***Catatan:
Sebelum membaca lebih jauh, Author ingin menyampaikan bahwa cerita di dalam novel ini terinspirasi dari beberapa anime bertema ninja dan samurai. Author hanya ingin memadukan kekuatan ninja dan kemampuan para samurai yang berlatar belakang di Jepang, dan membuat para pembaca terhibur. Tinggalkan like dan komen jika kalian suka. Terima kasih, ya ๐
===
Perang masih berkecamuk. Lokasinya semakin meluas. Pasukan Oda merangsek masuk jauh ke dalam barisan pasukan Fujiwara, yang menjadi musuh bebuyutan mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Pasukan Oda mengenakan pakaian serba hitam, sementara pasukan Fujiwara menjadikan merah sebagai warna kebesaran mereka. Keduanya berseteru dan saling klaim kekuasaan, karena selama ini tidak memiliki kesepahaman tentang batas wilayah.
Meski hidup berpindah โ pindah, klan Oda menyebut bahwa tempat yang mereka singgahi menjadi kekuasaan mereka. Klaim yang tidak mendapat restu dari pusat Fujiwara. Sebab itulah kedua klan besar ini sering bentrok, baik dalam skala kecil maupun besar.
Di beberapa tempat, kepulan asap yang membentuk seperti jamur membumbung tinggi ke udara. Teriakan para pasukan yang bertempur sangat riuh. Suasana kaos dan tak terkendali. Arena itu dipenuhi asap pekat bekas bakaran api yang membuat pandangan menjadi sangat terbatas.
Pertempuran cukup sengit ketika para jenderal kedua belah pihak saling hantam. Mereka unjuk kekuatan meski pada kenyataan sudah tidak ada lagi istilah jenderal ataupun prajurit, sebab siapapun bisa tewas kapan dan oleh siapa saja.
Oda yang dihuni ninja โ ninja sakti tak terlalu kesulitan menghadapi pasukan garis depan Fujiwara. Salah satu ninja itu bernama Jiro.
Tak terhitung berapa lawan yang harus meregang nyawa oleh kekuatan Jiro yang dikenal memiliki keahlian soal teknik api. Dengan teknik api miliknya, Jiro tak terbendung. Dia menerjang seperti harimau. Sejak awal, pertempuran sepertinya ditakdirkan menjadi milik Oda.
Bersama kakaknya bernama Ringo, Jiro adalah putra mahkota di klan Oda. Kemenangan dalam perang tersebut mutlak menjadi jalan untuk melanggengkannya menuju orang nomor satu di klan. Meski dia adalah putra kedua penguasa klan Oda bernama Griffin, tetapi ninja tingkat atas di klan tersebut sangat segan terhadapnya.
Ketimbang Ringo, ambisi Jiro menguasai klan Oda sudah terpancar sejak usia belia. Dia sudah gigih berlatih elemen dasar yang menjadi kemampuan utama klannya, yaitu elemen api. Elemen dasar sendiri terbagi menjadi lima; angin, petir, tanah, air, dan api.
Lima elemen tersebut dinamakan sebagai teknik dasar ninja. Selain teknik dasar ninja, ada pula teknik ilusi yang merupakan keahlian khusus dan tidak sembarang ninja bisa melakukannya.
Teknik ilusi ini sangat kental melekat pada klan Astagat, yang disebut โ sebut sebagai salah satu klan terkuat di wilayah utara Pulau Honshu. Kemudian teknik bertarung dengan mengandalkan kecepatan dan kekuatan fisik pengguna.
Jiro maju ke depan menerjang setiap lawan dengan gagah berani. Saat dia menyerbu ke tengah kumpulan pasukan Fujiwara, mereka langsung menyingkir. Jiro beberapa kali nyaris terkena serangan panah lawan, namun dia selalu dengan mudahnya mematahkan serangan itu.
