Tika tidak menyadari, karena monolognya pada sang bayi dan dirinya sendiri itu. Ada suara pintu yang terbuka dan di sana abang berdiri terpaku mendengarkan, hatinya tersayat dan merasa bersalah karenanya. Mungkin istrinya terlalu berlarut pada rasa sakit dan kekesalannya, jadi tidak sadar jika pintu kamar itu sudah terbuka sedikitnya dan orang di sana, suaminya mendegarkan kalimat demi kalimat yang dia ucapkan.
Di luar abang memegang gagang pintu yang baru saja dia buka, walau Tika mengunci pintunya dari dalam. Tapi abang yang tahu kode pintu kamar mereka akan bisa masuk dari luar, mungkin karena terlalu marah dan kaget Tika lupa dengan hal itu.
Jadi begini, sebelum abang berdiri di depan pintu kamarnya untuk merayu dan meminta maaf bersama rasa cemasnya sebelum menemukan keluh kesah sang istri yang sedang curhat dengan calon anak mereka.
Di ruang tamu itu, Sandi sudah kembali duduk di sofa di sisi Fahri yang berwajah datar sebelum mulutnya terbuka dan bicara.
