Saat memasuki kabin utama dan hendak menuju ruang makan, Aldi berpapasan dengan Miska dan Xian. Kedua gadis cilik itu terlihat sepantaran, Miska tiga belas tahun kini, dan Xian sudah lima belas tahun. Sepertinya ada hal menarik yang sedang mereka perbincangkan, pikir Aldi.
Anak perempuan dari sang kapten itu belakangan sudah mahir berbahasa Indonesia. Yaah, tidak perlu heran juga sih sebenarnya, tawa Aldi di dalam hati. Mengingat hampir semua orang di dalam pesawat SC-45 ini menggunakan bahasa yang sama, tentulah gadis itu lama-lama akan terbiasa dan bisa menggunakan bahasa yang sama. Lebih lagi, sang ibu—Yuan Xi—juga sangat fasih berbahasa Indonesia. Ditambah, sang ayah—Dharma—yang masih keturunan Sunda.
"Hallo Nona-nona manis," sapa Aldi. "Seru banget keknya nih. Lagi ngomongin Om, ya?"
"Huu, ge-er," cibir Miska, lalu tertawa cekikan bersama Xian.
Aldi berpura-pura merasa tersakiti, ia meremas dadanya. "Aih, sakitnya…"