Saat Maku bangun, dia berada di rumah sakit. "Akhirnya kamu bangun, nak." Suara seseorang di sampinya. Pas dia melihat ke orang yang berbicara, ternyata itu adalah Jendral Lux.
"Jendral? Kenapa anda disini?"
"Itu karena." Dia memberi Maku sebuah foto hologram dari padnya. Di foto ada mayat para Demon yang ia bunuh.
"I..ini demon yang menyerang kemarin."
"Betul dan yang membunuh mereka adalah kamu." Dia menunjukkan sebuah rekaman dari salah satu temannya Alex (semua Hunter diberi camera kecil di armor sebagai bukti kerja mereka dan merekam hal yang tak terduga), dan di rekaman itu memperlihatkan Maku bertransformasi dan membunuh para Demon.
Saat Maku melihat rekamannya, dia sempat kebingungan apakah itu nyata dan Jendral Lux mulai bertanya kepada dia "Jadi Maku, bagaimana caranya kamu mengendalikan virus variant langka ini?"
" Aku tidak terlalu ingat, yang saya ingat cuma rasa sakit lalu pingsan dan kemudian aku bangun dengan armor ku. Tangan kiriku tumbuh dan mata kiriku bisa melihat."
"Apa kamu yakin?"
Maku mengangguk. "Bagaimana keadaan Alex dan teman-temannya?" Tanya Maku.
"Temannya terluka cukup parah, setelah mereka pulih, mereka semua akan kami hukum atas serangan mereka yang semena-mena dan membantah perintah. Aku gak nyangka 5 orang itu adalah orang bodoh." Dengan nada agak kesal.
Saat Maku mendengar itu dia ketawa sedikit. "Apa kamu yakin tidak ingat apa-apa?" Jendral Lux bertanya lagi.
"Iya pak, saya tidak ingat apa apa soal mengendalikan virusnya."
Saat Jendral Lux mendengar perkataan Maku. Dia langsung menuju pintu keluar. Tapi sebelum keluar dia berkata "Istirahatlah hingga pulih, setelah itu kita akan lanjut berbicara apa yang terjadi." Dan dia pun keluar.
Maku sendirian di kamar "Kamu berbohong saat kamu mengendalikan aku kan?" Suara Barbatos muncul di kepalanya dan dia berada di hadapannya.
Maku memegang kepalanya "B...bagaimana suara kamu di kepalaku?"
"Itu karena aku berada di tubuhmu. Aku berada di otak, saraf, otot dan tulang. Kamu harus terbiasa soal ini."
"Aiiih sakit tubuhku saat kau berusaha kendalikan aku. Apa kalian tidak punya cara lain untuk masuk kah?" Sambil memegang kepalanya.
"Nope, tidak ada. Kita hanya bisa masuk lewat hidung, mulut, atau bola mata. Dan bola mata adalah jalan tercepat menuju otak." Barbatos ketawa sambil terbang di udara.
"Apa kamu mau ku pukul kah?"
"Kamu tidak akan memukul aku semudah itu, hahahah. Dan ada yang belum kamu beritahu padaku."
"Apa itu?"
"Kamu belum kasih tahu mamu."
"Lah, bukannya sudah?"
"Belum bodoh. Kamu malah pingsan saat aku mau nanya. Dasar bocah."
"Yaa salah mu yang bikin aku lelah."
"Itu kan termasuk tantangannya, bodoh?"
"Bisakah kau berhenti panggil aku bodoh?" Dengan nada yang kesal.
"Tiiidak, kelihatannya nama itu cocok dengan mu. Hahahaha."
"Kurang ajar ya kau."
"Nahh nah nah bocah bodoh." Ejek Barbatos.
Dan kesabaran Maku sudah habis "Dasar muka jelek."
"Hei, jangan panggil aku begitu. Aku itu cukup tampan tau dalam kalangan ku." Barbatos berkata dengan sombong sambil mengusap wajahnya.
"Ya bagi kita tidak." Dan Maku menjulurkan lidahnya mengejek Barbatos.
Dan pertengkaran mereka yang nggak jelas di lihat oleh para suster yang lewat. Mereka pikir Maku berbicara sendiri. Itu karena Barbatos hanya bisa di lihat sama dia. Saat Barbatos menyadari bahwa mereka melihat Maku "Oi bocah, kamu di lihatin tuh." Dan saat Maku melihat ke suster, para suster langsung pergi sambil ketawa sedikit. Maku merasa malu hingga dia menutup wajahnya pakai telapak tangannya yang kanan. "Sepertinya mereka kira kamu sudah jadi gila."
