Chereads / the secret groups / Chapter 3 - 1. the secret groups

Chapter 3 - 1. the secret groups

"Alasan lu pengen cari tahu misteri yang ada di sekolah ini apa?" Tanya Alex membuat Brian menoleh kearahnya.

"Karena gue ga suka sesuatu yang terlihat sempurna diluar tapi busuk di dalam" jawab Brian. Alex ternganga sambil bertepuk tangan.

Sekarang giliran Brian yang bertanya. "Lu tau kalo sekolah ini ada rumor yang jelek?" Tanya Brian dan di jawab anggukan oleh Alex.

"Tapi lu masih tetep masuk sekolah ini?" Tanya nya lagi.

Alex menggeret bangku nya untuk duduk mendekat kearah Brian lalu menjawab pertanyaannya. "Gimana sama lu?"

Brian mengerutkan keningnya bingung. "Gimana? Apa?" Tanya nya heran

"Lu pasti juga tau kan kalo sekolah ini punya rumor jelek?" Tanya Alex dan di jawab anggukan oleh Brian.

"Terus kenapa tetep masuk kesini?"

Brian berdecak kesal merasa tak adil. "babi lu,kan gue yang nanya duluan"

Alex cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Okeoke" katanya. "Gue masuk sekolah ini karena--"

"Karena lu berdua mau mecahin misteri yang ada di sekolah ini dan nyari tau siapa dalang yang sebenarnya" sahut lelaki yang tiba-tiba muncul entah darimana membuat Alex dan Brian tersentak kaget

"Lah Ardi?" Sentak Alex kaget. Sedangkan Brian hanya terdiam karena tidak tahu namanya.

"Emang lu pikir lu berdua bisa--"

"Apa maksud Lo?" Ketus Brian tak terima yang hampir menonjok Ardi.

Ardi yang melihatnya langsung tersentak kaget dan memundurkan kakinya beberapa langkah

"Weh kalem-kalem. Gue belum selesai ngomong" katanya berusaha menenangkan.

"Emang lu berdua bisa nyelesain nih masalah tanpa ngajak gue?" Katanya membuat mereka berdua tercengang heran.

Ardi? Seorang Ardi yang ga pernah perduli sama situasi apapun. Bahkan mungkin kalau dirumahnya ada kebakaran ia lebih memilih main game online di bandingkan keluar rumah.

"Lu sehat?" Kata Alex sambil memegang jidat Ardi.

Ardi berdecak kesal lalu menepis tangan Alex dari pandangannya. "Gue sehat sekolah ini yang ga sehat"

"Siapa sih nama lu?" Tanya Brian membuat Ardi menatap nya heran lalu berjalan mendekat kearahnya.

"Lu anak baru? Atau baru keluar dari goa? Kita tuh aduh" katanya sambil menepuk jidat lalu memalingkan wajahnya ke lain arah. "Kita duduk ga sampe tiga meter anying bisa-bisanya lu ga kenal nama gue? Kalo guru lagi absen lu tuh ngapain sih?" Katanya heran lalu berdecak kecil.

"Giri iji gi gii ingit niminyi ipiligi rimihin biskiit kiyik li" ledek Alex sambil menatap wajah Brian malas. Brian yang melihatnya langsung menonjok lengan Alex.

"Kebangetan sih" ucap Ardi sambil menggelengkan kepalanya.

Brian melipat kedua tangannya lalu menaruhnya di depan dada. "Terus apa kabar sama lu?" Katanya membuat Ardi bingung

"Hah?"

"Iya apa kabar sama diri lu sendiri yang ga pernah perduli di situasi apapun" katanya. "Lu ga inget waktu banjir? Lu lebih milih tidur kan dari pada beres-beres kelas?" Kata Brian membuat Ardi menatap nya sinis.

"Ya karena gue---"

Alex langsung berdiri di tengah-tengah mereka untuk memisahkan agar tidak beradu bacot. "Woiiiiii diem lu berdua" teriak Alex membuat Ardi dan Brian tersentak kaget.

"Adu bacot lagi gue tonjok lu satu-satu" kata Alex membuat mereka berdua terdiam.

***

"Bulan ini udah ada sepuluh orang woi yang meninggal. Gila rahasia nya bener-bener kejaga banget sampe-sampe ni sekolah masih jadi sekolah terfavorit" kata cowok itu.

Brian yang sedang duduk di WC itupun mendengar percakapan kedua pria itu dari dalam. Ia terdiam mengerutkan dahinya bingung.

Tak berselang lama Brian keluar dari WC dan menghampiri kedua pria yang sedang mengobrol itu. Brian menatap mereka berdua dari atas hingga bawah dengan tatapan tajamnya.

Ia melihat Zaki dan Raihan di luar sana. Mereka berdua tampak panik sedikit demi sedikit memundurkan langkahnya agar tak berhadapan dengan Brian. Namun tangan Brian lebih dulu menarik pergelangan mereka berdua membuat kedua cowok itu tersentak kaget.