Ketika pertempuran sepertinya akan mencapai akhir, dan sebagian besar pasukan Fujiwara telah tewas, beberapa lainnya memilih melarikan diri, Jiro tetap bersemangat mengejar musuh yang masih dalam dijangkaunya. Tak segan, dia juga membunuh beberapa orang yang sudah tergeletak dan terluka parah.
Kemenangan yang hampir pasti diraih klan Oda membuat Jiro semakin bernafsu terus maju hingga belakang garis pertahanan musuh. Dia berniat membersihkan sisa โ sisa pasukan Fujiwara sampai akarnya. Dia maju sendirian tanpa mengenal rasa takut. Ninja โ ninja andalan Fujiwara pun tak kuasa menahan kehadirannya.
Jiro berjalan dengan penuh keangkuhan. Tatapan sinisnya melirik ke kanan โ kiri di depan benteng klan Fujiwara yang sudah hampir kosong karena ditinggal penghuninya yang mengungsi dan meminta bantuan ke klan lain.
Dia berhenti beberapa meter tepat di depan pintu gerbang utama Fujiwara yang ditutup rapat. Bahkan pasukan pemanah mengacungkan anak panah ke arahnya. Mereka tampak gemetaran.
"Turunkan senjata kalian, maka kalian akan selamat!"
Jiro berteriak keras sekali hingga beberapa kali. Manik matanya melirik ke atas benteng yang terdapat beberapa pasukan pemanah di sana.
Orang โ orang yang masih bertahan di dalam benteng dan mendengar suara itu dengan penuh keragu โ raguan, meletakkan senjata mereka. Tidak semua orang menerima perintah itu, khususnya para pasukan pemanah.
"Kita tak perlu takut menghadapi orang itu. Dia hanya sendirian," kata salah seorang pasukan pemanah yang sayup โ sayup terdengar sampai teling Jiro.
Suara itu membangkitkan semangat juang para pasukan pemanah pendukung Fujiwara. Mereka yang tetap bertahan sampai titik darah terakhir langsung memberikan sambutan berupa hujan anak panah yang meluncur deras menarget tubuh Jiro sebagai sasarannya.
Mudah bagi Jiro menahan panah โ panah itu. Dia menangkis serangan itu dengan bola api besar yang disemburkan dari mulutnya. Teknik dasar klan Oda. Lalu, dia juga mengeluarkan beberapa bola api sebesar bola basket yang menyerang balik para pasukan pemanah yang tak mematuhi ucapannya. Mereka dibunuh secara keji.
Di tengah pembantaian itu, salah satu ninja yang selama ini dekat dengan para petinggi Fujiwara, Akira, baru saja kembali dari medan pertempuran mendapati Jiro yang berbuat semena โ mena terhadap para pasukan yang sudah tergeletak dan tak berdaya.
Dengan teknik anginnya, Akira memberi serangan kejut untuk mengagetkan Jiro. Dia menyerang menggunakan teknik pusaran angin yang cukup besar. Serangan itu hampir membuat Jiro terpental karena tak tahan dengan angin yang cukup kuat itu.
Pertarungan antar ninja muda menjadi tak terelakkan. Jiro mengenal baik Akira dan teknik yang dikuasainya. Sebab selama ini keduanya sering beradu kekuatan dalam beberapa kesempatan pertemuan, termasuk pertempuran terakhir mereka.
Pun demikian dengan Akira. Dia tahu betul bahwa Jiro adalah orang yang akan menduduki tahta Oda dalam waktu dekat. Apalagi tersiar kabar bahwa Griffin yang menjadi penguasa saat ini sudah berada di ambang usianya.
"Kau cukup nekat juga datang kemari sendirian, Jiro?"
Pertanyaan Akira sebetulnya tidak memerlukan jawaban dari Jiro. Sebab Akira tahu orang seperti apa sosok di hadapannya sekarang.
Jiro yang terdorong beberapa meter setelah serangan kejut itu pun berdiri. Dia menoleh ke arah Akira, sosok yang sangat dibenci sekaligus lawan yang sangat dia segani. Jiro selalu merasa bahwa dirinya jauh lebih kuat dari Akira, namun hasil akhir pertarungan selalu tidak seperti apa yang diharapkannya.
