Nafas Cakra tercekat saat melihat rumah dalam keadaan kosong, Azalea benar-benar tidak ada di rumah. Laki-laki itu melempar tasnya kesembarang arah dan kembali berlari menuju jalan, lebih tepatnya area toko buku yang berada dekat dengan perumahannya. Azalea tidak mungkin berkeliaran lebih jauh dari sana.
Jam menunjukan pukul 18.45 WIB, matahari sudah turun beberapa menit yang lalu dan menyisahkan kegelapan. Cakra masih tidak berhenti menelusuri jalan, pikiran nya kacau. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan gadis itu? Sudah di pastikan bahwa kepalanya akan di penggal saat itu juga.
Saat melewati taman, tatapannya terhenti pada satu objek. Seorang gadis yang tengah terduduk sendirian dan terlihat ketakutan, Cakra tidak perlu menebak lagi itu pasti Azalea. Cakra mendekati gadis tersebut, tarlihat kacau sama seperti dirinya yang berlari kesana-kemari.
Azalea menangis dalam diam, bahkan Cakra sempat iba melihat nya. Dia sempat menyesal karena sudah membentak gadis itu tadi pagi.
"Za, lo baik-baik aja kan?" tanya Cakra sembari duduk di samping Azalea.
Azalea mendongak dan menatap Cakra yang berada di sampingnya, tanpa menjawab dia langsung memeluk laki-laki itu. Ya, dia sangat ketakutan. Membayangkan betapa banyak orang jahat yang berkeliaran di jalan, itu sangat mengacau pikirannya saat ini.
Cakra terdiam, sempat ingin melepaskan pelukan gadis itu namun dia tahan karena saat ini situasinya berbeda.
"Cakra, aku..aku takut." ucap gadis itu lirih namun dapat terdengar oleh Cakra.
Lelaki yang masih mengenakan seragam sekolah itu membisu beberapa detik, "Gue udah bilang jangan macam-macam apalagi sampai keluar rumah. Kalau udah gini siapa yang susah? Gimana kalau tadi gue ngga bisa nemuin lo?"
Mendengar cercaan Cakra membuat Azalea semakin merasa bersalah, "Aku..Cakra, aku.." bahkan gadis itu tampak tidak dapat berbicara lagi.
Mau tidak mau, Cakra menghela nafas dan mengusap kepala gadis yang tengah ketakutan itu. "Lupain, udah kejadian ini. Yok pulang."
***
"Oke, jadi dia lupa jalan pulang?"
"Iyalah anjir, hobi bener tuh anak bikin gue mau gila."
Seperti biasa, Cakra akan menghabiskan waktu dengan Barra di kantin untuk menceritakan masalah yang diperbuat Azalea, si gadis yang kata Cakra sangat tidak berguna. Karena hanya Barra yang mengetahui kehadiran Azalea sebagai anggota keluarga barunya.
"Ya seenggaknya dia kaga ketemu sama orang jahat, lu harusnya bersyukur." Barra kembali menyeruput minumannya, kemudian mulai memakan sarapan mereka.
Cakra menghela nafas, makanan di depannya tidak tersentuh sama sekali. Rasanya untuk makan saat ini sangat tak bergairah, mengingat kemarin dia hampir gila jika tidak menemui Azalea. Hei! Nasib kepalanya di pertaruhkan disini.
Melihat Cakra, pemuda dengan mata sipit itu menepuk lengan sang sahabat. "Udahan anjir, dianya juga udah pulang. Udah aman dia." ucap Barra berusaha menenangkan.
Cakra mendengus kasar mendengar apa yang Barra katakan, "Aman kata lo? Tadi pagi dapur gue hampir kebanjiran air panas, dan itu aman kata lo?!"
Barra membalas omelan Cakra dengan tertawa kecil, sahabat nya ini sangat-sangat menghiburnya jika menceritakan kecerobohan saudari tirinya itu.
"Gue yakin sekarang dia aman, chill bro."
"Serah lu dah, pusing gue."
***
Seorang gadis tengah bersatu dengan meja belajarnya, menghabiskan waktunya untuk menulis apapun yang dia pikirkan dan menjadikannya sebuah cerita.
Tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengurung diri di dalam kamar sebelum saudara tirinya itu pulang, dia tidak ingin memancing kemarahan laki-laki itu lagi jika dia bertindak ceroboh dan pelupa. Seperti kemarin.
"Aku kenapa sih gampang banget lupanya?" gumamnya sembari menghentikan kegiatannya.
Setelah membereskan seluruh peralatan tulisnya tadi, Azalea langsung merebahkan dirinya di ranjang. Rumah sebesar ini hanya dihuni olehnya dan Cakra? Sangat hampa.
Orang tua angkatnya akan pulang dari dinas besok, setidaknya Azalea akan bernafas lega saat melihat ayah dan ibu angkatnya berada disini.
Sekarang tepat pukul 16.45 menandakan bahwa Cakra akan sampai dirumah 15 menit lagi.
Seperti perkiraannya, tepat pukul lima sore suara pintu depan terbuka. Itu menandakan Cakra telah pulang, entah mengapa bahagia rasanya saat mendengar laki-laki itu kembali dari sekolah setelah seharian meninggalkan dirinya sendirian di rumah.
Azalea meloncat dari kasur dan berjalan menuju lantai bawah untuk menyambut kedatangan Cakra. Jika dilihat, Azalea sebenarnya adalah perempuan cantik yang tidak memiliki kekurangan satupun. Namun nyatanya, dia hanyalah gadis pelupa dan selalu salah dalam melakukan apapun selain mengomentari masakan Cakra dan menulis apa yang dia pikirkan.
Cakra terlihat berada di dapur tengah menuangkan air mineral ke dalam gelas. Dan Azalea hanya memandanginya dari sekat yang menghubungkan dapur dengan ruang keluarga.
"Kenapa lo?" tanya Cakra tiba-tiba.
Azalea sempat terkejut saat Cakra menanyainya dengan tiba-tiba. Sepertinya laki-laki itu sudah mengetahui keberadaannya disana.
Karena sudah terlihat, gadis itu memutuskan untuk mendekati Cakra. "Nggak, aku mau minum."
"Gue pikir lu juga lupa caranya minum."
Terkadang Azalea kesal dengan apa yang dikatakan Cakra untuk mengejeknya. Tapi bagaimana lagi, itu memang kenyataan dia seorang yang pelupa. Tapi bukan berarti dia lupa cara untuk bertahan hidup.
"Lo mau makan apa malam ini?" tanya laki-laki itu kemudian.
Azalea terdiam sesaat untuk meneguk minuman hingga tandas. "terserah Cakra, aku ngikut."
Mendengar itu, Cakra mengangguk. Menaruh botol minuman kembali ke lemari es dan berbalik menatap saudari tirinya. "Gue lagi malas masak, mau makan diluar?"
Azalea tertegun, merasa shock dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut seorang Cakra Abimanyu ini. Apa barusan Cakra mengajak nya keluar? Ini adalah pertama kalinya.
Tentu saja Azalea mau...