"Mau kemana sih? Gue mau nanya tentang lomba basket" alibi Brian membuat Zaki dan Raihan menghela nafas lega

Tak berselang lama mereka bertiga keluar dari toilet itu dan duduk di kursi sebelah perpustakaan. Brian masih menatap mereka berdua dengan tatapan tajam dan menakutkan.

Zaki dan Raihan hanya bisa menggigit bibir bawahnya karena takut hal yang yang tak diinginkan terjadi.

"Lu berdua ikut lomba nya ga?" Tanya brian memecahkan keheningan.

"Gue sih daftar tapi kata pak Aldo harus di seleksi dulu yang mainnya paling bagus baru di pilih" kata Zaki membuat Brian menganggukkan kepalanya.

"Gue pengen ikut sih,tapi kayaknya masih banyak yang lebih bagus mainnya daripada gue" jawab Brian.

Merendah untuk meroket.

Brian tuh satu-satunya murid yang selalu menangin lomba basket. Setiap ada perlombaan basket ia selalu dipilih dan hasilnya memang tak pernah mengecewakan.

Bahkan tim basket pun rasanya tak sempurna kalau ga ada Brian. Setiap ada perlombaan basket Brian tuh ibaratkan obat buat orang yang lagi sakit. (Maksud gue tuh kayak orang kalo sakit pasti butuh obat kan? Nah kalo ada lomba basket Brian tuh di butuhin banget biar menang)

"Ikut aja dah lumayan hadiahnya" sahut Raihan membuat Brian menoleh sekilas.

"Lu tau informasi tentang sekolah ini?" Tanya Brian menatap Zaki dengan tatapan sinis.

Zaki pun tersentak kaget bingung harus menjawab apa. Ia menelan ludahnya pelan-pelan menghindari kontak mata dengan Brian.

Badan Zaki terasa kaku sesekali menginjak kaki Raihan untuk meminta bantuan. Brian yang masih stay duduk di depan Zaki untuk menunggu jawaban darinya.

Tak lama Zaki beranjak dari tempat duduknya sambil menundukkan kepala. "Gue lupa ada tugas yang belum gue kumpulin" alibi Zaki lalu pergi meninggalkan Brian.

Raihan yang masih duduk langsung mendekat sedikit ke arah Brian. "Dia tau sesuatu makanya kabur" ucap Raihan lalu pergi untuk menghampiri Zaki.

Brian menatap punggung mereka berdua yang sedikit demi sedikit menghilang dari pandangan nya. Ia terdiam sesaat memikirkan ucapan Zaki di toilet tadi.

Ia berdecak kesal menendang kaki meja yang di hadapannya. Lalu ia pergi meninggalkan tempat itu dan pergi menghampiri kedua temannya tadi.

***

"Gue rasa Zaki tau sesuatu deh" ucap Brian membuat kedua temannya menatap bingung.

"Tuh lu tau nama dia" sahut Ardi

"Di bajunya ada nama dia" jawab Brian sambil memutar bola matanya malas.

"Maksud lu Zaki tau sesuatu tuh apa" tanya Alex yang masih tak mengerti dengan ucapan Brian barusan.

Brian menggeret bangkunya untuk duduk mendekat ke arah mereka berdua lalu melirik ke arah kanan dan kiri untuk melihat situasi.

"Tadi gue habis dari toilet,terus dia ngomong sama temennya gue ga tau namanya siapa" kata Brian.

"Dia ngomong apa?" Sahut Alex.

"Dia ngomong kayak gini bulan ini udah ada sepuluh orang woi yang meninggal gila rahasianya bener-bener kejaga banget sampe ni sekolah masih jadi sekolah favorit" ucap Brian meniru gaya bicara Zaki

Alex dan Ardi saling menatap bingung. Berfikir bahwa dalang di balik semua ini adalah Zaki. Tapi itu tidak mungkin

"Kalo gitu orang pertama yang harus kita liatin gerak-geriknya itu Zaki" kata Ardi dan di jawab anggukan oleh Alex. Brian terdiam membenarkan nya dalam hati.

"Berarti kita harus ikuti kemana dia pergi,dan temen ngobrol dia" sahut Alex

"Pulang sekolah?"

Ardi mengangguk. "Iya,biasanya ips7 kalo hari Rabu selalu ada kelas tambahan. Bisa jadi sebelum di mulai dia pergi ke suatu tempat" Alex dan Brian mengangguk.

•pulang sekolah•

"Jadi ga?" Tanya Brian pada kedua temannya itu.

Alex dan Ardi mengangguk. "Jadi"

"Eh bentar lu berdua tunggu sini gue mau keluar" kata Ardi dan di jawab anggukan oleh Brian dan Alex.

Tak berselang lama Ardi pun kembali dengan membawa tiga walkie talkie yang entah darimana. Brian dan Alex saling menatap bingung karena di dekat sekolah tidak ada yang menjual alat seperti itu.

Ardi yang masih mengatur nafasnya berusaha duduk sebentar lalu memberikan walkie talkie tersebut.

"Nih ambil" katanya yang masih ngos-ngosan

Alex dan Brian meraih alat itu dari tangan Ardi lalu menatapnya dengan bingung.

