"Oh, kakak, kenapa begitu ramai hidup hari ini?" Pria dengan setelan coklat itu mengganti celananya, tapi dia tetap memakai setelan coklat.
Rudi berkata dengan wajah yang tidak baik: "Orang-orang ini yang tidak tahu bagaimana caranya berterima kasih ingin mebatalkan pernikahannya."
"Apa? Sombong sekali mereka, bisa menikahi Nico dan menjadi istrinya, itu adalah berkah dalam kehidupan ini, apakah dia bermasalah dengan pikirannya? Orang macam apa itu?" Pria dengan setelan coklat itu sibuk membalas sanjungan kakaknya tanpa memperhatikan Rizal dan yang lainnya.
"Apakah kamu tidak mengenaliku? Kita belum berpisah selama satu hari," goda Rizal.
Pria berjas coklat itu akhirnya melihat Rizal dan yang lainnya: "Ternyata itu kamu, sialan, tidak puas aku sudah dibodohi olehmu di dalam bus barusan? Dan sekarang kamu berani datang ke rumah kakakku untuk membuat masalah? Aku pikir kamu mengalami kerusakan di otakmu."
"Ada apa?" Rudi memandangi adiknya.