Tetesan hujan kini hanya menyisakan gerimis. Suasana yang sangat dingin membuat Eza semakin mendekap Rina dan memejamkan mata.
"Waktunya salat tahajud malah mata lengket. Aku ingin tidur setengah jam. Jika kamu tidak terlelap nanti tolong bangunkan aku di jam setengah tiga ya," pinta Eza. Rina menggangguk.
'Katamu, banyak jalan menuju bahagia. Namun, saat ini aku belum tahu ini kebahagiaan atau bukan. Menjalani hari-hariku bersamamu.' Eza semakin mendekap istrinya.
Rina memandangnya hangat.
"Jujur saja perasaanku saat ini gelisah." Eza kembali membuka mata lalu menempelkan bibirnya ke pipi istrinya. "Sebenarnya hari libur ini adalah kesempatan kita. Karena setelah hari libur ini, aku akan sangat sibuk.
Jadwal operasi sangat menumpuk, sekarang saja rasanya jenuh. Sebelum aku tahu dengan segala gejala sakit yang dialami almarhum Bapak. Aku tidak akan menyerah, aku ingin tahu sakitnya dari dunia medis. Dengan meneliti gejalanya."
"Lalu bagaimana dengan gejalanya?"