Cantik tidaknya pasangan elo,
Tergantung sama seberapa dalam dia buat elo jatuh cinta
- Mario Arif Luhur -
~●~♡~●~
"Itu bisul, Je?"
Jeje nyaris menyemburkan cappucino yang sudah hampir ditelannya mendengar pertanyaan mendebarkan itu.
Makhluk kurang ajar yang sedang memandang penuh minat jerawat besar Jeje itu bernama Mario Arif Luhur. Lelaki itu adalah teman sekantor Jeje yang sekarang ikut meeting bersama Jeje di cafe sebuah mall ternama di Jakarta.
"Sini gue pencet__"
Jeje menjauhkan wajah dari tangan Rio yang sudah nyelonong kearahnya. Tentu saja dengan tambahan penolakan berupa kibasan tidak suka kearah Rio.
"Jangan sentuh wajah gue!"
Jeje memandang sengit pada Rio dan mencoba menutupi jerawat batunya dengan ikal rambut yang dengan hati-hati diatur Jeje sedemikian rupa.
"Gede banget itu lo, Je."
"Bukan urusan elo."
Jeje menyipitkan mata kearah Rio dan memandang lelaki itu penuh permusuhan.
"Berani elo sentuh wajah gue pake tangan elo yang penuh kuman itu_" Jeje mengancam ketika Mario masih berkeras mencoba memandang Jeje dengan jarak super dekat. "Gue bakal sunat elo sampe habis! Gue serius Rio."
"Galak banget elo." Mario memutar matanya. "Cuma gegara bisul elo mau nyunat gu_"
"Ini bukan bisul!" Kata Jeje gemas.
"Terus?"
"Ini jerawat." Jawab Jeje dengan jengkel.
Mario melebarkan matanya yang berbulu mata lentik itu dan memandang wajah Jeje dengan pandangan tertarik.
"Ah, salah kali elo." Kata lelaki itu. "Mana ada jerawat segitu gede. Itu bisul pasti, Je. Elu banyak makan telur pasti kan?"
"Heh, Marimar!" Jeje memotong, gadis itu mulai merasakan kadar percaya dirinya menurun. "Udah ya, jangan komentari wajah gue dan apapun yang tumbuh disana."
"Tapi__"
"KARENA__" Jeje memotong argumentasi Mario. "Itu sama sekali bukan urusan elo."
Mario memutar bola mata ketika Jeje pindah duduk dari sebelahnya lalu memilih bangku yang paling jauh dari Rio.
"Elo marah-marah mulu dari tadi, heran gue." Rio cengar-cengir. "Pms buk?"
"Once again," Jeje menyipit penuh bahaya. "Not your bussiness."
"Makanya muka itu dirawat."
Komentar penuh tusukan rasa sakit itu berasal dari mulut ember Lisa. Gadis cantik yang baru saja datang dan semakin menambah buruk mood Jeje itu adalah teman satu divisinya. Lisa dengan wajah tidak suka membanting file-file dalam map plastik hijau yang tadi ditinggalkan Jeje di mobil.
"Elo bilang apa barusan?"
Lisa memelototi Jeje dan bersedekap dengan wajah bermusuhan. "Gue bilang, makanya punya muka itu dirawat."
Ketika tidak ada balasan dari Jeje, gadis itu melanjutkan. "Jangan bisanya cuma marah-marah karena ada jerawat segede bisul tumbuh di muka elo. Trus elo melampiaskan kedongkolan elo ke gue, dengan nyuruh-nyuruh gue turun kelantai bawah buat ngambil file sialan yang sengaja elo tinggal."
"Gue bisa suruh elo balik ke kantor cuma buat ambil tisu kalo gue mau." Jeje mengancam. "Mau elo, Lisa Belekpink?"
Lisa membuang muka.
"Gue uda berbaik hati ya gak ngelaporin elo ke pak Wi karena kelakuan elo yang gak beretika." Jeje mengomel dengan hati panas. "Elo harusnya tau tugas PR seperti kita itu apa? Elo bukannya bangun citra yang baik buat perusahaan malah elo rusak sama tingkah elo yang bar-bar."
Mario tertawa ngakak, "Denger, Sa? Tugas utama seorang PR alias public relations adalah memastikan perusahaan ini selalu baik citranya dimata publik. Jadi elo jangan rusak citra baik perusahaan kita sama muka judes dan mulut pedes elo itu. Entar gue gak bisa jualan."