"Haduh, kamu ini bikin kesal aja."
"Apa kamu akan beritahu nama mu atau tidak?"
"Nama ku Maku, Maku Sahada. Ingat itu baik baik."
"Hummm ok, akan ku ingat nama mu jika bisa."
Maku mengulur tangannya untuk bersalaman dengannya "Mohon kerja samanya mulai sekarang." Sambil tersenyum.
Saat Barbatos mengulur tangannya. Bukannya bersalaman dia malah tos tangannya Maku. "Aku tidak suka bersalaman. Ingat itu." Dia pun menghilang di hadapannya. Maku melihat ke tangannya yang di tos dan kembali istirahat sambil memandang langit yang masih siang.
Di Lobby TDHG semua orang mulai membicarakan tentang petarungan yang terjadi kemarin. Video petarungan Maku tersebar di lobby.
Tetapi Muka tak terlihat jelas di dalam video. Orang orang mulai memanggilnya *The Demon Claw*.
"Luar biasa. Kira kira siapa dia?" Jawab salah satu hunter yang melihat rekaman videonya.
"Kurang tau, tapi dia pasti bisa menjadi member team yang hebat."
Diantara kerumunan Seorang gadis berambut hitam panjang melihat rekaman petarungan di lobby. Dia memakai gaun berwarna hijau gelap metalik. Dari raut wajah gadis itu terlihat terpukau melihat laki-laki yang telah membunuh seekor demon variant.
20 jam kemudian di luar rumah sakit
Maku berada di depan pintu rumah sakit dan berjalan menuju gedung TDHG. Di perjalan dia tanpa sengaja menabrak orang dan orang yang nabrak dia adalah cewek yang terpukau melihat petarungan Maku. Sayangnya gadis itu tidak tahu bahwa Maku adalah The Demon Claw.
"Ahh kamu tidak apa apa?" Kata Maku sambil mengulur tangannya ke dia.
"I..iya tidak apa apa" dia menggenggam tangan Maku dan berdiri. Dia perhatikan bahwa tangan Maku tidak ada dan mata kirinya buta.
"Maaf ya, aku agak terburu-buru." Maku mengelus kepalanya sendiri karena menyesal.
"I..itu tidak apa apa. Emangnya kamu mau kemana?"
"Aku mau ke gedung TDHG."
"Wah kebetulan, saya juga mau kesana. Mau jalan bareng?"
"Boleh saja." Dan tiba tiba muncul suara di kepala "wiiih dapat cewek lu, menurut kamu dia cantik?" Kata Barbatos.
"Oi kenapa kamu malah nanya saat begini?" Kata Maku sambil merasa malu.
"Eh? Tadi kamu bilang apa?" Kata gadis itu.
"T..tidak, aku tidak bilang apa apa." Kata Maku agak malu dan marah gara gara Barbatos.
"Ohh dan aku lupa bilang bahwa kita bisa berkomunikasi lewat pikiran. Hahahaha." Ketawa Barbatos.
"Kenapa kau tidak bilang dari awal, bodoh!!!" Kata Maku dalam pikiran.
Bagi Barbatos suaranya sangat keras.
"Oii tenanglah, suara mu keras amat dah." Sambil membersihkan telinganya sendiri gara gara keras suaranya.
Di perjalanan mereka mengobrol
"Oh ya nama kamu siapa?" Tanya gadis itu.
"Nama ku Maku. Kalau kamu?"
"Aku Melati. Salam kenal."
"Ohhh Melati." Dan Maku tiba tiba teringat dengang bunga melati yang ia pernah tanam. "Nama yang cantik." Sambil tersenyum.
Dan saat Melati mendengar perkataan Maku. Dia mulai merasa malu dan pipinya mulai agak memerah. "Ehh kamu kenapa?" Tanya Maku."kamu
"T..tidak apa apa." Sambil menutup wajahnya dengan tangannya.
Saat mereka sampai di TDHG. "Sepertinya kita berpisah di sini. Sampai bertemu lagi ya." Dia melambaikan tangannya ke Maku dan Maku melambai balik. Setelah mereka berpisah, Maku pergi mencari ruang kerja Jendral Lux. Saat sampai di ruang kerjanya dia tekan tombol bell di samping pintu. Setelah tunggu sebentar, pintu tergeser ke kanan dan ke kiri dan di dalam ada Jendral Lux menunggu di mejanya "Selamat datang di TDHG, Maku. Silakan duduk." Maku menuruti perintah dan duduk di kursi yang ada di depan meja jendral. "Saya senang kamu sudah sembuh dan bisa menemui ku hari ini. Mari kita ke intinya. Soal kejadian serangan Demon variant. Saat itu kamu mendapatkan armor mu sendiri dan itu adalah jenis variant. Kamu dengan mudah membelah demon itu. Jadi kami ingin kamu menjadi anggota TDHG dan menjadi seorang Demon Hunter. Bagaimana?" Tanya Jendral Lux dengan senang.
