...Dahulu kala, ada seorang putri yang sangat terkenal di dalam kerajaan maupun diluar kerajaan Helar. Putri tersebut terkenal dengan kecantikan dan segala bakat yang dimilikinya.
Putri kecil yang masih berumur 9 tahun itu pintar berdansa dan bisa berbicara dalam 5 bahasa dari berbagai macam kerajaan diseluruh dunia. Di samping itu dia juga sudah mengerti histori 7 kerajaan terkenal, dan mampu menceritakannya dengan detail pada guru kelas sejarah. Putri kecil juga tidak lalai dalam mengikuti tata krama dan etika kerajaan dengan sempurna. Lebihnya lagi, putri tersebut sangat ramah pada siapapun. Ia sangat disayangi oleh adiknya yang berumur 1 tahun lebih muda dan para pelayan istana. Setiap harinya, Raja dan Ratu tak berhenti mendengarkan pujian soal putri mereka yang begitu aktif membanggakan.
Tapi secara tak terduga, semua kenangan indah itu lenyap ditelan habis oleh sebuah tragedi.
Malam itu rembulan enggan menampakkan wujudnya... Badai salju menghujani seluruh pulau Corona de Dragón. Gemerisik ranting pohon dan suara tiupan angin menambah suasana riuh yang tak bersahabat dengan kondisi didalam kamar sang Putri kecil yang akan berumur 10 tahun esok harinya.
"Dingin… Aku kedinginan…. Tolong aku…"
Rintih sang putri kecil dari balik selimut tebal di atas ranjang. Waktu terus berjalan... Mengabaikan kesengsaraan sang putri kecil.
Namun tak lama kemudian seorang pelayan menjenguk kedalam kamar itu untuk memastikan apakah putri kecil kesayangannya sudah terlelap. Secara tak sadar, hal ini sudah menjadi sebuah rutinitas baginya.
Dibawah remang-remang cahaya lampu tidur pelayan itu dapat melihat sang putri kecil bersembunyi didalam selimut seperti kepompong yang bergetar tertiup angin.
Pelayan itu menghampiri sang putri kecil dengan perasaan cemas. Ia menyibakkan selimut besar itu dan tampaklah tubuh putri kecil yang sudah memutih. Tubuh putri kecil yang gemetaran dengan hebat memberikan satu-satunya petunjuk bahwa dia masih hidup.
Mengikuti refleksnya, pelayan itu kembali menyelimuti tubuh kecil dihadapannya dan mendekapnya erat sambil berteriak meminta pertolongan. Tapi suaranya terhenti... Ia menyadari tubuh putri kecil mengeluarkan sensasi dingin menusuk kulit.
"Tap...Tap...Tap…" Sebuah langkah kaki kecil terdengar dari ambang pintu, lalu sebuah sosok mungil muncul berdiri dengan kaku disana sambil memeluk boneka kelinci. Ia memasang ekspresi seolah sedang mencerna apa gerangan yang terjadi. sosok mungil itu mengeluarkan gumaman, "Kakak sakit?"
Pelayan itu menelan ludah dan berusaha mempertahankan emosinya demi mengendalikan suasana lalu berkata dengan lembut, " Iya kakakmu sedang sakit. Apa saya boleh minta tolong nona Elleansia untuk membawa dokter kemari agar kakak bisa diobati? Kamu tau ruangannya ada dibawah tangga kan?"
Sang adik mengangguk kecil setelah melihat wajah kakaknya yang pucat, dan berlari dengan tenaga seadanya meninggalkan dua orang itu tetap pada tempatnya. Tidak seperti permintaan pelayan tersebut, adik kecil yang masih polos itu justru berlari kekamar orang tuanya dan memanggil mereka berdua untuk ikut ke kamar kakaknya…
"Kakak jadi snowman. Wajahnya putih seperti salju!"
Raja dan Ratu bingung dengan apa yang diucapkan putri bungsu mereka dan memutuskan untuk mengikutinya.
Berjalan menyusuri lorong gelap hingga Raja dan Ratu melihat sang pelayan berdiri didepan pintu kamar putri sulung mereka.
"Apa yang kau lakukan disitu? Ellensia bilang bahwa Athalliresia sakit apa benar begitu?"
Tanya sang Ratu sambil mempercepat jalannya. Tapi mulutnya tiba-tiba terbuka lebar dan alisnya mengkerut. Disusul dengan sang Raja yang ikut bergidik ngeri disebelahnya.
Pelayan itu tidak bergeming.
Membeku seperti patung es. Dua bola matanya sudah memutih dengan ekspresi wajah ketakutan. Sedangkan tubuhnya memiliki pose seperti ingin berlari dari sesuatu. Butiran salju yang halus menempel dipermukaan kulitnya yang membiru.
Butuh beberapa detik sampai akhirnya Raja dan Ratu paham bahwa pelayan itu sudah mati beku! Bagaimana bisa ditempat seperti ini?
Lalu mata mereka berpindah ke belakang mayat pelayan yang membeku itu, berdirilah sosok Athalliresia.
Tentu saja situasi tak masuk akal ini tak akan bisa dicerna begitu saja walaupun oleh orang dewasa sekalipun. Ratu melangkah mendekati Athalliresia yang masih diam tanpa ekspresi.
"Putriku… Apa yang terjadi? Kamu boleh cerita pada ibu." Dengan nada yang lembut Ratu bertanya tanpa memberikan rasa takut pada putri kesayangannya. Tapi wajahnya tidak bisa menyembunyikan kecemasannya.
Athalliresia hanya diam memberikan keheningan yang lebih mencekam. Lalu tak lama kemudian Ia menengadahkan wajahnya dan menunjukkan tatapan setajam harimau kutub.
"Maaf, aku tidak sengaja bu. Ini bukan salahku."
Keringat dingin mengalir pada pelipih Ratu Helar ketika mendengar jawaban bernada dingin dari Athalliresia. Tidak seperti dirinya yang biasanya, Athalliresia menunjukkan aura yang sangat berbeda. Apa yang telah terjadi pada putri kesayangan yang membaggakan Raja dan Ratu selama ini?
Elleansia yang sedari tadi menahan takut akhirnya menangis sambil berteriak, "Huaaaa kakak telah membunuh pelayan!"