seduhan kopi ketika turun hujan membuat malam yang dingin menjadi malam yang begitu hangat sehingga membuat beberapa kenangan yang harus dilupakan menjadi teringat kembali, dan tanpa sadar Diki mulai mengingat kenangan masa lalunya bersama Liana yang saat itu bersama-pergi kepuncak untuk camping bersama yang lain.
"jika saat itu aku berani untuk berbicara yang sesungguhnya mungkin sekarang aku masih bisa bersama dengannya..."
Diki terus mengingat masa lalunya,dia yang begitu bodohnya dahulu membuat matanya berlinang air mata. rasa penyesalan, rasa sakit dan amarah masih melekat di hatinya, tapi semua itu sudah tidak berarti apa-apa sekarang.
duarrrrrrrrr
"astaghfirullah... hah hah petir sialan bikin jantung gue mau copot" ucap Diki yang terkejut karena petir yang menyambar, suara petir yang membuatnya terkejut dan sadar kenapa harus memikirkan hal yang sudah berlalu?.
Diki mulai bangkit dan memberi semangat kediri sendiri bahwa semua hal pasti ada jalannya, Diki yang sudah mulai tenang menikmati seduhan kopi yang masih tersisa di cangkir bergaya klasik.
gubrak "Dik kau dapat beasiswa ke jepang" teriak kak Bima yang mendobrak pintu kamar Diki dengan keras
"uhuk uhuk, Astaghfirullah, kak bisa tidak kau ketuk pintu dulu sebelum masuk!!kau ingin aku mati karena tersedak kopi!!" balas diki dengan suara kesal
"hahaha sorry, gue seneng aja lu dapet beasiswa ke Jepang"
"Aku sedang beruntung aja"
"Jangan berfikir seperti itu, kau dapat beasiswa itu karena kerja kerasmu, tapi kamu cukup hebat sih bisa dapet beasiswa ke Jepang hahahahaha"
Setelah mengobrol lama Bima harus pulang karna sudah larut malam dan harus pulang karna istrinya sedang menunggu dirumahnya. Diki yang melihat jam sudah 22:30 segera ke kamar mandi untuk shalat isya.
ting ting
Suara pesan dari hpnya membuat Diki sedikit heran karna siapa yang mengirimi dia pesan apalagi sudah jam 23:46, Diki yang penasaran segera membuka pesan di hpnya.
"Liana ngechat aku? terus dia minta ketemuan di taman besok?" sebuah pesan dari mantan yang masih belum dilupakan membuat beberapa orang gr (mungkin saja dia masih ada rasa ke aku?) dan berfikir seperti itu tak terkecuali Diki sekalipun.
"mungkin dia ngajak ketemu karna ada sesuatu hal yang penting, lebih baik aku mengiyakan saja"
Diki berusaha untuk berfikir positif dengan maksud Liana yang mengajaknya bertemu esok hari di taman. Malam yang semakin larut membuat Diki ingin segera tidur dan melupakan sejenak tentang Liana.
*****
Besoknya Diki menjalani paginya seperti biasa, tapi sesekali dia memeriksa hpnya untuk memastikan apakah ada pesan dari Liana tentang janji temunya hari ini, disaat dia masih membereskan kamarnya hidungnya yang tajam mencium aroma masakan yang khas dengan masakan kesukaannya dan segera pergi kedapur.
"Ma hari ini masak apa?"
"tumis sayur pakis kesukaanmu"
"yang pedes ya ma kayak omongan tetangga hihihihi"
"hisss.... udah sana panggil ayahmu buat sarapan"
Diki yang sudah kelaparan segera memanggil ayahnya yang sedang memperbaiki motor butut warisan dari kakek Diki, "pa sarapan dah siap, ayo makan pa!!" panggil Diki dengan suara keras ke ayahnya
tling tling
suara hp diki yang berbunyi di saku celana membuat dia berhenti sebentar di dekat pintu dapur, Diki berharap kalau yang mengirimi pesan adalah Liana untuk membahas janji temunya di taman nanti.
Tapi ekspetasi pasti akan berbeda dengan realita, wajah Diki seketika kesal karna yang mengiriminya pesan adalah Joni, "kenapa nih orang pagi-pagi kirim pesan? pakek spam lagi!"
[apa'an?]
[dik habis ini ikut gue ye!]
[kemane?]
[dah ikut aje!]
[iya dah iya, ohiya tapi nanti anterin gue ya!]
[kemane?"]
[kepo!!!]
