Suzy duduk sambil melamunkan sesuatu hingga teriakan seseorang membuyarkan lamunananya.
"hey Suzy!!"
Eunji melambaikan tangan sambil meneriaki Suzy. Ia pun bangkit dan menghampiri sahabatnya itu. Eunji terlihat sangat senang dengan wajah berseri-seri. Suzy bertanya-tanya apakah hari ini ulang tahunnya. Tapi seingatnya hari ini bukanlah ulang tahunnya.
"kelihatannya kamu sangat senang Eunji"
"Tentu saja karena aku barusan--"
Eunji memotong perkataannya agar membuat Suzy penasaran.
"barusan apa?"
"aku bertukar nomor dengan Jisung"
Deg
Suzy tersenyum kecut mendengarnya.
"kamu tidak mengucapkan selamat padaku Suzy"
"ah tentu saja, selamat Eunji akhirnya kamu bisa mendekati Jisung"
"Tentu saja siapa dulu Eunji gitu lu"
Beberapa saat kemudian teman-teman Eunji mengajak Eunji untuk latihan. Akhirnya mereka pergi meninggalkan Suzy sendirian. Eunji adalah ketua Chiliders dan yang datang barusan adalah teman setimnya.
Tiba-tiba air mata jatuh dari kelopak mata Suzy. Masih terngiang ucapan Eunji barusan. Rasanya sakit ketika mendengar teman sendiri menyukai orang yang ia sukai juga. Selama ini, Suzy memendam rasa pada Jisung. Walaupun ia tahu bahwa jisung adalah Most Wantet boy dan dia adalah nerd.
Di dadanya sangat sakit hingga air matanya tak ingin berhenti keluar. Dia sadar akan posisinya sebagai nerd sedangkan Eunji adalah Most wantet girl. Jisung dan Eunji sangat cocok, mereka sama-sama baik hati. Karena itulah Eunji bisa mendekati Jisung yang terkenal susah untuk di dekati.
Suzy menghapus air matanya karena bel masuk kelas berbunyi. Ia tidak lagi semangat seperti dulu lagi. Padahal sekarang adalah pelajaran yang paling ia sukai tapi hatinya sudah terlanjur sakit.
Di kelas ia terus saja di ejek karena ia seorang nerd. Hatinya semakin hancur bukan karena ejekan mereka tetapi karena melihat Eunji duduk di sebelah Jisung. Mereka terlihat akrab saat mengobrol. Rasanya tembok yang menghalangi air matanya tidak bisa lagi dibendung. Apalagi melihat Jisung tersenyum lebar pada Eunji. Cepat-cepat Suzy duduk di bangkunya dan menelungkupkan wajahnya. Ia mulai menangis lagi tetapi suaranya tertahan.
"Suzy apakah kau mau menjadi istriku?"
"tentu saja Jisung aku mau"
"kalau begitu berjanjilah suatu saat nanti kau akan menikah denganku"
"aku janji"
kedua anak kecil itu mengikat janji di jari kelengking mereka. Jisung tersenyum bahagia seperti sekarang. Tapi senyumnya bukanlah untuk Suzy melainkan untuk cewe lain.
Kenangan waktu kecil itu kembali terngiang tetapi sekarang meninggalkan goresan luka. Jisung mungkin telah melupakan itu semua setelah ia pergi ke Amerika meninggalkan Suzy sendirian. Itu pun saat pergi ia tidak memberi kabar terlebih dahulu pada Suzy.
Tetapi kenangan itu terus melekat pada ingatan Suzy. Karena kepergian Jisung waktu itu membuat Suzy berubah drastis. Ia tidak lagi seriang dulu, ia telah menjadi seseorang yang pendiam. Hingga akhirnya orang tuanya membawanya pindah ke Cina.
Disana ia mulai lembaran baru dan penampilan baru. Hingga ia kembali melihat Jisung. Ia pun pindah ke Cina dan bersekolah di sana. Awalnya Suzy mengira Jisung akan mengenalinya. Tetapi ternyata tidak sama sekali. Apakah begitu mudahnyakah ia untuk di lupakan.
Air matanya kembali keluar jika mengingat masa-masa indah dulu bersama Jisung. Tapi sekarang Jisung tidak pernah menganggapnya ada. Ia telah mengabaikan Suzy seutuhnya. Kenapa dulu Jisung mengajaknya menikah, jika ujung-ujungnya begini. Sebegitu bencinya kah Jisung padanya hingga ia pun mengingkari akan janjinya sendiri dan pergi tanpa kabar.
"jika kau tidak memulainya aku tidak akan mencintaimu dan menangis seperti ini" batin Suzy.
guru yang mengajar pun heran kenapa mulai pertama kali belajar hingga sekarang, Suzy masih menelungkupkan kepalanya. Setahunnya Suzy sangat menyukai mata pelajaran ini. Biasanya ia begitu antusias berbeda dengan hari ini. Apa mungkin murid berprestasinya itu sedang sakit. Jangan sampai itu terjadi.
Guru pun mendekati Suzy dan menanyakan perihal kenapa ia tidak bersemangat. Suzy langsung kaget dan menghapus air matanya. Terlihat jelas gurunya sedang khawatir padanya tetapi tetap saja ia tanggapi tatapan itu dengan senyuman.
"Suzy apakah kamu sakit?"
"tidak bu, saya tidak sakit"
"tapi kenapa mata kamu lembab, apakah kamu menangis?"
"ah tidak bu, saya tidak menangis kok, sebenarnya saya tidak enak badan sedikit" ucap Suzy yang terpaksa berbohong.
"kalau kamu tidak enak badan, kamu bisa pulang sekarang"
"emm benarkah bu?"
"iya"
"kalau begitu, saya pamit pulang dulu bu"
Suzy mencium tangan gurunya dan mengambil tasnya. Ia berlalu begitu saja tetapi semua orang menatap dirinya. Ia tahu kalau di sekolahan ini ia di anak emaskan. Sehingga banyak yang iri padanya. Hingga matanya tertuju pada Jisung yang juga menatapnya. Tetapi ia langsung berpaling dan pergi meninggalkan kelas. Membuat Jisung bingung sendiri.
Di sepanjang jalan, Suzy kembali menangisi nasibnya.
"Jika kau ingin pergi hikss pergilah untuk selamanya hikss jangan lagi kembali hikss jika hanya membuatku hikss kembali merasakan hikss sakit hiksss"
Semua orang terlihat bingung melihat Suzy yang menangis di sepanjang jalannya.
"kau yang memaksaku Jisung hikss jangan salahkan aku lagi hikss jika aku MEMBENCIMU"
Di rumah pun Suzy masih menangis hingga membuat orang tuanya khawatir. Sudah berapa kali ibunya mengetuk pintu kamarnya yang terkunci. Tetap saja tidak ada jawaban dari dalam.