Kali ini saja, Jiro menganggap dia masih lebih kuat dari Akira yang tak dibekali dengan teknik bertarung tangan kosong seperti dirinya. Akira memang hanya mampu memaksimalkan teknik angin miliknya. Kelebihan lain Akira adalah teknik ruang dan waktu atau teleportasi.
Dia mampu berpindah dalam waktu yang cepat menggunakan sebuah kunai khusus yang sudah diberi kertas penanda. Dengan kemampuan itu, Akira disebut โ sebut sebagai ninja tercepat di dunia.
"Aku sudah memelajari semua teknikmu, Akira. Jadi lebih baik kau menyerah saja," ejek Jiro seolah dia mampu mengalahkan Akira dengan mudah.
"Kita belum tahu seperti apa akhirnya, Jiro!"
Tangan Akira merogoh kantung kecil yang ada di belakang pinggangnya. Dia mengambil beberapa kunai khusus lalu menempatkan ke segala arah secara random. Dia pun memastikan semua kunai yang dilempar tidak akan mudah dijangkau Jiro.
Di hadapannya, Jiro memerhatikan semua kunai yang melesat itu.
"Berpindahlah, Akira. Aku pasti akan mendapatkanmu!" kata Jiro membatin. Tatapan matanya bergerak โ gerak melihat semua kunai yang dilempar Akira. Dia sudah siap menerjang ke arah manapun saat Akira menggunakan teknik teleportasinya.
Jiro yang juga dianugerahi kecepatan itu pun merasa bahwa kunai โ kunai tersebut dalam jangkauannya. Dia langsung melesat ke arah Akira sembari mengamati sekeliling untuk memprediksi kemana Akira akan berpindah tempat.
Wushh..
Sekarang Jiro sudah sangat dekat dengan Akira dan siap memberikan pukulan. Hanya beberapa inchi kepalan tangan itu mendarat bebas di pipi Akira. Sepersekian detik kemudian, Akira melempar kunai ke samping dan dia berteleportasi ke kunai tersebut.
Akira bergerak cepat membalas serangan Jiro. Tiba โ tiba dia sudah berdiri di belakang lawannya. Itu adalah teknik teleportasi tahap dua. Dengan memanfaatkan sebuah kunai khusus dan segel penanda pada sebuah objek dan bergerak secara cepat. Pada serangan sebelumnya, Akira sempat memberi tanda khusus pada tubuh Jiro. Tak heran dirinya mampu berpindah ke belakang Jiro secepat kilat.
"Apa?" Jiro sempat terkejut.
Akira memegang sebuah kunai dan diarahkan ke leher lawannya itu. Tapi, Jiro bukanlah ninja biasa yang dengan mudah dikalahkan seperti itu. Tangan kanannya pun sudah mengarahkan kunai ke belakang, tepat di depan perut Akira. Keduanya sama โ sama terancam.
"Kecepatanmu meningkat dari terakhir kali kita bertarung," puji Jiro sambil terus memegang kunainya.
"Pengamatanmu juga lebih bagus dari sebelumnya. Kau membaca semua gerakanku dengan baik," Akira memuji balik.
Setelah itu, Akira mendorong Jiro ke depan, menjauhkan dari dirinya.
Jiro berbalik badan dan langsung kembali menyerang Akira. Pertarungan fisik pun tak terhindarkan. Jiro jelas lebih unggul sebab gaya bertarung fisik bukanlah kemampuan Akira.
Pertarungan itu cukup menguras tenaga. Akira hanya bertahan dari serangan Jiro yang tiada habisnya. Meski sesekali pukulan Jiro mengenai wajah Akira.
"Aku akan mengalahkanmu dan Fujiwara. Terima takdirmu, Akira."
Akira tidak membalas apapun sebab dirinta memang sedang terdesak.