"Dik kenapa disitu? ayo sarapan bapakmu udah makan duluan ini"panggil ibu Diki dengan suara yang lembut
"iya bu"
setelah selesai makan disaat yang bersamaan Joni datang ke rumah Diki, Joni yang sudah kelaparan bermaksud untuk makan bersama dengan keluarga Diki karna Joni sangat menyukai masakan dari ibu Diki, ia pun segera masuk ke rumah Diki tanpa salam dan melesat ke dapur.
"sorry Jon kali ini lo terlambat, semua makan sudah habis hahahahaha" ucap Diki dengan tawa jahatnya.
"ehhh? tante buat aku gak ada? biasanya tante masak banyak?" celetuk Joni dengan wajah yangmemelas ke ibu Diki
"ada kok tenang aja, ambil aja di lemari itu. tante nyisakan buat kamu kok"ucap ibu Diki sembari menunjuk lemari atas
"makasih tante!!, Dik lu jadi orang jangan pelit, anak sama ibu kok ndak sama"
"diam kau!"
Joni yang sudah mendapatkan apa yang diinginkannya segera memakan makanannya dengan lahap, mungkin ini terdengar konyol tapi Diki sangat bersyukur mempunyai teman seperti Joni, karna dengan adanya Joni kehidupannya selalu berwarna dan selalu tertawa.
"apa lihat-lihat?"
"ndak ada cuman lo akhir-akhir ini kayak gemuk,an!"
"pencernaan ku belum bekerja jadi sementara aku kelihatan gemuk, dah ayo kekamar lu pingin rebahan nih!"
"iye"
disaat Joni akan masuk kekamar Diki dia menghentikan langkahnya tiba-tiba hingga membuat Diki menabrak punggung Joni. "emg lu mau kemana nanti Dik? kok aku merasa itu penting banget buatmu!" ucap Joni dengan wajah yang serius
"a-ada urusan dengan L-Liana"
"Liana? lu yakin? lu gak takut sama bayu?"
"dah tenang aja cuman ketemu biasa kok"
Joni yang mendengar hal itu memutuskan untuk segera pergi ke tempat yang dijanjikan Liana dan Diki dan menyuruh Diki untuk bersiap-siap dan menunggunya di mobil, dan tidak lupa menyuruh Diki untuk memakai pakaian yang diberi Liana siapa tahu Liana mengajak balikan dengan Diki.
"dia ngajak ketemuan dimana Dik?"ucap Joni yang masih penasaran dengan pertemuan itu
"taman alun-alun, tempat pertama kali aku bertemu dengan Liana!" jawab Diki sambil main hp
sepanjang jalan Joni terus menasehati Diki supaya tidak terlalu berharap dengan apa yang terjadi nanti, entah itu baik atau buruk Diki harus kuat dan menerimanya. sesampainya mereka di taman alun-alun Diki dan Joni menunggu Liana di bangku taman yang ada dibawah pohon palm.
"eh itu Liana dateng, gue pergi dulu semoga berhasil!"
"makasih bro"
"bro bra bro, yang penting cepet selesaikan ini, gue gak mau lo hilang arah lagi karna cewek itu!!!"
Tak berselang lama Liana datang menghampiri, "maaf ya nunggu lama, padahal aku yang ngajak ketemu tapi aku yang telat, maaf ya" Diki hanya bisa tersenyum dan memaklumi Liana yang datang terlambat, setelah banyak mengobrol tentang masa lalu mereka tiba-tiba saja tangan Liana yang lembut menghampiri tangan Diki yang otomatis membuat Diki terkejut.
"Dik?" ucap Liana dengan senyum manis
"ke-kenapa?"
"kalau kita seandainya balikan kamu mau ndak?"
"maksudnya? Bukannya kamu sama Bayu?"balas Diki wajah terkejut
(apa ini? Kenapa tiba-tiba?) hanya itu saja yang terlintas di fikiran Diki ketika Liana menanyakan pertanyaan itu, dia yang dulu meninggalkan Diki tanpa sepatah katapun kini datang untuk menggapai cinta yang telah ia buang. Diki berharap semua ini, hari ini adalah mimpi tapi kenyataannya ini bukanlah mimpi.
Tapi sialnya ketika Liana ingin mengatakan alasannya telfonnya berbunyi, Diki yang memandangi Liana dari kejauhan menjawab telfon itu terlihat gelisah dan segera meninggalkan Diki sendirian di bangku taman.
"kenapa tiba-tiba Liana berkata seperti itu? Kenapa ia buru-buru pergi meninggalkanku? Apa yang terjadi?" gumam Diki seraya melihat Liana naik taxi meninggalkan Diki.