Ryan melangkah santai memasuki ruang kokpit. Di sana sudah ada Dharma, Hyker, Quinn, Fraya, dan Guntur. Tidak terlihat si Pical dan Oryza di ruangan itu, tapi mungkin saja mereka sedang ada kepentingan di ruangan lainnya.
"Malam, guys," sapa Ryan pada semua orang. Lalu, menahan tawa saat menatap pada sang kapten.
Sepertinya, dalam tiga tahun belakangan ini sang kapten tidak memerhatikan wajahnya sendiri. Jenggot dan kumis tumbuh lebat menyatu dengan cambang, seolah tidak terurus saja, pikir Ryan. Padahal, dia punya istri yang senantiasa menemaninya di kamar.
"Yan," sapa beberapa orang di sana.
"Lagi bahas apa nih?" tanya Ryan, lalu meletakkan gelas di atas salah satu dashboard di dekatnya. Cairan hijau kental itu masih tersisa setengah dari ketinggian gelas itu sendiri. "Serius amat kayaknya."
"Masih soal yang sama," ujar Hyker seraya memain-mainkan benda panjang sejengkal mirip pulpen di tangannya itu. "Agar kita tidak terjebak menunggu kematian saja dua tahun ke depan."