Seperti biasa, Suzy pergi ke sekolahnya tetapi dengan wajah yang berbeda. Biasanya dia akan ceria, berbeda dengan hari ini wajahnya sangat muram. Seharusnya dia izin sakit saja dan berdiam di rumah dari pada harus pergi ke sekolah dan melihat orang di masa lalunya itu lagi.
Baru saja masuk gerbang, Suzy mendapat kesialan karena harus bertemu langsung dengan Jisung yang sedang main basket di lapangan.
Suzy langsung menutupi wajahnya dengan buku tebal di tangannya. Berjalan menelusuri pinggir lapangan sambil menggigit bibir bawahnya. Bagaimana tidak kenangan indah mereka kembali terngiang jika melihat wajah sial di tengah lapangan itu.
Jisung kecil memakaikan sebuah mahkota bunga yang ia buat sendiri di kepala Suzy kecil. Sontak Suzy terkejut, sesaat kemudian senyum manis yang paling Jisung sukai itu merekat lebar. Jisung menangkup pipi tembem Suzy dengan gemes. "Kau cantik" bisiknya yang membuat Suzy malu-malu. Jisung berdiri dan mengulurkan tangannya. Suzy menerimanya dengan anggun. Mereka berlari sambil di terpa angin semilir di taman bunga. Jisung berhenti dan memetikkan sebuah bunga untuk Suzy. Dengan hati-hati ia memasangkannya di telinga Suzy dan tersenyum lebar.
Cup
Suzy mencium pipi Jisung yang menggemaskan. "Makasih" dengan polosnya dia berkata seperti itu setelah berhasil membuat Jisung kecil bersemu.
Saat kembali bertemu, Jisung terlihat seakan-akan mereka benar-benar tidak mengenal satu sama lain. Tatapannya yang biasa saja juga seperti yang lain. Tidak ada kesan apapun.
Senyuman manis terlontar untuk wanita lain. Di hadapan mereka yang bahagia, Suzy dengan rasa sakitnya. Ia harus melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Suzy merintih di dalam hatinya. Harusnya aku di sana, temananimu bukan dirinya🎶 lah kok nyanyi :]
Air matanya mulai meleleh keluar tapi masih bisa dia kontrol. Setelah berhasil pergi jauh dari lapangan. Suzy langsung lari menuju ke kelasnya. Walaupun banyak kritikan yang dia dapat karena aksi lari-lariannya di koridor. Dia tidak peduli, buat apa dia harus peduli dengan orang yang tidak peduli dengan dirinya. Mereka hanya bisa mengunjing dan mengkritik orang lain saja tanpa bisa menilai diri mereka sendiri.
Akhirnya dia bisa bernafas lega duduk di kursinya. Untuk menunggu bel berbunyi lebih baik ia membaca novel kesayangannya. Tetapi acara membacanya terganggu karena ada seseorang yang menghantam mejanya keras hingga novel di tangannya jatuh. Suzy mengetahui pelakunya, sudah pasti anak laki-laki populer di kelasnya yang sedang bergurau dan bercanda dengan yang lainnya.
Saat Suzy ingin mengambilnya lagi. Ada seseorang yang lebih dulu mengambilkannya untuk Suzy. Orang itu adalah Jisung. Ia memberikan kembali novel itu kepada Suzy dengan senyuman ramah. Suzy di buatnya kikuk hingga akhirnya dia melakukan hal konyol. Bahkan dirinya sendiri pun mengutuknya karena melakukan hal konyol itu.
Suzy menerimanya dengan tangan bergetar dengan tatapan menunduk. Sebelum itu dia membungkuk dan pergi.
"Terima kasih"
Setelah dia langsung berlari keluar seperti di kejar-kekar hantu. Pikiran Jisung berkecamuk antara bingung dan bersalah hingga membuatnya diam seribu bahasa. Apakah ada yang aneh dengannya hingga membuat cewe itu lari ketakutan.
"Apakah gue menakutkan?"
Tanya Jisung pada teman-temannya sambil menunjuk dirinya sendiri. Sedangkan yang di tanya malah ketawa terpingkal-pingkal.
"Kalau lo menakutkan gak akan ada tuh cewe seantero sekolahan mengejar-ngejar lo"
Saat bel berbunyi, Suzy kembali ke kelasnya. Tapi apa pemandangan yang pertama kali di lihatnya. Jisung yang sedang berebut buku dengan Eunji. Terlihat Jisung sangat bahagia sedangkan Eunji sedang cemberut.
"Hey Jisung kembalikan buku diary gue"
"Ambil aja kalo bisa, hahaha"
"Nyebelin"
"Nyeyeye"
Begitu melihat Suzy datang, Eunji tersenyum ramah dan melambaikan tangan padanya.
