"Ada hal yang mencurigakan?" tanya Ryan pada anak laki-laki sang dokter.
Luka menggeleng. "Sama sekali tidak."
Sementara itu, Dokter Kamal terus melangkah menuju satu sudut yang masih merupakan bagian dari ruangan yang cukup luas itu.
"Yan!" panggil sang dokter.
Ryan segera menyusul sang dokter, ia masih menyempatkan untuk mengusap kepala Luka.
Di hadapan Ryan dan Kamal ada sebuah meja yang di atasnya terdapat sebuah layar tiga puluh dua inci, Ryan tersenyum melihat itu semua.
"Kalau kau ingin melakukan sesuatu dengan ini semua," kata sang dokter lagi. "Lakukanlah sekarang juga."
Kamal meninggalkan Ryan dan kembali mendekati sang anak. "Kamu istirahatlah, biar Papa yang mengawasi Ryan dari sini."
Luka menggeleng. "Aku belum merasa capek, Pa," katanya. "Papa saja yang istirahat, biar aku di sini bersama Ryan."
Kamal tersenyum lantas mengelus kepala sang anak. "Baiklah," ujarnya kemudian. "Papa membereskan ruangan yang lain saja kalau begitu."