"Diem elo!" Jeje membentak Mario. "Elo juga sama aja."
"Gue bantuin elo ni, Je."
"Gak perlu." Kata Jeje judes. "Gue gak butuh bantuan elo."
"Jeje, jeje." Mario terkekeh karena Jeje terlihat benar-benar mirip singa lapar. "Padahal gue itu peduli sama kesehatan mental elo. Gue bantuin elo jelasin ke Lisa blackpink apa itu job desc Public Relations supaya elo gak marah-marah terus."
"Tapi elo gak terima." Mario melanjutkan ketika Jeje memilih mengabaikannya dengan membuka file dari map hijau yang tadi dibawa Lisa. "Gue tawari buat pencetin bisul elo juga gak mau_"
"Uda gue bilang ini bukan bisul!" Jeje melempar Rio dengan file yang tadi niatnya akan diperiksa ulang olehnya.
Mario terkekeh tapi dengan sigap menangkap file yang dilemparkan Jeje penuh kejengkelan. Lelaki itu memang cowok paling usil dan menjengkelkan yang Jeje kenal.
Sebagai seorang Marketing Manager, Mario sebenarnya sangat berkompeten untuk mengeluarkan kata-kata manis penuh bujuk rayu, tapi entah mengapa ketika berhadapan dengan Jeje hanya kata-kata usil dan tingkah laku menyebalkan yang diberikan lelaki itu padanya.
"Bisul elo gemesin, Je." Mario masih terkekeh dan mengamati wajah Jeje dari jauh. "Kayaknya uda waktunya dipencet deh itu."
Dengan sewot Jeje mengeluarkan powder compact dari tasnya dan berkaca disana. Dan benar saja,
Jeje mengerang dengan dramatis. "My God!"
Jerawat batu itu memang terlihat mengerikan. Merah dan meradang dengan ukuran yang sangat luar biasa. Jeje mencoba menyentuh radang besar itu dan rasa nyeri langsung menyerang Jeje, seolah jerawat-jerawat itu juga meneriakinya : "JANGAN SENTUH GUE!!"
Jeje benar-benar merasa kepercayaan dirinya terjun bebas karena sekarang Lisa Belekpink menertawakan wajah paniknya dan ikut memandang penuh minat jerawat di pipi kanan Jeje.
"Astaga." Lisa mengomentari. "Sebenernya kenapa sih sama muka elo, Je?"
Gak tau!!
Gue juga gak tau kenapa jerawat-jerawat ini terus-terusan tumbuh diwajah gue!
"Heran gue liat elo." Sambung Lisa masih memperhatikan radang tidak rata diwajah Jeje. Jeje diam saja, memilih mengabaikan Lisa.
"Kok bisa sih elo jerawatan terus menerus tanpa jeda gitu?" Lisa kembali bertanya sambil mengernyit. "Elo pasti males cuci muka deh itu. Sebelum elo tidur sebaiknya bersihin dulu semua makeup-makeup elo_"
"Udah. Diem." Jeje setengah membentak.
Hah?!
Tau apa dia?
Enak banget elu ngomong gue males bersihin muka!
"Elo gak tau apa-apa. Jangan komen." Jeje benar-benar tidak terima dengan komentar itu.
Misal aja elo tau gimana ribetnya gue buat bersihin muka gue yang cuma sejengkal dan penuh masalah ini, Elo bahkan gak berani untuk bilang bahwa muka elo lebih bersih dari muka gue.
Lisa langsung kembali ketempat duduknya dengan wajah tersinggung yang tidak ditutup-tutupi. Gadis itu bersedekap dan memandang galak pada Jeje.
"Elo itu harus lebih bijak jadi orang, Je." Katanya. "Gue itu kasih elo saran biar wajah elo bersihan. Elo bukannya makasih dan denger saran dari gue malah marah-marah."
Jeje menyipit. "Lain kali elo cari tau dulu ya bedanya kasih saran sama menghina."
Lisa tersenyum sinis lalu menyibakkan rambut panjangnya yang lurus kebelakang. "Gue ngehina elo apa?"
