"Brengsek, kau benar-benar brengsek, jika kau memintaku bertarung, aku akan bertarung sekarang juga. Kamu sudah begitu tak tahu malu." Pemuda bertindik itu mengutuk.
Tapi saat ini, ponsel di sakunya berdering. Kebetulan itu adalah telepon dari Hilman. "Kakak, aku baru saja bertemu dengan orang yang sangat lucu, dan dia sangat sombong. Dia tahu siapa namamu, dan dia benar-benar tampak sudah menghinamu." Pemuda bertindik itu sedikit berlebihan.
"Apakah dia menyebutkan siapa namanya?" Hilman sedikit waspada, dan dia bertanya.
"Dia bilang namanya Rizal, itu adalah nama yang jelek."
Suara di ujung lain telepon itu menjadi beberapa desibel lebih tinggi. "Apa? Rizal, Pak Rizal?"
Di ujung telepon yang lain, Hilman secara singkat mengatakan tentang ciri-ciri Rizal. Pemuda bertindik itu berkata. "Ya. Tepat sekali. itu adalah dia."
"Adik, kamu tidak melakukan apapun padanya, kan?" Suara Hilman melalui telepon penuh dengan kecemasan.