"Iya pak, saya sangat senang bisa bergabung." Jawab Maku dengan sangat gembira.
"Saya sangat senang mendengarnya dan kami juga ingin minta maaf karena kita mempermasalahkan soal keterbatasan fisik kamu karena ini belum pernah terjadi. Aku benar benar heran, bagaimana cara kamu menumbuhkan tangan mu dan membuat mata kirimu bisa melihat lagi." Jawab jendral dengan penasaran.
"S..saya juga tidak tahu."
"Kalau begitu ambillah ini, ini adalah kartu Hunter mu." Dia memberi Maku kartu Hunter.
"Makasih sekali pak, saya berjanji tidak akan mengecewakan bapak."
"Baiklah kamu boleh pergi, sampai jumpa Maku." Maku dan jendral bersalaman dan setelah itu dia pergi dari ruangan itu.
"Yes akhirnya aku berhasil menjadi seorang Hunter."
"Yaaa itu berkat diriku, hehehhe." Kata Barbatos lewat pikirannya.
"Iya, makasih ya. Sekarang aku harus apa?" Kata Maku sambil kebingungan mau kemana.
"Lah ngapain tanya aku. Kamu yang memutuskan sendiri loh. Ya sudah tidur dulu. Bye bye bocah." Dan suara Barbatos menghilang.
Maku kembali ke lobby dan pergi ke tempat dimana para hunter mendapatkan sebuah misi.
"Permisi, saya ingin mendaftar sebuah misi. Ini kartu hunter saya."
"Baiklah, mohon di tunggu sebentar." Sang resepsionis dan kemudian menunjukkan daftar misi di pad. "Setiap misi memiliki bayaran masing masing. Semakin tinggi misi semakin besar hadiahnya dan saat kamu membunuh sebuah demon, maka anda akan mendapatkan uang bonus. Tapi jangan mencoba menipu dengan memalsukan berapa banyak yang kau bunuh karena di kartu para hunter akan merekam hasil petarungan mu serta menghitung jumlah yang kau bunuh. Jadi silahkan dipilih misi yang anda inginkan." Kata resepsionis.
Maku mencari misi di pad dan dia melihat sebuah misi dengan tulisan *yang mendaftar saat ini 2/3 hunter*
"Ini apa?"
"Misi ini membutuhkan minimal 3 hunter. Apa anda ingin mendaftar misi ini?"
Maku membaca misinya lagi dan misinya adalah membasmi para demon yang menyerang warga pada sector 24 di City B3.
"Iya saya mau daftar misi."
Sang resepsionis mendaftarkan dia dan menyuruh untuk pergi ke ruang tunggu misi untuk menunggu orang yang mendaftar misi ini datang.
Setelah menunggu 15 menit lebih salah satu hunter yang mendaftar datang dan menghampiri Maku.
Dia menepuk pundak Maku "halo, apa nama kamu Maku?" Seorang laki laki berambut coklat bertanya kepada dia.
"I..iya, itu saya. Bagaimana kamu tahu nama ku?" Tanya Maku kebingungan.
"Tadi si resepsionis beritahu nama mu. Nama ku Yusuf, salam kenal." Mereka pun bersalaman. Maku memperhatikan Yusuf, dia lebih tinggi dari dia, dia memakai baju kulit yang bagus untuk bertarung. Dari pikiran Maku sepertinya dia lebih tua darinya. Dan sama seperti Yusuf, dia memperhatikan Maku "Kamu cukup muda, kalau boleh tanya umur mu berapa?" Tanya penasaran.
"Aku 17 tahun."
"kalau aku 22 tahun." Dan di dalam pikiran Maku "Sudah ku duga."
"Jadi kita tinggal nunggu satu orang lagi ya?" Tanya Maku.
"Iya, kita tinggal nunggu."
Tiba-tiba dari belakang Maki "permisi." Suara seorang gadis. Pas Maku lihat ke belakang ternyata itu melati. "Tunggu, kamu kan Melati." Kata Maku terkejut melihat Melati jadi rekannya. "Maku? Kamu ikut misi ini?" Kata Melati.
