Tangis haru Bilqis menjadi pusat perhatian para suster dan pasien lain. Tubuh sang suami terangkat-angkat dengan napas yang tidak teratur dan cepat.
Kiai Syadili menaikan Bilqis. Dengan mata berkaca-kaca Bilqis berdiri dan melihat suaminya. Terlihat Dokter yang memeriksanya sudah lega.
Cleklek.
"Keadaanya sudah tidak kritis, namun masih belum siuman. Semoga Allah memberi kabar baik," ujar Dokter lalu pergi. Bilqis di dampingi Abahnya masuk.
Bilqis segera meraih tangan Fatih.
"Hiks ... hiks, heh ... Semoga Allah memberi kebaikan. Aamiin."
"Ini masih dalam penantian singkat Bilqis. Abah akan menceritakan kisah penantian bertahun-tahun. Agar kamu lebih tabah. Sini duduk." Abah Syadili menarik kursi.
"Ada lelaki berumur enam puluh tahun itu memasuki rumahnya di Madinah. Nyaris tak mengenali lagi rumah yang pernah ditinggalinya Itu. Ia menemukan rumah itu, saat menyusuri jalan-jalan di Kota Madinah, yang sudah ramai.