Teriakan dari beberapa pasukan di dekat mereka memberi tanda bahwa pasukan Oda semakin dekat dengan benteng Fujiwara. Mereka tak terbendung lagi.
Bamm..
Beberapa bola api yang dilempar dengan manjanik jatuh di dekat tempat yang menjadi pertarungan Jiro dan Akira. Pertarungan keduanya pun menjadi sedikit terganggu.
Tanpa disadari Jiro yang lengah, Akira membuat segel tangan untuk melancarkan serangan teknik pusaran angin tahap dua. Akira mengarahkan jurus yang baru dikeluarkan ke arah perut Jiro dan membuatnya terpental jauh ke belakang.
"Lain kali kita bertarung lagi," kata Akira yang langsung lenyap dari hadapan Jiro.
Akira menggunakan teknik teleportasinya untuk kembali ke dalam benteng Fujiwara. Tepat di sisi kanan pintu masuk terdapat sebuah segel penanda teknik teleportasi yang membuat dirinya bisa dengan cepat kembali ke dalam benteng.
Dia kemudian masuk ke dalam benteng tersebut melalui pintu utama yang cukup tinggi. Dia masuk ke dalam untuk menemui pemimpin Fujiwara bernama Hiroshi. Umurnya sudah tujuh puluh tahun. Dia memimpin Fujiwara sejak empat puluh tahun yang lalu. Selama kepemimpinannya, Fujiwara berada pada tingkat kejayaan yang belum dirasakan sebelum โ sebelumnya.
Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir, banyak mata โ mata yang menyusup bahkan beberapa di antaranya berpura โ pura baik, sehingga Hiroshi mengangkat mereka di posisi penting. Yang paling mengejutkan adalah seorang mata โ mata bernama Akuta.
Awalnya, Akuta dikenal sangat baik hingga akhirnya dia diangkat menjadi jenderal yang memimpin seluruh pasukan Fujiwara. Sejak awal, Akuta menargetkan posisi tersebut. Misinya adalah menggembosi jumlah pasukan Fujiwara dari dua ratus ribu pasukan menjadi sepuluh ribu saja.
Akuta beralasan bahwa pasukan dengan jumlah banyak di masa damai tidak terlalu dibutuhkan. Apalagi pengeluaran besar untuk menggaji mereka pun sepertinya tidak terlalu penting. Alasan yang masuk akal itulah yang membuat Hiroshi terlena dan mengiyakan pendapat Akuta.
Sebelum semuanya semakin kacau dan berantakan, Akira berhasil membunuh Akuta. Tapi kini peninggalan Akuta sangat merepotkan pertahanan Fujiwara yang lemah.
"Tuan, ijinkan saya memimpin pasukan terakhir untuk menahan mereka selagi keluarga pergi meninggalkan tempat ini."
Akira menunduk di depan Hiroshi berharap diberi kepercayaan untuk setia terhadap Fujiwara.
"Bangunlah, Akira. Kau sudah banyak berjasa pada Fujiwara. Aku tidak ingin membebanimu lebih dari ini. Pulanglah, desamu lebih membutuhkanmu sekarang."
Akira teringat dengan desanya yang letaknya tak jauh dari medan pertempuran. Akira hanya menduga โ duga bahwa desanya akan aman saja. Terlebih di sana ada ninja hebat bernama Takeda, yang juga adalah pamannya sendiri.
"Tidak, Tuanku. Desaku pasti akan aman saja karena ada ninja yang lebih kuat dariku."
Setelah berdiskusi cukup intens dan alot, Hiroshi akhirnya luluh dan mempersilahkan Akira memimpin pasukan terakhir Fujiwara.
Akira meminta restu dan bergegas keluar. Bisa jadi ini adalah misi terakhirnya sebagai ninja Fujiwara yang tengah di ambang kehancuran total. Akira menyadari betul misinya ini adalah misi bunuh diri untuk memberikan waktu agar Hiroshi dan keluarga bisa segera menyingkir dari tempat itu. (RS)