Chereads / SHARMA1 / Chapter 2 - Daya Tarik 1

Chapter 2 - Daya Tarik 1

"Oalah... Ternyata bisa daftar onlen toh," ujar Chanita.

"Akhirnya selesai juga"

Hoamm. "Ngantuk kali lah"

"Eh tapi besok pake baju apa ya ke sekolahnya?" Chanita menopang dagunya di depan layar laptop. 'Udahlah bodoamat, mending tidur aja'.

Jarum jam terus berjalan. Suaranya berdetak di malam hari yang sepi. Semua karyawan terpana pada seorang berjas hitam yang baru saja datang. Rambut hitam bergaya fringe dan kacamata hitam yang bertengger di depan matanya menambah kesempurnaan malam hari. Pria itu diikuti tiga pria dibelakangnya dengan setelan yang sama. Langsung saja para karyawan sigap menyambut kedatangan tamu terhormat itu.

"Selamat datang Tuan Muda Min"

Tamu terhormat yang disebut Tuan Muda Min itu sudah tidak asing lagi. Konon katanya keluarga Min berasal dari Busan, lalu Tetua Min menjelajahi seluruh wilayah Korea Selatan dan singgah, jadi tak salah lagi isu membuktikan bahwa keluarga Min kaya tujuh turunan.

"Tuan Muda. Ini kunci kamarnya," ujar pria yang tak lain adalah si asisten sambil memberikan kunci kamar. "Kamar nomor 305," ujar nya lagi.

'Gua kagak bisa tidur anjay!' Nafas kasarnya berhembus. Ia meringkuk di balik selimutnya. Matanya masih terbuka lebar. Padahal jam sudah menunjukkan pukul tengah malam. 'Pemandangan yang sangat bosan. Lebih enakan di rumah. Rumah, gue kangen elu! Lebay anjir!' Ia pun mendorong selimutnya sehingga hanya menutup setengah badan. 'Malem-malem boleh makan gak sih? Gue laper. Mau makan indomie'.

Chanita memutuskan untuk keluar secara mengendap-endap dari kamarnya. :Aduh! Nih pintu plis jangan bersuara!'

Saat sudah pintu terbuka setengah, Chanita akhirnya bisa keluar. Ia memperhatikan sekeliling untuk memastikan agar tidak ada orang. Sayangnya, ia berjalan menunduk. Brak...keduanya saling jatuh.

'Buset! Gue nabrak apaan njir?!' Saat membuka matanya. Chanita melihat banyak pria berjas hitam. 'Anjerr! Cobaan macam apalagi ini ya Tuhan?!'

Di satu sisi. Para bodyguard langsung mengangkat Tuannya itu dengan profesional. Pria itu membersihkan jasnya dengan tangan seakan baru saja terkena debu. Tatapan pria itu menatap lurus pada Chanita yang mencoba untuk bangun.

'Kok nyolot sih!' Chanita tak mau kalah. Ia pun balik menatap dengan tatapan yang sama. Tatapan itu berlangsung selama beberapa menit. Membuat suasana malam hari itu menjadi semakin mencekam. 'Mestinya tadi gue make insto'.

"Tuan Muda. Kamar sudah disiapkan dan dibersihkan," ujar si asisten mencairkan suasana.

'Idihhh...Songarts banget njing!'

"Permisi Eonni," suara panggilan itu membuat Chanita menengok kebelakang. Seorang pelayan wanita sedang tersenyum padanya. "Ada yang bisa saya bantu di tengah malam ini?"

"Saya mau pesan makanan," jawab Chanita.

"Maaf Eonni, tapi dilihat dari pemesanan, kamar nomor 304 tidak memesan secara VIP," ujar pelayan itu.

"VIP?"

"Iya Eonni. Siapa pun yang memesan VIP akan mendapatkan pemesanan makanan juga"

'Dih! Kok gak ngasih tahu gue sih! Bangke moment emang'. Tangan kiri nya disilangkan di bawah dada. Jari tangan kanannya memegang dagunya, seolah ia sedang berpikir. "Letak dapurnya dimana ya?"

"Maaf Eonni, disini dilarang memberi tahu tempat yang tidak di pesan"

'Mati kelaperan dong gua. Udah mana ngantuk lagi. Udah laper, ngantuk, kelar idup gua', batin Chanita. 'Tapi...kalau makan malem kan bikin gendut, terus nanti pas bangun tidur tiba-tiba gua kek gajah bengkak.. Mau taro dimana image gue?!'

"Tidak jadi deh. Aku tidur dikamar ku saja," ujar Chanita.