"Elo bilang gue males cuci muka lah, males ngerawat muka lah." Balas Jeje. "Elo tau emang seberapa concern gue rawat muka gue? Berapa banyak uang dan waktu yang gue habisin buat perawatan ke dokter? Buat ngobati jerawat-jerawat gue?"
Lisa diam saja.
"Sebelum elo ngomong dan nilai orang, elo mikir dulu." Jeje melanjutkan. "Kata-kata elo nyakitin orang lain enggak."
"Elo aja yang baper."
Komentar terakhir Lisa yang diutarakan dengan ketidakpedulian itu benar-benar menyakiti Jeje. "Kalo elo bilang gue baper, bisa dong gue bilang elo gak punya otak?"
"Eh, elo kok nyolot sih?" Lisa marah-marah. "Niat gue itu baik ya. Biar muka elo cantikan sedikit."
Cantikan sedikit dia bilang?!
"Elo saring kek saran gue. Apa yang salah dari elo, bisa aja skin care gak cocok, makeup elo yang ketebelan trus nyumbat pori dan memperparah jerawat elo, atau apa?"
"Aduh, kok jadi berantem sih kalian gara-gara bisul." Mario memutar mata dan bersiap melerai dua orang gadis yang sedang murka didepannya.
"Ini bukan bisul, Mario!" Jeje membentak Rio dengan wajah murka.
"Dan elo_" Jeje sekarang menunjuk wajah Lisa. "Ngerti apa elo tentang cantik?"
Jangan harap Jeje akan diam saja, lalu minder dan menerima saja komentar menyakitkan tentang wajahnya dari Lisa, lalu dengan patah hati akan menangis dan takut keluar rumah karena komen-komen jahat dari cewek gak punya hati seperti dia.
No! Jeje bukan tipe wanita seperti itu!
Gue bakal serang elo balik!
"Cantik itu kalo muka elo bersih, Je." Lisa menyahut dengan wajah seolah Jeje bertanya hal paling remeh didunia, seperti apa gunanya hidung. "Elo sebaiknya cari dokter yang bener deh. Atau elo coba skin care yang gue pake__"
"NO!" Jeje membentak. "Gue gak akan ikut apapun saran elo selagi definisi cantik bagi elo cuma sekedar muka bersih. Kalo muka elo bersih tapi mulut elo kayak comberan, gue gak akan pernah nganggap elo cantik."
"Serah elo deh." Lisa mendengus. "Capek gue. Muka muka elo, serah elo mau diapain."
"Thanks a lot." Jeje menjawab penuh sindiran.
Sepanjang perdebatan sengit tadi, Mario yang terabaikan hanya memandang bergantian Jeje dan Lisa yang sama-sama memasang wajah mereka yang paling busuk. Lelaki itu melirik jam tangan dan menghembuskan nafas.
"Girls, bentar lagi biang kerok yang buat kita kumpul bertiga disini bakal dateng." Mario mengingatkan. "Please banget perbaiki mood kalian demi kelancaran meeting kita, oke?"
"Bisa, Sa?" Rio memandang Lisa minta perhatian.
"Ya." Lisa menjawab ogah-ogahan.
"Terima kasih banyak, Lisa Blackpink." Rio nyengir dan cukup puas dengan jawaban Lisa. "Elo cukup duduk manis dan senyum disitu, oke. Simpen dulu muka jutek elo itu bisa?"
"Iya." Lisa memutar bola mata.
"Pengertian elo sangat berharga untuk kelangsungan meeting kita ya, Sa."
"Elo bisa Je?" Mario kini beralih memandang Jeje dengan wajah penuh perhatian.
Jeje menghembuskan nafas sebelum menjawab. Dengan sangat, dirinya mencoba meredam segala emosi dan sakit hati yang tadi menyerangnya gila-gilaan.
"Ya, gue bisa."
"Thanks." Mario melanjutkan. "Please girls. Kita gak mau kan masalah ini semakin berlanjut?"
Ya. Mereka bertiga disini memang hadir karena satu hal. Customer complain!
Meeting mereka kali ini sebenarnya lebih untuk menenangkan salah satu customer dealer yang kebetulan tidak puas dengan pelayanan atas pembelian satu unit mobil mewah yang dibeli dari dealer mereka.
Dan disinilah mereka berkumpul akhirnya. Jeje dan Lisa sebagai public relations dan Mario sebagai Marketing manager yang ditugaskan untuk meng-handle customer cerewet yang banyak maunya ini.
