Chereads / Down Of The Heathens / Chapter 1 - Sang Pendosa

Down Of The Heathens

🇮🇩wigik_desuyo
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Sang Pendosa

Sudah berapa banyak kekejaman yang aku lakukan selama ini?

Entahlah...

Aku sama sekali tidak dapat mengingatnya lagi...

Semenjak kebencian memasuki hatiku, aku jadi tidak bisa mengingat kesalahan apa saja yang pernah ku lakukan?

Aku bahkan tidak dapat mengingat wajahku sendiri-

Tes- Tes- Tes-

Air?--- Hujan?-

Tetes demi tetes air hujan mulai membasahi wajah beserta tubuhku.

Tubuhku mulai merasakan dinginnya hujan dan dengan perlahan menghapus dunia penuh kebencian yang selama ini ku lihat.

"Ahhhh?"

Ku dapati sebuah pedang yang ku genggam menembus dada seorang pria yang tidakku kenal.

"Guuuaahhh-"

Pria itu batuk memuntahkan darah ditanganku yang masih menggenggam erat pedang.

"A-apa k-kau su-sudah pu-as?"

Apa yang dia bicarakan?!

"Pen-den-dam"

Tubuh pria itu tiba-tiba lemas setelah menyelesaikan sebuah kalimat itu.

Kenapa aku bisa berakhir disebuah balkon rumah yang megah ini?

Pendendam?-

"HUUUUAAAHHHH!-"

Rasa sakit tiba-tiba menyerang kepalaku dengan sangat brutal.

SAKIT!

SAAAKIIIITT!

HABISI SEMUA YANG ADA!

SIAPA?!-

CEPAT LARI DAN SELAMATKAN DIRIMU!-

SIAPA?!---

TETAPLAH HIDUP!-

SIAPAAAAAA?!-

DRYST!-

Ingatanku...

Kembali? Tapi kenapa?-

Aku dapat kembali mengingat semuanya...

Desa dan keluargaku dihabisi oleh seorang bangsawan yang ingin memperluas kekuasaannya. Hanya aku seorang yang selamat dan mulai merencanakan untuk membalas dendam seorang diri. Pada akhirnya semua terbayarkan setelah membutuhkan waktu 5 tahun lamanya agar dapat membalaskan dendamku ini. Dan selama itu juga aku menjalani hari-hari seperti dineraka.

Tapi kenapa?-

Baru sekarang aku dapat mengingat semuanya?! Sebenarnya apa yang terjadi kepada diriku?!

Aku berhasil membunuhnya. Orang yang telah merenggut semuanya dariku, beserta keluarga dan para pengikutnya dikediamannya yang megah...

Sreeeekkk-

Ku cabut pedang yang bersemayam didadanya.

Tes- Tes- Tes-

Hujan terus turun dengan deras membasahi diriku yang tengah terdiam menatap langit.

Terlihat gelap dan begitu sunyi.

"Sebenarnya apa yang telah ku lakukan selama ini?-"

******

Di keesokan paginya, setelah mengganti pakaian dan mengambil beberapa harta dari rumah bangsawan yang telah kubunuh semalam. Dengan tanpa arah tujuan, aku terus berjalan meninggalkan kota tempat bangsawan itu berkuasa dengan membawa sebuah tas beserta pedangku didalamnya dan pada akhirnya berhenti disebuah sungai yang berada jauh didalam hutan.

Sangat sunyi disini sampai-sampai dapat mendengar kicauan burung-burung dan arus sungai yang mengalir deras.

Aku mulai meminum air dari sungai untuk meredakan dahaga dan mengisi beberapa kantung air yang ku bawa sebagai persediaan.

Disungai itu aku dapat melihat pantulan wajahku yang terlihat kosong tanpa emosi. Aku masih ingat wajahku sebelumnya yang dimana masih amat muda dulu. Tapi sekarang sudah terlihat jauh berbeda, karena bagaimanapun usiaku dulu masih 13 tahun.

"5 tahun, kah?"

Selama itu aku telah melalui hari-hari dengan penuh keburukan? Aku dapat mengingat beberapa keburukan yang kulakukan. Tapi kenapa aku dapat sekejam dan sekuat itu? Apa aku masih bisa disebut manusia dan dapat memiliki tempat didunia ini?

