Gerakan Iwan menjadi semakin sengit, dia tidak terlihat putus asa sama sekali.
Rizal terus mengingatkannya dan dia berharap Iwan akan memikirkan sesuatu, tetapi Iwan masih tidak bisa sadar, dan hanya menjadi semakin kejam.
Rizal selalu memiliki gambaran menyedihkan tentang pria yang menjual bubur ayam di benaknya, dan tidak tahan untuk membuat pukulan yang berat, tetapi dengan cara ini, dia tidak bisa lagi menahan perasaan berbahaya.
Iwan sudah seperti mesin pembunuh, dia sudah jatuh ke dalam keadaan gila, dan semua gerakannya sangat mematikan.
Jika Rizal tidak bergerak, dia akan membahayakan dirinya sendiri.
Dengan "brakk", kedua tinju mereka saling memukul secara bersamaan.
Iwan terbang terbalik dan membentur tembok dengan keras, dan tembok itu hancur menyisakan lubang yang besar.
Iwan mendengus dan mengeluarkan seteguk darah.
Darah menodai tubuh Iwan, dan rona merah di mata Iwan perlahan surut.
