Chereads / YOU. / Chapter 7 - Kencan?

Chapter 7 - Kencan?

Saat ini Lucinda dan Leon sedang berada di mobil Lucinda dengan suasana yang sangat tenang dan sunyi. Tidak ada yang memulai percakapan. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing. Lucinda pun sudah lelah untuk bertanya kepada Leon kemana pria gila itu akan membawanya. Jawaban yang Leon berikan juga sama saja. "Kita akan berkencan." Itulah yang terus dikatakan oleh Leon saat ditanyai oleh Lucinda.

Setelah hampir 1 jam perjalanan mereka, Leon menghentikan mobilnya.

'Ini dimana?' Pikir Lucinda.

"Ayo turun." Ajak Leon sambil membukakan pintu mobil untuk Lucinda.

Setelah turun dari mobil, Leon menggenggam tangan Lucinda dan menuntunnya ketempat tujuannya. Tentu saja awalnya Lucinda menolak saat Leon menggenggam tangannya. Namun, bukan Leon jika tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Dengan sedikit ancaman dan gombalan, Lucinda akhirnya mengalah dan menuruti kemauan Leon.

Setelah berjalan sekitar 15 menit, mereka sampai kesebuah danau yang beku. Pemandangannya sungguh memukau. Ranting pohon dan tanaman disekitar danau yang ditutupi oleh salju, Danau yang membeku terlihat seperti kaca yang sangat berkilau didukung oleh sedikit kabut yang membuat suasanya disini yang menambah keindahan yang ada. Sayang sekali saat ini Lucinda tidak membawa kameranya. Ini bisa jadi foto yang bagus dan juga sangat mahal untuk dijual pada Mr. Tom. Dasar Lucinda sampai disaat yang menyentuh seperti ini pun wanita ini masih mengingat tentang uang.

Leon menatap kearah Lucinda yang matanya terlihat karena pemandangan yang ada didepan matanya.

'Cantik.' Pikir Leon.

Tidak salah ternyata membawa Lucinda kesini. Ketempat dimana dia bisa merasa sedikit tenang. Tidak perduli entah itu sedang winter ataupun summer tempat ini selalu tetap sama. Tetap jadi tempat terindah yang Leon temui selama ia hidup. Tempat dimana seharusnya dia membawa Kristal agar gadis itu setidaknya bisa tersenyum meski sementara. Namun, saat itu tidak pernah datang. Kristal sudah tidak ada. Leon terlambat. Leon menatap kearah langit dengan raut wajah yang sendu.

'Apakah kau tersenyum sekarang Kristal?' Tanya Leon dalam hatinya.

Lucinda melihat perubahan dari raut wajah Leon. Lelaki itu yang biasanya bertingkah sangat menyebalkan sekaligus konyol ternyata bisa menampakkan raut wajah yang seperti sekarang. Lucinda bertanya-tanya apa yang dipikirkan oleh Leon? Apakah berada disini mempunyai kenangan tersendiri bagi Leon? Mengapa Leon membawanya ketempat ini? Semua pertanyaan itu terus berputar dalam benak Lucinda.

Leon menyadari jika dirinya diperhatikan oleh Lucinda menoleh kearah Lucinda dan tersenyum.

"Mau bermain ice skating Luce ?" Tanya Leon

"Hah? Dimana?" Lucinda sangat malu saat Leon tiba-tiba menoleh. Lucinda malu karena ketahuan oleh Leon jika dia memperhatikan lelaki itu.

"Hmm. Apa aku harus memberikanmu kacamata Luce? Kau tidak melihat danau yang membeku itu? Atau kita harus periksakan matamu?" Tanya Leon dengan raut wajah khawatir yang dibuat-buat.

"Apasih! Dasar menyebalkan!" Lucinda sangat kesal. Ternyata Leon tetaplah Leon yang menyebalkan. Tentu saja Lucinda melihat danau itu. Lucinda masih bisa melihat bahkan sangat jelas. Hanya saja tadi itu dia sedikit gugup dan juga sedikit malu.

"Hahaha aku bercanda Luce, Ayo kita turun kesana." Ajak Leon sambil menarik tangan Lucinda. Dengan pasrah Lucinda mengikuti tarikan Leon.

Saat Leon sudah turun ke danau dan diikuti Lucinda, tiba-tiba Lucinda menghentikan langkahnya. Leon berbalik kearah Lucinda dengan penuh tanda.

"Kenapa?"