Tetaplah hidup, Dryst-

Bayangan dari orangtuaku muncul berbicara dengan senyuman diwajah mereka.

Aku hanya dapat tertunduk merenung setelah melihatnya. Tidak ada kata yang dapat terlontarkan, hanya rasa penyesalan yang amat terasa menganjal dileherku.

Sreechh-

Suara dari semak-semak sontak memicu kewaspadaanku dan dengan sigap mengambil pedangku dari dalam tas.

Seekor kelinci bertanduk keluar dari dalam semak-semak tersebut.

"Ternyata hanya seekor horn rabbit-" Kataku lega.

BYUUUURR!

Suara percikan air yang keras tiba-tiba terdengar dibelakangku, instingku sontak merespon dengan cepat agar segera menghindar.

Ku ambil langkah mundur untuk menghindari sergapannya yang tiba-tiba itu dan bersiap-siap untuk menarik pedangku dari sarungnya.

Seekor Silver Crocodile, ternyata mahluk buaya bersisik perak berukuran 5 meter yang mencoba menerkamku. Setelah gagal untuk menyergap, Buaya itu masuk kembali kedalam air tanpa memiliki keinginan untuk mencoba menyerang lagi.

Sepertinya dia lemah jika didaratan. Untuk sekarang sudah aman dan aku juga sudah mengambil persediaan air untuk perjalanan...

Aku mulai menengok lagi kearah tempat horn rabbit yang sebelumnya, dia masih ada disana menatapku jinak sambil memegangi sebuah biji-bijian ditangannya.

"Sepertinya aku harus mencari jembatan untuk menyeberangi sungai ini"

Pada akhirnya akupun melanjutkan perjalananku dan berhasil menemukan sebuah jembatan kayu untuk menyeberang. Terdapat jalan yang sepertinya sering digunakan.

Aku mengikuti jalan yang ada itu, perjalanan yang ku lalui sepertinya tidak berjalan cukup mulus menimbang beberapa mahluk yang dapat mengancam nyawaku mulai bermunculan satu demi satu.

Mulai dari Wild Boar, Eagle Sword dan RedMandrake. Tapi mereka bukanlah mahluk kuat yang dapat membunuhku. Sepertinya mahluk disekitar sini lemah-lemah dan itu artinya mungkin jarak kota sudah mulai dekat dariku.

Aku meninggalkan jasat mahluk-mahluk itu begitu saja dijalan, bukan berarti mereka tidak berharga. Hanya saja aku tidak ingin membuang-buang tenagaku untuk membawa mereka semua, dan lagi pula keuanganku saat ini lebih dari cukup menimbang harta yang ku ambil dari rumah seorang bangsawan.

Dan pada akhirnya ketika mentari hampir terbenam, perjalananku akhirnya telah selesai dan berhasil mencapai sebuah kota yang dilindungi oleh tembok batu. Terdapat penjaga yang bertugas, ada 6 orang dari mereka dan salah satunya tengah berurusan denganku yang tidak dapat menunjukkan tanda pengenal kota yang bernama Carleon ini.

Petugas pria yang terlihat berkisaran usia 30an ini tengah memeriksaku beserta bawaanku sambil terus mengintrogasi pendatang yang menuju kota.

"Apa kau memang benar-benar tidak memiliki tanda pengenal? Meskipun kau seorang pengembara, seharusnya kau memiliki tanda pengenal dari sebuah kota yang pernah kau kunjungikan?" (Guard)

"Sudahku bilang sebelumnya, pak. Aku kehilangan tanda pengenalku setelah diserang sekelompok bandit didalam hutan. Aku beruntung karena masih bisa mengalahkan mereka dan membawa hasil jarahan mereka"

"Memang benar jika barang berharga yang kau miliki ini sangat banyak. Tapi dari mana ku tahu jika ini milik para bandit? Saat ini kerajaan sedang dihebohkan tentang pembantaian keluarga Viscount Berus, dan karena pelaku yang masih tidak diketahui. Kerajaan memutuskan untuk melakukan pengetatan dalam keamanan setiap wilayah"

"Lalu apa kau pikir pengembara muda sepertiku dapat menghabisi semua keluarga Viscount seorang diri?" Tanyaku santai.

Wajah penjaga itu sempat ragu, namun dengan cepat kembali lagi.

"Kau ada benarnya. Tapi kami harus tetap berjaga-jaga!"

