Anis di sana, dia dalam keadaan yang hampir sama dengan ibunya. Hanya saja dia memang kehilangan akal karena obsesi dan dendamnya yang tidak beralasan, menganggap Farhan sebagai kekasihnya kemudian rasa dendam pada Tika karena mencuri kekasihnya itu. Sungguh hal yang jauh di nalar mereka.
Di depan jendela transparan yang di beri tralis besi di dalamnya itu, abang bisa melihat seorang wanita sedang menatap dinding dengan tangisan sebelum kemudian berubah menjadi raungan marah yang besar. Tangannya di ikat seperti ibunya, Fahri berkata.
"Dia terus-terusan mukul tembok dengan penuh amarah dan sekuat tenaganya, dia menganggap tembok itu adalah Tika yang dia benci. Dan akan bicara begitu hangat karena dalam ingatannya di depan dia ada kamu, dokter akhirnya kembali mengikat tangan Anis karena tidak ingin tulang telapak tangannya retak.