"Tunggu kalian sudah saling kenal?" Kata Yusuf bingung dengan suasananya.
Mereka berdua menjawab bersamaan "iya."
"Aku senang bisa bertemu lagi denganmu. Aku tidak nyangka bisa bertemu dengan mu di sini." Kata Maku senang.
"Iya. Siapa teman mu?" Tanya Melati.
"Ohh dia Yusuf. Kita baru kenalan." Kata Maku.
"Salam kenal ya." Kata Yusuf sambil bersalaman dengan Melati.
"Baiklah, karena semua sudah berkumpul, mari kita ke lokasi." Kata Yusuf.
Mereka menaiki tranportasi kereta cepat yang terbuat dari magnet menuju lokasi sector 24 dan itu hanya butuh 10 menit sampai disana. Saat di sector 24 mereka mulai investigasi area mulai dari bertanya dengan warga sekitar, melihat bekas serangan dan seterusnya. Tetapi mereka gak menemukan petunjuk hingga sore.
"Kita belum menemukan apa apa. Apa sebaiknya kita akhiri dulu untuk hari ini?" Kata Yusuf kelelahan.
"Tapi misi kita belum selesai." Keluh Maku.
"Tidak dia benar, sebaiknya kita istirahat dulu dan kita lanjut besok. Bagaimana?" Kata Melati.
Maku menghela nafas "Baiklah." Saat mereka dalam perjalanan menuju stasiun, tiba-tiba terdengar suara teriakan anak laki-laki. Yusuf dengan cepat bergegas menuju suara teriakan dan di belakangnya di ikuti oleh Maku dan Melati. Saat Yusuf sampai, seorang anak perempuan ditarik oleh seekor demon berukuran sedang. Yusuf mengaktifkan armornya, tubuhnya mulai di tutupi oleh virus dan berubah menjadi sebuah armor berwarna coklat di bagian dada seperti seragam militer. Sebuah handgun terletak di pinggangnya dan di punggungnya ada pedang berwarna putih metalik. Dia meloncat dan memotong tangan demon kemudian menggendong gadis kecil itu ke tempat lebih aman. Melati merawat gadis itu dan untunglah hanya luka gores bagian kaki. Demon yang menyerang anak itu melarikan diri. "Kita harus ikuti dia. Dia akan menunjukkan sarang mereka." Kata Yusuf. Mereka menyuruh anak itu kembali ke rumah dan mereka mengikuti demon hingga menemukan sebuah lubang menuju ke dalam tanah. "Sepertinya kita harus ke bawah sana. Masalahnya kita tidak punya tali." Maku mulai lihat sekitar "Bagaimana dengan akar tanaman itu?" Dia menunjuk ke akar tanaman yang panjang. Ketika mereka mengecek, akar tanamannya cukup kuat. Mereka langsung mengikatnya ke pohon kemudian ujungnya dilempar ke bawah.
"Apa kamu baik baik saja hanya dengan satu tangan?" Tanya Yusuf.
"Aku bisa, jangan khawatir." Kata Maku.
"Baiklah, aku duluan lalu kalian." Kata Yusuf.
Yusuf mulai lalu di ikuti Maku kemudian Melati. Saat mereka sampai di bawah terlihat banyak virus tertempel di dinding dan di lantai. Karena gelap, Yusuf menyalakan senter yang ada di pundaknya untuk menerangi jalan. Mereka mulai berkeliling dan tiba tiba muncul demon di depan mereka dan mulai menyerang mereka. Yusuf menembak ke arah kepalanya dan demon itu jatuh ke tanah. Karena suara tembakan, 4 demon datang ke arah mereka dan mengepung mereka. Melati dengan Cepat menggunakan armornya. Warna armornya menyatu dengan gaunnya. Di hadapannya, virusnya berkumpul dan berubah menjadi sebuah senjata api jenis assault rifle dan virus berkumpul di matanya dan berubah menjadi sebuah kacamata yang membantu dia menembak tepat sasaran. Sekarang giliran Maku yang berubah. Tetapi pas dia coba, dia tidak berhasil berubah "Loh, kenapa aku tidak bisa." Kata Maku sambil kebingungan.
"Maku kamu kenapa?" Kata Yusuf sambil bertarung dengan pedang.
"Aku tidak bisa berubah. Padahal 2 hari lalu bisa." Jawab Maku agak panik.
"Apa?!" Jawab Melati dan Yusuf kaget.
To Be Continue...