"Haaaahhh-"

Aku tidak dapat menahan kelelahanku dalam menghadapi penjaga ini.

Cletak- Cletak- Cletak

Langkah-langkah dari tapak rombongan kuda-kuda terdengar semakin keras dan mulai berjalan menuju kota.

"Hey, Bon! Berhenti sejenak, rombongan kapten akan datang!" Kata seorang penjaga memberi tahu orang yang tengah mengintrogasiku. (Guard2)

"Kau benar! Dan lihat, monster-monster apa yang mereka bawa?!"

Monster?-

Rombongan itu datang sambil meyeret-nyeret mayat-mayat monster yang sepertinya pernahku lawan saat perjalanan kemari. Mereka yang dipimpin oleh seorang wanita berzirah lengkap berhenti tepat ditempatku berada.

"Katakan. Apa ada seseorang yang masuk kekota selama kami pergi?" kata wanita itu membuka pelindung kepalanya.

Dia wanita cantik dengan mata biru tajam bagaikan elang dan rambut pirang pendek.

""TIDAK ADA KAPTEN!""

Jawab kedua penjaga bersamaan.

"Aku penasaran, siapa yang dapat melakukan ini? Jika itu para petualang, mereka pasti tidak akan meninggalkan material berharga dari monster-monster ini-"

Kapten yang terlihat penasaran itu mulai melihat kearahku dengan tatapan curiga.

"Siapa orang itu?" Tanya kapten kepada Bon.

"Lapor! Dia merupakan seseorang yang mengaku kehilangan tanda pengenal saat melawan bandit dan mencoba memasuki kota!" Jawab Bon tegas.

"Dia membawa senjata?"

"Dia membawa sebuah pedang!"

Kapten itu mulai menatapku dengan tajam.

"Apa kau orang yang mengalahkan monster-monster ini?"

Berbeda dengan sang kapten, Bon yang sebelumnya memeriksaku masih terlihat ragu dengan kata-kata kaptennya sambil menatapku. Ini cukup beralasan jika menimbang tubuhku yang tidak memiliki otot memadai sebagai tolak ukur kekuatan.

"Itu tidak mungkin. Lagipula pria ini terlihat tidak kuat sama se-"

"Iya. Aku orangnya, akulah yang mengalahkan mereka dalam perjalanan kekota ini" Jawabku menyela Bon sambil membalas tatapan kapten.

Semua orang disekitar kami terdiam sunyi melihat kearahku dan sang kapten yang saling memberikan tatapan tajam.

"Berikan dia izin memasuki kota dan buatkan dia tanda pengenal baru secara gratis. Lagipula kita perlu memberi imbalan atas hal yang dilakukan olehnya"

"Si-siap!" Jawab Bon sigap dengan sedikit tergagap.

"Kau tau, kami pihak militer akan dengan senang hati menerima seseorang dengan kemampuan memadai" (Kapten)

"Sayangnya aku tidak suka dikekang. Apalagi oleh seseorang yang tidak tau cara menyebutkan namanya sendiri kepada seseorang yang ingin diajak kerjasama~"

Semua orang sontak terkejut mendengar kata-kataku. Akan tetapi itu semua berbeda dengan sang Kapten yang malah tersenyum mendengar perkataan dariku.

"Namaku Frissy, kapten keamanan kota Carleon. Dan kau?"

"Dryst"

"Cobalah mendaftar sebagai petualang, kurasa pekerjaan itu akan cocok untukmu dan tentu saja itu akan membantu kami pihak militer dalam mengurangi jumlah monster"

"Akanku pikirkan, tapi sayangnya aku tidak merasa membutuhkan pekerjaan dengan segera~"

"Kau sungguh orang yang menarik. Karena kita tidak memiliki bukti kalau monster-monster ini dikalahkan olehmu. Jadi kami hanya bisa memberi sedikit imbalan saja untukmu. Ayo jalan!"

Seiring kuda sang kapten Frissy berjalan. Para pasukan yang berada dibawah kekuasaannyapun ikut pergi mengikutinya kedalam kota.

Wanita itu...

Dia memeliki aura yang cukup mengerikan dan tidak ragu untuk menunjukkannya. Jika semua orang dapat keistimewaan merasakan aura seseorang, aku yakin banyak diantara mereka yang pingsan karena kuatnya aura yang dimilikinya.