"Aku... Tidak bisa bermain ice skating." Jawab Lucinda dengan senyuman lebarnya dan tergambar rasa cemas pada raut wajahnya.

"Pfftt..HAHAHAHA Kau benar-benar bisa membuatku tertawa Luce." Leon tertawa dengan sangat lepas. Kenapa gadis ini bisa sangat selucu ini pikir Leon. Leon benar-benar tidak menyangka Lucinda bisa membuatnya tertawa seperti ini. Dia merasa hidup kembali, seolah-olah masalah hidupnya seketika menghilang bersama tawanya.

Tertawa adalah obat yang terbaik. Saat ini Leon mempercayai kata-kata itu. Mungkin untuk sementara.

***

Hannah saat ini sudah sangat ketakutan. Benar-benar ketakutan. Saat ini Hannah sedang melihat potongan CCTV dari cafe yang dikunjungi oleh Mike dan James. Dia melihat sosok yang sangat mirip dengan orang itu. Sosok yang selalu menjadi bayangan kematian bagi dirinya. Dari postur tubuh dan wajah yang hanya tertutup kacamata hitam Hannah sepertinya sangat yakin tentang siapa orang yang ada di CCTV itu. Hannah benar-benar yakin itu dia. Orang yang seharusnya sejak dulu Hannah lenyapkan.

Leon.

Setelah Kristal, Leon adalah orang kedua yang selalu membuat hidup Hannah tidak tenang. Hannah tidak mengerti dari mana Kristal mengenal psikopat itu. Hannah mengerti, Leon tidak akan diam saja saat mengetahui Kristal lenyap. Sudah dari dulu Hannah merencanakan agar Leon juga lenyap. Dia tidak ingin ada yang mengetahui semua kebusukan dan rahasia yang ia punya. Semua yang tahu tentang hal itu dan tidak berada dipihaknya harus lenyap. Sudah pasti Leon tidak berada di pihaknya.

Namun Hannah sadar, Leon tidak sebodoh itu. Dia selalu bisa menghindar dari rencana busuk Hannah. Bukan hanya sekali atau dua kali Hannah berusaha untuk melenyapkan Leon dulu. Leon terlalu jenius untuk dibodohi dan terlalu kuat untuk dikalahkan. Saat ini Hannah semakin yakin jika Leon semakin sulit untuk dilenyapkan.

Namun ada satu hal yang Hannah tidak mengerti. Kenapa Leon bisa dengan terang-terangan menampakkan wajahnya di CCTV tersebut? Bukankah akan lebih bermanfaat bagi Leon jika ia tidak terlihat? Atau Leon memang sengaja menampakkan dirinya? Tapi untuk apa? Apakah sebagai peringatan jika dirinya tidak akan membebaskan orang-orang yang terlibat atas pelenyapan Kristal? Semua hal ini terus saja berputar dalam otak Hannah.

***

Disisi lain, Leon dan Lucinda masih bersenang-senang. Atau lebih tepatnya Leon yang terlihat sangat senang. Terlebih saat Lucinda beberapa kali terjatuh karena lapisan es yang sangat licin. Benar-benar hal yang cocok untuk Leon tertawakan.

Sementara Lucinda terlihat menekuk wajahnya. Leon sudah berjanji akan mengajarinya. Bahkan dia sudah berjanji untuk tidak melepas pegangannya pada Lucinda sampai Lucinda benar-benar bisa menyeimbangkan diri di atas lapisan es yang sangat licin itu.

'Dasar orang gila tidak waras yang berkelakuan seperti setan.' Rutuk Lucinda dalam hati saat Lucinda terjatuh untuk yang kesekian kalinya namun pria itu masih tetap mentertawakannya.

Setelah puas tertawa Leon membantu Lucinda untuk berdiri. Leon menggenggam tangan Lucinda lalu membawanya untuk naik dari danau tersebut. Sebenarnya Leon merasa kasihan pada Lucinda yang terus-terusan terjatuh.

'Pasti rasanya sakit.' Pikir leon

Setelah membantu Lucinda untuk sampai kepinggir danau, Leon membantunya untuk naik dari danau tersebut.

"Ayo kita pergi."Ajak Leon.

"Kemana lagi?" Tanya Lucinda bingung. Kemana lagi orang gila ini akan membawanya pikir Lucinda.

Leon tersenyum gemas saat melihat raut wajah Lucinda yang kebingungan. Leon meletakkan tangannya di puncak kepala Lucinda sambil mengusapnya perlahan.

"Ayo kita pulang kerumah, Luce."

***