Seoul: 5 A.M

"GUA TELAT! OMAYGAT! HELP...!" Teriakan pagi itu mengisi kedamaian hotel mewah itu. Chanita terbangun dengan kondisi kamar yang sangat berantakan. Ia melompat dengan cepat dari atas kasur menuju kamar mandi tanpa memedulikan kekacauan kamarnya.

Seoul 5.30 A.M

Sementara dikamar 305...

Pelayan wanita yang terlatih secara profesional menyiapkan semua kebutuhan. "Tuan Muda, waktunya bangun" Ketenangan mengisi kedamaian hotel mewah itu. Pria rambut fringe itu memakai pakaian tidur yang terlihat dada bidangnya. Melihatnya seakan sebuah keindahan di pagi hari.

Seoul 6 A.M

"WAAA... GUA TELAT! GUA MAKE BAJU YANG MANA COBA NIH. Kenapa gua mandinya lama banget coba?!"

Chanita sibuk mencari baju yang akan ia pakai, sementara ia tidak tahu bahwa teriakan seperti toa rusaknya itu menganggu orang yang menginap dikamar sebelah.

Tok... Tok... Tok.

"Siapa ya?" tanya Chanita dari dalam.

"Noona. Tolong pelan kan suara Noona agar tidak mengganggu kebahagiaan Tuan Muda kami!," jawab si asisten.

'Idihhh... Dia lagi. Emang sih gua salah teriak-teriak, tapi kalau buat ganggu dia mah gas lah anjing!'

Chanita memilih mengabaikan jawaban si asisten. Ia masih sibuk mengancingkan baju sekolahnya yang dulu.

.

.

.

Hari Senin. Hari ini sinar Matahari tidak terlalu menampakkan dirinya. Suasana yang sejuk membuat semua orang tidak begitu lelah akan pekerjaannya. Seperti biasa, Chanita menteleport dirinya.

SOPA. Sekolah legend para idol k-pop. Kini Chanita berdiri di depan gedung megah bercat crem ke orange nan itu. Sangat luas. 'Halamannya sangat luas. Seperti 'Academy Bangsawan'. Chanita melangkah dengan senang. Seakan tempat itu cocok untuknya.

Sekolah itu menjadi sekolah idaman semenjak siswa-siswi nya menjadi idol k-pop. Tak heran lagi, saat Chanita melihat para siswa-siswi menaiki mobil mewah. Angin berhembus lembut menambah keindahan School Of Performing Arts itu.

Sebentar lagi waktu menunjukkan pukul 6.30 A.M. Segera Chanita mencari ruang kepala sekolah untuk mendapatkan baju sekolah barunya. Tapi ia tak menemukannya, karena saking luasnya membuat Chanita menjadi ke sasar.

"Ih anjir! Kok gua jadi nyasar sih!" gumam Chanita.

Ting... "Kau melupakan ku"

Pesan masuk membuat Chanita tersadar kalau ia bisa saja langsung teleport ke ruang kepala sekolah. Cepat-cepat Chanita teleport sebelum bel berbunyi. Antrian di ruang kepala sekolah ternyata tidak sesuai ekspetasi. Chanita mengira bahwa hanya dirinya lah anak baru.

Whatsapp Chat:

Chanita Sharma: Weh! Cara nerobos antrian gimana euy?.

+123xxx: Sultan bagi-bagi duit.

Chanita Sharma: Gua anak nolep. Bukan sultan.

Chanita Sharma: Jadi gimana anjir?! Gece weh! Nanti gua telat. Mao taro dimana image anak baek gue ini?!.

+123xxx: Berhentiin waktu aja.

Chanita Sharma: Yaudah gece!.

+123xxx: Elu lah, kok gua?!.

Chanita Sharma: Lah, emang kekuatannya udah permanen di tubuh gua?.

+123xxx: Iya, udah gece sono!.

Chanita mencoba untuk memberhentikan waktu dengan menutup matanya dan menekan pikirannya agar waktu berhenti, tapi tak berhasil.

Ting... "Jentikkan jari!"

Ctak... Waktu berhenti. Chanita menerobos antrian dan mengambil baju sesuai ukurannya. Segera ia menuju toilet wanita dan... Ctak...

Kring...

"Anak-anak, karena banyak sekali anak baru yang mendaftar di sekolah kita, jadi kepala sekolah menghimbau agar untuk anak baru yang berada di kelas 10, 11, dan 12 untuk ke aula," ujar Bu Guru. "Hanya anak baru ya," ujar Bu Guru lagi.