Di dalam kamar, Andien melepas pakaiannya dan menatap Rizal dengan menggoda.
Rizal terbatuk dengan canggung. Dia telah kehilangan ingatannya, dan sekarang Andien menjadi seorang gadis yang aneh sekaligus akrab baginya, dan rasa malu itu tidak bisa dihindari dalam situasi ini.
"Aku mau mandi." Andien masuk ke kamar mandi dengan memakai piyama tipis.
Suara air yang mengalir dari kamar mandi, seperti semut, masuk ke dalam telinga Rizal.
Meski kaca di kamar mandi sudah buram, sosok langsing Andien masih bisa terlihat melalui pantulan cahaya, bahkan dadanya sangat menjulang, dan sangat provokatif.
Seorang wanita, wanita yang cantik, mandi di depan pria dewasa adalah merupakan sebuah godaan tersendiri.
Rizal berbalik dan membelakangi kamar mandi.
Tapi suara air seperti jari yang menampar hati sanubarinya.
Saat ini, bel pintu kamar berbunyi.
"Aku akan membuka pintu." Rizal akhirnya menemukan alasan dan berdiri.