Aku ingin istirahat jelek!." Kesal Mei.
"Istirahat saja, tidak ada yang melarang. Kau tinggal istirahat dan aku membaca buku. Sudah kan? Repot sekali." Ucap Natsu enteng, membuat amarah Mei seakan sudah sampai di ubun-ubun. Berbeda dengan di sekolah, saat di rumah Natsu benar-benar menyebalkan. Selalu ada saja cara membuat Mei jengkel.
"Kau benar-benar ahli dalam merusak suasana hatiku." Ucap Mei sambil menghempaskan tubuhnya di sebelah Natsu, tak ada gunanya mendebat adik laki-lakinya itu. Tidak akan ada ujungnya.
"Jangan terlalu sensitif. Sudah istirahat saja aku hanya akan membaca dan tidak akan mengganggu." Natsu fokus membaca buku yang ia pegang. Sedangkan Mei yang benar-benar mengantuk perlahan mulai menutup matanya. Hanya suara jam yang terdengar di dalam kamar itu.
Natsu meletakkan bukunya di meja dan beralih menatap wajah polos Mei yang sedang tertidur. Tampak begitu damai dan tenang. Ia pun tersenyum tipis melihat wajah kakaknya.
"Dasar pemalas, tukang marah. Kalau diam seperti ini jauh lebih cantik." Ucap Natsu kemudian mengecup kening Mei setelah itu ia keluar dari kamar tersebut dan masuk ke kamarnya sendiri.