Abang memeluk tubuh Tika dalam rengkuhannya setelah meminta ijin, dia menghirup aroma khas dari tubuh Tika lagi yang masuk kedalam rongga dadanya. Abang senang, sangat senang namun tidak dengan manusia dalam pelukannya.
Tika masih sesegukan sesekali, dengan memeluk leher abang erat-erat.
"Bang..."Panggil Tika masih memeluk Farhan, menyembunyikan wajahnya pada lehernya.
"Hm..."
"Maaf..."Ujarnya lagi terus seperti itu."Iya, abang maafin Tika kok..."Jawab Farhan sekenanya saja, asalkan Tika dapat berhenti menangis.
"Aku udah sadar kok sama kelakuan aku yang impulsif, abang nggak salah. Tika yang bego. Mau bilang menyesal tapi nggak berani, Tika sering nangis tau... Karena ambil pilihan kaya begini, padahal Tika..."Dia berhenti bicara karena menangis dan abang mengusap perlahan punggungnya, menyela segera tangisan Tika.