.*.*.*.*.*.
Rasanya kepalaku ingin meledak saat mendengar suara alarm yang telah aku setel di ponsel mulai berdering dengan nyaring memperdengarkan lagu dari grup idola yang aku sukai. Ingin sekali aku mematikannya dan kembali tidur dan bergulung lebih lama di dalam selimut hangatku yang kubeli saat pergi ke Prancis beberapa bulan lalu. Dan entah mengapa semesta sangat kejam padaku, karena suara sandi pintuku mulai terdengar dan langkah kaki berat yang mendekat ke kamarku membuatku sadar kalau manager-ku akan segera berteriak menyuruhku bangun.
"AYUMU-SAN KAU AKAN TERLAMBAT UNTUK PEMOTRETANMU HARI INI."
Benarkan?
Aku langsung membuka mataku dan mengembuskan napas. Betapa beratnya hidup ini, di saat orang lain masih bisa menunggu sampai matahari terbit dengan sempurna,aku sudah harus bangun dan bersiap untuk kegiatanku yang padat.
"Aku ingin vanilla latte," gumamku pelan.
"Sudah aku siapkan, Ayumu-san. Ayo, mari bersiap! Tanaka sudah menunggu dibawah."
Segera aku menyibak selimutku dan masuk ke kamar mandi. Tanaka dan Hajime adalah dua staff yang diberikan agensi untuk bekerja bersamaku, Hajime adalah manager utama sementara Tanaka adalah asistennya. Aku juga memiliki satu penata rias utama bernama Gio. Terkadang aku merasa mereka seperti keluargaku, Tanaka akan menjadi Ayah yang tenang lalu Hajime adalah ibu yang cerewet sedangkan Gio akan jadi kakak laki-laki yang menyebalkan yang selalu mengerjaiku dengan hal-hal remeh.
Tetapi aku menyukainya, setidaknya aku tidakmemiliki masalah dengan orang yang menjadi rekan kerjaku. Sambil menatap pantulan diriku di cermin, aku merasa kalau rambut baruku membuatku semakin terlihat seperti orang asing. Wajahku tidak terlihat seperti orang Jepang pada umumnya, mataku besar, bulat dan berwarna karamel terang yang dinaungi oleh alis yang tertata rapi juga bulu mata yang kalau kata Gio seperti bulu mata sapi. Benar-benar penghinaan.
Padahal aku mendapatkan peran utama keduaku karena penampilanku yang sering disebut "bishonen yang keluar dari dalam manga" tentu saja aku bangga akan hal itu. Empat tahun sejak drama yang aku bintangi meledak di pasaran, akhirnya aku punya kesempatan untuk menunjukkan bakat juga kemampuanku sebagai aktor.
"Ayumu-san, bila kau tidak bergegas maka kau harus sarapan di perjalanan."
Suara Hajime menggema di seluruh ruangan lagi, aku sudah selesai dengan acara mencuci wajah juga menyikat gigi. Saat aku keluar, sudah ada satu setelan pakaian yang dikeluarkan Hajime untukku, aku langsung memakainya tanpa banyak berpikir dan berjalan keluar. Ia sedang duduk di meja pantry dengan sebuah tab di tangannya yang sibuk menyentuh layar tablet itu dengan wajah serius. Pasti ia sedang mengecek jadwal juga beberapa tawaran yang diberikan kepadaku.
Aku memilih untuk duduk di hadapan Hajime dan menyesapi vanila latte kesukaanku yang hangat dan manis, dengan sepasang mata yang terus mengawasi ekspresi yang dibuat Hajime aku menikmati sarapanku yang singkat dalam diam. Tidak ada banyak hal yang bisa aku lakukan dengan pekerjaannya sebagai Manager, lagipula Hajime memiliki kinerja yang luar biasa selama bekerja padaku.
"Mungkin aku harus meminta kenaikan gaji untuknya," batinku.
"Ayumu-san, sepertinya setelah jadwal hari ini selesai anda harus datang ke kantor agensi. Hirose-san mendapatkan tawaran baru untuk Ayumu-san pada sebuah drama di jam tayang yang bagus," ujar Hajime sambil meletakkan tabletnya ke dalam tas yang dibawanya.
"Ah baiklah, Hajime-san sebaiknya aku sarapan di jalan saja. Apa Tanaka dan kau sudah sarapan?"
"Kami sudah sarapan saat memesan sarapan Ayumu-san, jadi tidak perlu khawatir."
Aku mengangguk dan bangkit dari kursi, lalu mengambil jaket berwarna susu yang aku sukai dan melangkah menuju ke pintu apartemennya. Hajime mengikutinya dalam diam lalu menatap pemuda yang berusia duapuluh dua tahun itu dengan sebuah senyuman kebanggaan di wajahnya selain ia yang sudah bekerja sejak awal aku berkarir di industri hiburan hingga sekarang ia menjadi sukses dan dikenali oleh banyak orang.
