Abang bangun dengan kepala yang pening, dia masih mengingat jika sebelum ini istri dan adiknya tidak mengangkat telepon juga masalah salah satu dari pegawainya yang mengaku cinta sampai melakukan korupsi uang restoran, mungkin bisa di sebut seperti itu. Jika ada lebih kasarnya lagi, katakan saja pada abang agar dia ucapkan.
Mengusap wajah abang kemudian merasakan basah di wajahnya yang mana abang melihat jika tangannya berwarna merah dan berbau anyir.
"DARAH!"
Abang langsung menoleh kesisi kanan di mana ada sosok wanita meringkuk kesakitan memegang perutnya posisi seperti bayi dalam perut. Di sana ada istrinya merintih kesakitan dan seseorang berdiri di sisi ranjangnya memegang pisau.
Setitik basah jatuh dari mata abang melihat keadaan istrinya dan entah kenapa dia malah tidak bisa bergerak untuk menolong, sampai di mana suara rintihan istrinya tidak terdengar. Orang itu menyeringai senang, bibirnya mulai bergerak dengan perlahan.
"Mati!"