"Ini punya satpam?" Tanya Alex yang tak asing dengan barang itu.

Wajar saja jika Alex tau karena dia sering banget numpang ngerokok di pos satpam belakang.

Ardi menganggukkan kepalanya. "Iya gue pinjem"

"Gue ga yakin lu minjem" kata Brian memicingkan matanya curiga

Ardi berdecak pelan. "Iye iye gue ngambil,ntar kalo ga ilang insyaallah balikin" katanya lalu berdiri

"Kalo ilang?"

"Yaudah mau gimana lagi? Namanya juga dah ilang" jawabnya acuh tak acuh.

"Ga ada akhlak anying"

Tak lama ia melihat segerombolan anak ips7 pun keluar dari kelasnya. Mereka melihat Zaki yang sudah keluar dengan langkah terburu-buru.

Mereka bertiga pun berpencar untuk mengikuti langkah Zaki. Brian yang berjalan tepat di belakangnya harus hati-hati agar tidak ketahuan olehnya.

Cowok itu berjalan ke arah ruang laboratorium. Ia sesekali menoleh ke arah belakang karena merasa ada yang mengikuti nya.

Brian sontak langsung mengumpat di balik tembok dekat nya. Sesekali melihat situasi lalu kembali berjalan untuk mengikuti cowok itu lagi.

"Halo halo woi Brian jangan diem aje dia kemana" kata Alex dari walkie talkie nya.

Brian yang mendengar langsung menghentikan langkahnya. "Dia masih di-- sial! Ilang anying anaknya" kata Brian sambil berdecak kesal.

"Dia lagi jalan di koridor menuju ke arah gudang taman belakang" kata Ardi.

"Hah? Itu kan tempat terlarang anjir"

"Makanya lu berdua kesini dulu"

Brian dan Alex pun langsung bergegas menghampiri Ardi ke gudang taman belakang. Namun langkahnya terhenti ketika melihat wanita yang sedang berusaha mengambil sepatunya yang tersangkut di atas pohon.

Brian berdecak pelan bingung harus menghampiri yang mana dahulu. Lalu ia memutuskan untuk membantu gadis itu dan menghampirinya,ia mengambil sepatu yang ada di atas pohon tersebut lalu memberikannya.

Gadis itu menatap Brian lekat lalu tersenyum kecil. "makasih" katanya dan di jawab anggukan oleh Brian. Lalu cowok itu melanjutkan langkahnya lagi menuju gudang taman belakang.

Sampai di gudang belakang sekolah Brian melihat kedua temannya sedang menguping pembicaraan entah siapa. Cowok itu langsung menghampirinya karena penasaran.

"Ada apa sih?" Tanya Brian membuat mereka berdua tersentak kaget.

"Lama banget ngapain sih lu?"

"Itu gue tadi--"

"Denger dah woi" ucap Ardi. Mereka bertiga pun menempelkannya telinganya di pintu gudang tersebut.

"Ga boleh ada yang tau kalo dalang di balik ini semua itu--" belum sempat mendengarkan sampai selesai,Alex melihat ada satpam yang menuju ke arah mereka.

Mereka bertiga pun panik, berusaha kabur namun tidak bisa. Satpam itu lebih cepat di bandingkan mereka. Orang yang ada di dalam gudang itu ikut panik karena merasa ada yang menguping pembicaraan nya.

Mereka berdua kabur entah lewat mana. Sedangkan Ardi,Alex,dan Brian sudah tak bisa lari kemana-mana lagi karena satpam itu lebih dulu menangkap mereka.

"Kalian tau kan ini daerah terlarang untuk para murid?" Tanya satpam tersebut. "Ikut saya ketemu kepsek" katanya lalu menarik paksa mereka bertiga.

"Permisi pak,ini ada siswa yang melanggar peraturan" kata satpam tersebut membuat kepala sekolah mendongak menatapnya.

"Peraturan ini sudah lama,tapi kenapa kalian masih bisa melanggar nya?" Tanya kepala sekolah itu.

Mereka bertiga menundukkan kepalanya tak berani melihat kepsek itu,sebut saja dia pak Rama. Pak Rama memajukan kursinya untuk lebih dekat menatap mereka bertiga.

"Kenapa kalian berada di sana?"

"Kita hanya sedang bermain bola lalu bolanya terlempar ke arah sana" alibi Alex membuat kedua temannya menatap heran.

"Kita mempunyai lapangan yang cukup besar dan jauh dari tempat terlarang,lalu mengapa bola kalian bisa sampai disana?" Tanya pak Rama membuat Alex dan kedua temannya berdecak pelan

"Katakan yang sejujurnya" kata pak Rama sambil menatap nya sinis.

"Tadi kita tidak sedang bermain di lapangan pak, lapangan penuh dengan senior." Alibi Brian

"Saya bisa jamin kalian akan mendapatkan hukuman berat dari saya" kata pak Rama membuat Ardi menatapnya sinis.

"T-tapi pak"

"Tak ada pengecualian,saya akan meminta Faisal untuk mengawasi kalian" katanya membuat ketiga pria itu menatap pak Rama dengan tatapan sinis