Tak lama suara telepon genggam ku mengalihkan perhatian ku pada gadis. Ku delik nama yang tertera pada layar kecil ini.
Sebuah nama yang familiar yang rajin menelepon ku. Siapa lagi kalau bukan bang Arya.
Mau tak mau aku harus mengangkat telepon ini. Karena walaupun aku tak mengangkat nya itu hanya akan menjadi keputusan yang sia sia. Karena dia pasti akan berganti menghubungi gadis.
Dan itu hanya akan membuat gadis menatap ku bertanya mengapa aku tak mengangkat telepon dari abang nya yang notabene adalah berstatus sebagai pacar ku kini.
Aku melirik gadis sesaat sambil memberi sinyal bahwa aku perlu mengangkat telepon yang terus bergetar ini.
Dan tentu ketika gadis melihat nama siapa yang tertera di layar telepon genggam ku akan segara menyuruh ku mengangkat nya. Meski sebenarnya aku merasa kesal karena waktu berharga ku dengan gadis harus aku korbankan hanya karena getar telepon genggam ini.