"Aku biasa saja, tidak benci juga. Namun ... karena terperangkap nafsu. Jadilah aku yang seperti itu. Apa kamu meragukanku?" tanya Sofil. Ainun tersenyum.
"Tidak ... lagian kan Mas juga akan mempersiapkan diri sampai ke cinta apa adanya. Jadi ... mulailah menerima Ainun. Menerima dengan hati dan rasa."
Ainun menatap dengan wajah merona,Sofil merasa malu dan kaku. Dia meneguk ludah.
"Mas kenapa diam?"
"Ya masih tercengang. Dag-dig-dug. Bagaimana lagi aku mengatakan, aku seperti melayang dan kehabisan kata-kata."
"Berarti hal ini sangat mengejutkan? Lebih dari didatangi Malaikat maut?" ledek Ainun. Keduanya tertawa, Sofil tidak sengaja menjatuhkan buku kecil.
Plek!
"Waduh ... ketahuan!" gumam Ainun menutup wajah. Sofil menatapnya dengan tersenyum.
Dia mengambil buku kecil yang bersampul bunga matahari.
"Kenapa malu?" tanya Sofil yang kemudian hendak membuka buku itu. Ainun akan menariknya, namun Sofil mengangkat tinggi-tinggi.