Andien memegang kepalanya dengan kedua tangannya, terkadang dia tertawa dan menangis dengan getir, seolah dia sudah gila.
"Maaf, maaf, aku salah, aku salah, aku orang yang berdosa, aku orang yang sangat berdosa." Andien berlutut di tanah beberapa saat dan membenturkan kepalanya ke dinding. Dia benar-benar menjadi gila.
Tiba-tiba, dia berteriak kesakitan, dan kemudian bergegas keluar dari ruangan Deby.
"Ada apa dengannya?" Deby memandang Rizal dengan bingung.
"Dia sedang melakukan penebusan atas kejahatan yang sudah dilakukannya." Rizal tersenyum tipis.
Deby mengangguk, orang seperti itu tidak pantas dikasihani.
Rizal dengan lembut memeluk Deby. "Aku telah berbuat salah padamu hari ini."
Deby bersandar di dada Rizal yang lebar, dia merasa sangat aman, dan air mata mulai jatuh dari sudut matanya.
Hari-hari ini, semua hal memang menjadi terlalu menyakitkan.