"Hey Suzy"
"Hai Eunji"
Dengan penuh usaha Suzy mengeluarkan senyum ramahnya walaupun hatinya terluka. Jisung pun menoleh kearah Suzy dan tersenyum ramah. Tapi senyum Suzy sudah luntur dan berpura-pura tidak melihat Jisung. Apalagi tatapan yang tidak bersahabat itu, tatapan kebencian yang teramat besar.
"Tatapan itu lagi! Gue salah apa ya tuhan" keluh Jisung dalam hatinya.
Melihat Jisung yang melamun membuat peluang emas bagi Eunji. Secepat kilat ia mengambil bukunya kembali. Sontak Jisung kaget dan mendengus kesal.
"Akhirnya gue dapat"
Eunji menginjak kaki Jisung dan mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Saat Jisung ingin menyerang balik, guru datang saat itu juga. Eunji terkekeh melihat wajah kesal Jisung yang tidak dapat membalasnya.
Tatapan Suzy tidak pernah luput dari mereka berdua yang memang berada tepat di depannya. Rasanya sakit ketika melihat mereka bahagia. Bahkan tidak ada orang yang menyadari rasa sakitnya sekarang. Jika saja ada obat untuk menghilangkan rasa sakit ini, berapa pun harganya pasti akan Suzy beli sekarang juga.
Suzy terus saja mendapat kesialan bertemu dengan Jisung terus-menerus. Tidak di koridor, di kantin, ruang kepsek, ataupun di kantin. Tapi ekspresinya selalu saja sama. Senyum yang memudar dan tatapan kebencian. Sedangkan Jisung dengan senyum ramah sekaligus bingung.
Akhirnya Suzy terbebas sekarang, semua orang pulang ke rumah masing-masing begitu pula dengannya. Saat berjalan kaki, ada siswa yang berlarian dan menabrak Suzy. Tubuhnya pun kehilangan keseimbangan dan menabrak orang yang ada di belakangnya. Untung saja orang itu dengan sigap menangkap Suzy. Sekali Suzy menengok kebelakang. Dia benar-benar mengutuk kesialannya itu. Lagi-lagi orang itu Jisung.
"Lo gak papa?" Tanyanya ramah.
"Hah iya eh gak papa"
Suzy langsung menjauh dan berniat pergi secepatnya. Sekali lagi dia menunduk hormat dan berterimakasih tapi dengan tatapan benci itu lagi. Tetapi niatnya di cegat oleh Jisung yang menarik kembali tangannya.
"Tunggu sebentar! gue heran sama lo?"
"He-heran kenapa?"
Suzy mencoba memalingkan wajahnya ke arah lain agar tidak menatap Jisung secara langsung. Dia takut pertahanannya selama ini akan rubuh dan kembali mencintai Jisung seperti dulu. Sekarang jantungnya tidak karuan hanya karena tangan Jisung saja.
"Coba jelasin! kenapa lo seperti menjauh dari gue dan sangat membenci gue? Apa salah gue?"
"Bukan urusan kamu"
"Tentu urusan gue! Gue yang gak enak di liatin mulu sama tatapan benci lo itu"
"Abaikan saja"
"Apa kita saling mengenal?"
"Tidak"
"Jawab dengan jujur!"
"Ku bilang tidak, sekarang lepasin!!"
Suzy memberontak agar tangannya lepas dari genggaman Jisung. Tetapi Jisung semakin erat menggenggam tangan Suzy.
"Jawab dengan jujur!!"
"Sudah ku jawab dengan jujur"
Suzy mulai meringis karena kesakitan. Bukan di tangannya tapi di hatinya.
"Lo bohong, SEKARANG JAWAB GUE JUJUR!!"
Jisung terkejut melihat ekspresi Suzy. Air matanya turun tanpa terkendali. Suzy mencoba menutupi wajahnya dan menghapus air matanya. Jisung merasa bersalah atas ulahnya barusan.
"Iya hikss aku kenal kamu hikss, waktu kecil hikss" suaranya bergetar karena isakan tangis.
"Hai Jisung"
Eunji datang dan langsung memeluk tangan Jisung. Sontak Jisung menoleh kearah Eunji yang tersenyum bahagia. Genggaman Jisung pun tak seerat tadi. Suzy menghempaskan tangan Jisung dan pergi berlari dari sana.
"Eh tunggu!"
"Kenapa?" Tanya Eunji.
"Ah gak papa, cuman bertabrakan sedikit dan mau minta maaf"
"Ooh"
Jisung mengorek-ngorek telinganya karena bingung dengan apa yang baru saja Suzy katakan.
"Dia tadi bilang apa ya? Gue gak dengar"
"Ayo!"
"Eh iya"
Mereka pun melanjutkan pulang mereka.
Suzy terus berlari walaupun air matanya masih tumpah. Dia mengira bahwa Jisung sudah mendengar perkataannya. Tapi anehnya Jisung tidak mengejarnya. Buat apa Suzy mengharapkan itu semua? Tidak ada lagi gunanya. Jisung benar-benar telah melupakannya.