"Oke." Jeje berkata akhirnya. "I'm good and ready."
"Nah, begitu kan cantik." Lanjut Mario.
"Gue mah emang cantik." Lisa menambahi dengan wajah songong yang kembali memancing rasa tercubit dihati Jeje. Gadis itu lalu mengambil cermin kecil dari tas dan berkaca disana. Lisa memandang ke kanan dan kekiri wajahnya lalu mendesah puas.
Sementara Jeje, tanpa bisa dicegah gadis itu melirik kaca kecil di compact powder-nya dan hatinya kembali jatuh. Jerawat besar itu masih disana dan berdenyut dengan menyakitkan.
"Lagian ya__"Itu Mario yang bersuara. Lelaki itu menyeruput gelas kopinya sebelum melanjutkan. "Apa sih definisi cantik itu buat kalian para cewek-cewek?"
"Please deh, Marimar." Jeje bersuara dengan wajah kesal yang dramatis. "Elo yang nyuruh kita buat berenti. Dan sekarang malah elo yang bawa masalah itu lagi."
"Enggak." Rio menyangkal dengan wajah serius. "Gue cuma penasaran. Kadang cewek tu ngotot banget buat jadi cantik. Gue gak ngerti kenapa. Sampe operasi segala, nekat make krim-krim abal-abal demi cantik, ngabisin banyak uang buat perawatan inilah itulah."
Mario memandang Lisa dan Jeje bergantian. "Sebenernya cantik itu gimana menurut kalian?"
"Cantik ya cantik." Lisa yang menjawab. "Elo kan cowok. Tolonglah jangan sok idealis dengan bilang elo lebih milih cewek jelek tapi baik hati dari pada cewek seksi, semok dan mulus."
"Gue gak percaya elo bisa murni jatuh cinta cuma karena cewek elo cantik hati." Lisa melanjutkan sambil memutar bola matanya. "Don't judge book from the cover. Sorry, gue gak percaya begituan."
Mario terkekeh. "Berarti elo mainnya belum jauh dan pulangnya belom kemaleman, Sa."
Lisa memutar bola matanya. "Serah elo deh. Elo kan emang bego."
"Kalo gue sih dari dulu mikirnya_"Rio berkata sambil berpikir. "Jatuh cinta itu kadang gak masuk akal. Banyak loh kejadian cowok cakep, istrinya biasa-biasa aja. Cowok masi muda nikah sama cewek yang lebih tua dan penampilannya biasa aja."
Ketika Lisa dan Jeje terlihat tidak berminat untuk menjawab, Mario melanjutkan. "Kalo kita liat dari case mereka, berarti cantik bukan ukuran dong untuk buat seseorang jatuh cinta ke kita."
Lisa mendengus. "Iye. Tapi elu uda cek belum itu cewek gimana? Kalo pun dia gak cantik atau tua pasti ada sesuatu yang buat itu cowok mau. Contohnya itu cewek tajir gilak mungkin. Ya maulah itu cowok jelas."
Komentar Lisa tadi benar-benar mewakili kata hati Jeje, namun Jeje lebih memilih diam pura-pura tidak peduli.
"Ada kok yang dari kalangan orang biasa-biasa aja." Rio membantah. "Maksud gue, ini cewek beneran biasa aja. Gak kaya, gak gimana-gimana. Tapi lakiknya ganteng banget dan cinta mati sama dia."
Emang ada?!
"Ada Je__" Rio menekankan ketika Jeje menghela nafas dramatis. "Jadi menurut pandangan gue, cantik enggaknya pasangan elo itu tergantung sama seberapa dalam dia buat elo jatuh cinta."
"Kalo elo punya sesuatu yang sanggup buat itu cowok cinta mati ke elu," Mario berkata sambil cengengesan. "Gak peduli seberapa banyak bisul di muka elo atau seberapa comberan mulut elo, ya dimata dia elo tetep cantik."
Karena tidak ada tanda-tanda kedua gadis didepannya akan menjawab, Mario melanjutkan sambil menyeruput kopinya dengan nikmat.
"Nah, kenapa kalian itu gak fokus aja buat mengembangkan potensi yang kalian punya dari pada sibuk dan ngabisin banyak waktu dan uang buat nyenengin mata orang lain?"
*********