Kebahagiaan kini dirasakan oleh keduanya. Eza merasa lega karena dia sudah melakukan tugasnya sebagai suami. Kemesraan terjalin antara keduanya.
Rina bangun dan Eza melihat bercak darah di sprei. "Pasti sangat sakit ya 'kan?" Eza segera bangun dan memakai sarung.
"Tidak Kak ... nggak papa." Rina melihat kecemasan dari raut wajah Eza. Eza sangat gugup.
"Aku ingin membuatmu nyaman setelah salat subuh kita out dari Hotel ini."
"Emmm. Aku terkejut." Rina tidak menduga jika Eza membawa tubuh istrinya ke kamar mandi. Rina menatapnya penuh perasaan. Dia merasa malu, lalu menyembunyikan di dada suaminya. Tubuhnya masih melayang di atas lengan suaminya.
"Sebenarnya ada waktu libur dua hari, tapi aku juga tidak nyaman berada di sini. Bagaimana kalau kita tour. Pergi ke tempat-tempat indah dengan mobil. Tidur juga di mobil. Apa kau mau?" Eza berbicara tanpa menatap istrinya.
"Dengan senang hati my husband." Rina menaikkan wajah lalu mencium pipi Eza tanpa permisi.