"Hajime-san ayo melangkah lebih cepat, kita bisa terlambat."
"Ayumu-san kau saja yang bergerak dengan lambat."
Yah, aku sudah nyaman denga kehidupan seperti ini. Kuharap aku bisa menjalaninya dalam waktu yang lama, bukannya bersikap pesimis hanya saja di dunia hiburan ini semuanya bisa berjalan dengan lambat maupun cepat dalam hal yang disebut berkarir. Bisa saja hari ini kau berada di puncak dunia, namun beberapa hari kemudian kau akan jatuh dan merasakan lagi kerasnya daratan.
Oleh sebab itu, aku harus terus bersikap profesional agar orang-orang yang menginginkan kejatuhanku tidak akan bisa berbuat banyak.
Begitu aku membuka pintu mobil, Tanaka langsung berbalik dan memperlihatkan deretan giginya yang lucu.
"Selamat pagi Ayumu-san!" sapa Tanaka riang.
"Selamat pagi juga, Tanaka-kun."
Hajime duduk di sebelah Tanaka, tidak butuh waktu lama sampai Tanaka menjalankan mobilnya dan berjalan menuju ke Prefektur Chiba. Kegiatanku hari ini memang akan berfokus di daerah itu, padahal aku yang tinggal di Distrik Adachi bisa saja naik kereta ke sana, tapi tentu saja hal itu tidak bisa aku lakukan lagi mengingat orang-orang akan heran dengan kemunculanku di tempat umum.
Ternyata menjadi terkenal juga tidak terlalu baik, tapi aku tidak menyesalinya. Memangnya orang sepertiku bisa melakukan apa lagi selain hal ini? Selain berdiri di depan kamera dan bermandikan cahaya lampu sorot. Orang-orang hanya akan melihat kepadaku saat berada ditempat itu oleh sebab itu aku hanya bisa melakukan hal ini seumur hidupku.
"Hajime-san, apa kita sudah dekat?" tanyaku.
"Hanya tersisa duabelas menit lagi sampai kita berada di tempat pemotretan."
Aku mengangguk paham dan membuka bungkus permen yang kubawa di kantong jaketku dan mengunyahnya, hari ini akan terasa panjang dan lama.
.*.*.*.*.*.
"Saya merasa kalau, Serizawa-san sangat cocok dalam memerankan karakter ini. Anda juga memiliki image yang kuat dalam berperan sebagai seorang antagonis yang dapat menggugah hati penonton dengan emosi juga latar belakangnya."
Suara Sutradara Aoyama membuatku merasa terbangun. Sekarang aku sudah duduk manis di sofa ruang presdir bersama dengan Hajime yang memegang buku catatan kesayangannya di pangkuannya, sementara di hadapan kami sosok Presdir Gin dan Sutradara Aoyama duduk dengan santai sambil membicarakan mengenai naskah drama yang ada.
"Ini mengisahkan tentang hubungan seorang Omega yang harus merawat anak dari kakaknya yang meninggal setelah mencoba lari dari rumah keluarga mereka bersama dengan guru pianonya, memang awalnya merupakan kisah tragis namun seiring berjalannya waktu kisah mereka menjadi hangat dan lembut menenangkan hati. Tetapi masalah sebenarnya adalah anak itu tumbuh dan menjadi seseorang yang memanfaatkan Omega yang menjaganya selama ini sebagai budak dari ego dan keinginannya. Dan Serizawa-san adalah orang yang tepat untuk memerankannya."
"Judulnya sangat berbeda dengan isi ceritanya ya, pertemuan di musim dingin itu ternyata menjadi sebuah momen di mana rasa beku itu mematikan hatinya."
Aku memandang wajah Sutradara Aoyama yang kini semakin berbinar.
"Benar sekali Serizawa-san! Ini bukan kisah di mana dunia akan berubah begitu saja hanya karena perbuatan seseorang, takdir yang ada dan mengurung mereka bukanlah sesuatu yang mudah untuk disingkirkan begitu saja. Oleh karena itu saya sangat yakin, dengan Serizawa-san yang memerankan karakter Haruki ini, saya yakin ... drama ini akan mencetak sesuatu yang baru di dunia perfilman."
"Kau terlihat tertarik dengan proposal ini," gumam Presdir Gin sambil menyesap teh hitamnya.
"Aku tertarik, jarang sekali seorang tokoh antagonis dari sebuah cerita dihadirkan dengan cara seperti ini, biasanya mereka hanya akan dihadirkan untuk membuat seberapa baik karakter protagonis itu diciptakan. Sejujurnya aku sudah bosan dengan tipikal plot seperti itu, padahal tokoh antagonis-pun memiliki latar belakang, alasan, trauma, juga kisahnya sendiri sebelum ia akhirnya menjadi seperti ini."
Kurasa aku hampir membuat Sutradara Aoyama menangis karena memberikan tanggapan untuk proposal yang diberikan padaku.
"Baiklah, aku akan menerimanya."
.*.*.*.*.*.