Chereads / Tekken : Mishima Saga / Chapter 8 - Terkubur Dalam Kegelapan

Chapter 8 - Terkubur Dalam Kegelapan

Begitu rantai putus, energi Ki dari dalam tubuh renta itu menguar menjadi percikkan-percikkan lidah kilat yang menyelimuti tubuh Jinpachi yang mengeluarkan aura panas. Sekali gebrak dinding-dinding yang mengurungnya runtuh berserakan di bawah kakinya.

Dengan cekatan Jinpachi menjambret dua buah granat yang tersemat di dada salah satu anggota Tekken Force, melemparnya dan....

"Booooommm....!!!"

*******

"Aku akan menolongmu Kakek! Aku akan menolongmu...!!" Dengan sisa-sisa tenaganya Kazuya berusaha mencoba mengangkat satu-persatu reruntuhan batu-batu yang mengubur sang kakek jauh di kedalaman gua.

Seperti orang kesetanan Kazuya seolah tak peduli lagi pada tubuhnya sendiri yang telah mencapai batasnya. Diangkatnya batu-batu besar hingga membuat tangan kecilnya terluka tertindih batu karena kurang hati-hati.

Yang ada dipikirannya sekarang adalah secepatnya menolong sang kakek yang tertimbun dalam reruntuhan gue. Tanpa peduli tubuhnya yang mungil sakit merintih mengangkat bebatu raksasa yang berat melebihi batas tenaganya. Seraya berharap ada satu keajaiban yang mampu menyingkirkan semua serpih keping reruntuhan di hadapannya.

"Kazuya! Sudahlah jangan berusaha lagi nak! Kakek baik-baik saja!!" Sepasang mata Kazuya membelalak terkejut mendengar gema dari balik reruntuhan, gema suara serak yang khas. Suara yang amat dikenalnya. Suara lantang dari satu-satunya pria yang kini dihormatinya. Suara sang kakek, Jinpachi Mishima.

"Kakek! Kakek masih hidup, syukurlah..." Kazuya bernafas lega. "Saya akan mengeluarkan Kakek dari sana, tenang saja..."

"Tidak cucuku, sudah cukup. Jangan kau membuang waktumu untuk sesuatu yang sia-sia. Jangan kau membahayakan dirimu hanya untuk menyelamatkan orang tua yang sudah tak berdaya ini."

"Tidak! Pasti bisa...!" Kazuya tetap ngotot mencoba memindahkan batu raksasa yang yang paling besar yang menutupi mulut gua, yang tak bergerak sedikitpun.

" Tidak, dengar Kazuya!" Bentak lantang sang kakek. "Pergi dari sini jangan pedulikan Kakek."

"Tapi Kek..."

"Dengar Nak, kau punya tujuan yang lebih besar untuk menghentikan ambisi gila ayahmu kan..."

Kazuya tertegun mendengar itu.

"Dengar Kazuya, Kakek sudah rela untuk hidup dan mati di tempat ini. Bahkan sejak hari pertama Kakek dikurung disini. Ingat ini baik-baik, jangan termakan oleh dendam, Kazuya. Itu akan membuat kau tak bahagia."

Kazuya menghantam batu sekuat-kuatnya hingga tinjunya berlumur darah. Air mata melinang menyungai membanjiri pipinya. Kecewa pada dirinya sendiri yang tak mampu menyelamatkan sang kakek.

"Saya bilang sudah terlambat, Kakek. Hati saya sudah menggelap, termakan oleh dendam..." Gumam Kazuya.

Kalaupun kau mau balas dendam, jangan sekarang! Kau tidak akan mampu menandingi ayahmu sekarang... Cari orang yang bernama Wang Jinrei dan Sang Master Capoeira, mereka akan mengajarimu banyak hal. Terutama soal pengendalian energi Ki... Lekas pergi dari sini sebelum mereka datang dengan pasukan yang lebih besar dan menangkapmu..."

"Baiklah, maaf Kakek. Selamat tinggal..." Dengan melesaknya tinju sekali lagi, Kazuya bangkit menghapus air matanya yang merinai di pelupuk nan sembap memerah.

"Selamat jalan Kazuya..." Gumam sang kakek dalam kegelapan menitikkan air mata.

Kazuya kecil melangkah pergi membawa isak yang tersisa. Membawa dendam yang menggumpal menyelimuti kegelapan hatinya. Dengan sorot mata tajam membara.

Terpaksa meninggalkan sang kakek, Jinpachi Mishima yang mati kelaparan beberapa tahun mendatang...

Sementara itu di rumah megah bergaya Jepang, yang merupakan kediaman pribadi keluarga Mishima. Heihachi tersenyum menyeringai menatap tajam dari balik meja kerjanya.

"Hmm, ternyata benar dugaanku... Darah Iblis mengalir dalam nadi putraku. Biarkan Kazuya tetap hidup. Kita akan mengawasinya dari jauh, meneliti bagaimana darah Iblis itu bekerja. Dunia luar yang keras akan menggemblengnya. Dan suatu saat dia akan datang sendiri padaku... Hehehehe..." Seringai Heihachi Mishima menatap tajam kepada seorang bercadar dan berpakaian serba hitam ala 'ninja'.